Minggu, 06 Mei 2012

PAUD

P A U D 
Pengertian Pendidikan Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat 
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. 
Ada 8 standar pendidikan, yaitu : 
1. Standar Isi (tentang kurikulum) 
2. Standar Proses (PBM,KBM,PBB)
 3. Standar Kompetensi Lulusan (kemampuan attitude) 
4. Standar Pendidik dan tenaga kependidikan ( sesuai dengan kualifikasinya) 
5. Standar sarana dan prasarana (mis. BOS)
 6. Standar Pengelolaan (ada, jelas gurunya, berbadan hokum, terakreditasi) 
7. Standar Pembiayaan
 8. Standar Penilaian Pendidikan 
Pengertian PAUD 
PAUD adalah kepanjangan dari Pendidikan Anak Usia Dini.
PAUD adalah upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. 
Dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 23 dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal (TK/RA), non formal (klober,TPA), informal (pendidikan keluarga dan pendidikan yg diadakan oleh lingkungan misalnya posyandu,BKB, dll). PAUD memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif,bahasa,fisik (motorik kasar dan halus), social, emosional.
PAUD berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki kegiatan selanjutnya. 
Tujuan PAUD : 
1. Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya. 
2. Mengindentifikasikan penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini. 
3. Menyediakan pengalaman yang beraneka ragam dan mengasyikan bagi anak usia dini, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD). 
4. Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap,kritis, kreatif, inovaif, mandiri, percaya diri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

.5 Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan social peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan. 
Prinsip-prinsip PAUD :
1. Berorentasi pada perkembangan anak 
2. Berorentasi pada kebutuhan anak 
3. Bermain sambil belajar 
4. Berpusat pada anak 
5. Lingkungan yang kondusif 
6. Menggunakan pembelajaran terpadu 
7. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup 
8. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar 
9. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang 
10. Aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
 11. Pemanfaatan teknologi informasi

Jumat, 20 April 2012

Memaknai Hari Kartini

Bunda tercinta, semua wanita Indonesia pasti mengenal tanggal 21 April sebagai hari Kartini. Setiap wanita Indonesia memperingati hari Kartini dengan berbagai cara . Pada tanggal 21 April 1879 terlahir sosok wanita asal Jepara, Jawa Tengah yang memberikan pengaruh luar biasa terhadap cara pandang dan aspirasi yang luar biasa bagi wanita Indonesia dan merupakan tokoh emasipasi wanita . Raden Ajeng Kartini adalah putri salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Kartini tak bisa menentang saat ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Selama masa pingitan,untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah .Melalui buku, Kartini tertarik dengan kemajuan wanita Eropa, sehingga timbul keiinginannya untuk memajukan wanita Indonesia, ia menginginkan wanita Indonesia itu memiliki ilmu yang tinggi dan derajat yang sama dengan kaum pria. Betapa besar perjuangan Kartini untuk memajukan wanita Indonesia, lalu bagaimana para wanita Indonesia masa kini memaknai peringatan hari Kartini? Saat ini banyak sekali para bunda yang memilih berkarier karena memiliki ilmu dan potensi yang tinggi dan juga, tentu saja memiliki kinerja luar biasa yang tak kalah dari kaum pria, tentu saja dengan segala konsekuensi baik dan buruk yang akan dihadapinya. Mulai dari bagaimana mereka memanage waktu dan juga pola pengasuhan terhadap anak-anak mereka. Namun banyak juga para bunda yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Ternyata menjadi ibu tanggapun tidaklah mudah, banyak tantangan yang akan di hadapi oleh para ibu rumah tangga mulai dari mengurus rumah dan pola pengasuhan terhadap anak. Jadi ilmu yang didapat bundapun dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal pengasuhan anak atau untuk menyalurkan hobby di kala waktu senggang. Bunda dapat belajar dan terus belajar dalam hal pengasuhan anak. Peranan bunda sangatlah penting dalam pembentukan karakter anak-anak kita kelak, karena disadari atau tidak dalam pembentukan karakter dan moral bangsa peranan seorang ibu sangat memegang peranan penting. Karakter amat menentukan dalam persaingan antar manusia di dunia yang tanpa batas seperti sekarang ini. Orang tualah yang bertanggung jawab terhadap apa saja yang masuk ke dalam otak anak. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, kitalah sebagai ibu, mama, bunda, dan semua wanita Indonesia memegang peranan dalam pembentukan karakter bagi generasi penerus bangsa yang akan mencetak manusia-manusia unggul , sukses, berkarakter dan berakhlak di masa mendatang. Selamat hari Kartini.

Kamis, 19 April 2012

Rencana Kegiatan Semester

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada sekolah untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35 tentang standar nasional pendidikan. Juga adanya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan yang memacu agar hasil pendidikan nasional dapat bersaing dengan hasil pendidikan negara-negara maju. Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada sekolah untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di sekolah. Penyelenggaraan PAUD sampai saat ini belum memiliki standar yang dijadikan sebagai acuan minimal dalam penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal, non formal atau informal. Oleh karena itu, untuk memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak, maka perlu disusun Standar PAUD. Standar PAUD merupakan bagian integral dari Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan PAUD. Standar PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu : (a) Standar tingkat pencapaian perkembangan; (b) Standar pendidik dan tenaga kependidikan; (c) Standar isi, proses dan penilaian ; dan (d) Standar sarana dan prasarana pengelolaan, dan pembiayaan Standar tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan social emosional. Perkembangan anak berlangsung berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif pada tahap selanjutnya. B. Pengertian 1. Kurikulum Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Kewenangan sekolah dalam menyusun kurikulum memungkinkan sekolah menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi daerah.Dengan demikian, daerah dan atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan pengalaman belajar, cara mengajar, dan menilai keberhasilan belajar mengajar 2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. 3. Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar,materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Contoh silabus terdapat pada lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Contoh rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada Lampiran BAB II PEMBAHASAN II.1. PENYUSUNAN SILABUS A. Perencanaan Semester Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang berisi jaringan-jaringan tema yang ditata secara urut dan sistematis, alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan sebarannya ke dalam semester I dan II. Langkah-langkah penyusunan program semester, sebagai berikut: 1. Pelajari dokumen kurikulum, yakni kerangka dasar dan standar kompetensi. 2. Pilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelompok dalam satu semester. Dalam makalah ini kami akan menampilkan tema untuk perencanaan program semester ganjil. a. Tema Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatakan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas. b. Prinsip pemilihan tema Pemilihan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : • Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan anak kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan anak. • Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana ke tema-tema yang lebih rumit bagi anak. • Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat anak kepada tema-tema yang kurang menarik minat anak. • Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian di sekitar anak (sekolah) yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih hari ini. c. Langkah pemilihan tema • Mengidentifikasi tema yang sesuai dengan hasil belajar dan indikator dalam kurikulum. • Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip pemilihan tema. • Menjabarkan tema ke dalam sub-sub tema agar cakupan tema tidak terlalu luas. • Memilih sub tema yang sesuai. Tema/ Sub Tema Tema Sub Tema Uraian Konsep Dasar Pengembangan Tema Alokasi Diri Sendiri • Siapa Aku • Panca Indra • Identitas diri, anggota tubuh,ciri2 tubuh, kesukaan. • Alat dan Fungsi Indra, Tekstur 3 Minggu Lingkunganku • Keluargaku • Anggota keluarga, tugas anggota keluarga, tata tertib keluarga, binatang peliharaan. • Orang dan alat yang ada di sekolah, kegunaan, tata tertib dan lingkungan sekolah. • Guna rumah, bagian2 rumah, alat di dalam rumah, lingkungan rumah. 4 minggu Kebutuhanku • Makanan dan Minuman • Pakaian • Perilaku hidup bersih dan sehat • Makanan dan minuman yang kusukai dan tidak kusukai, alat makan/minum, asal makanan & minuman, makanan sehat, tata tertib makan & minum • Manfaat/ kegunaan pakaian, cara memakai pakaian, jenis pakaian,penggunaan pakaian. • Manfaat kebersihan & kesehatan,alat-alat kebersihan, penyakit yang timbul akibat tidak menjaga kebersihan, cara mencegah bahaya 4 Minggu Binatang • Binatang Kesayangan • Jenis/macam makanan, tempat hidup, kegunaan dan bahaya, cara berkembang biak binatang. 3 minggu Tanaman • Kebunku • Macam dan fungsi, cara menanam, memelihara tanaman 3 minggu 3. Buat “Matrik Hubungan Kompetensi Dasar dan Tema”. Dalam langkah ini yang dilakukan adalah memasukkan hasil belajar dan indicator ke dalam jaringan. 4. Tetapkan alokasi waktu untuk setiap jaringan tema dengan memperhatikan cakupan pembahasan tema dan minggu efektif sekolah. II.2.STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM A. Struktur Kurikulum Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan dalam kegiatan pembelajaran. Struktur kurikulum Playgroup Insani disusun berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pendidikan anak usia dini. STANDAR KOMPETENSI ANAK USIA DINI A. Pengertian Standar kompetensi anak usia dini adalah standar kemampuan anak usia 0-6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini. B. Standar Kompetensi Anak Usia Dini Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: a. Moral dan nilai-nilai agama b. Sosial, emosional, dan kemandirian c. Bahasa d. Kognitif e. Fisik/Motorik f. Seni BAB III PEMBELAJARAN PILAR KARAKTER Tujuan pendidikan karakter adalah untuk menanamkan moral/karakter kepada anak sejak usia dini. Guru sebagai orang dewasa yang banyak berinteraksi dengan anak harus dapat menjadi model dan fasilitator dengan mengajarkan karakter pada anak. Adapun dalam pengembangan kurikulum berbasis karakter ini ada 9 pilar karakter yang layak diajarkan kepada anak-anak usia dini, yaitu : III.1 Pilar 1 (Cinta Tuhan dan Segenap CiptaanNya). Bersyukur  Anak yang bersyukur adalah anak yang selalu ingat kebesaran Tuhan kalau melihat keindahan Ciptaan-Nya  Mereka selalu memuji-Nya, mencintainya, menghormati, dan memperlakukan semua ciptaan-Nya (manusia, tumbuhan, hewan, dan lingkungan) dengan baik. Setia kepada Kebenaran  Anak yang selalu taat/patuh dalam melaksanakan perintah Tuhan dalam rangka mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya.  Anak yang setia adalah anak yang menyayangi Tuhan beserta seluruh Ciptaan-Nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasa III.2 Pilar 2 (Kemandirian, Disiplin dan Tanggung Jawab) Kemandirian  Anak yang mandiri adalah anak yang dapat mengerjakan sendiri apa yang seharusnya mampu dilakukan  Anak yang mandiri selalu gembira dan bersemangat untuk belajar melakukan sesuatu pekerjaan sendiri sehingga mereka mempunyai rasa percaya diri yang besar. Disiplin  Anak yang disiplin anak yang selalu mengerjakan tugasnya tepat waktu, dan mempunyai kegiatan rutin seperti mandi setiap pagi dan sore, pergi ke sekolah, bermain pada waktunya, dan membantu ibu.  Anak yang dapat mengatur dirinya untuk menonton TV dan bermain secukupnya, serta berhenti makan sebelum kenyang. Tanggung Jawab  Anak yang menjalankan kewajiban dengan baik, dan berusaha untuk melaksanakan tugasnya sebaik mungkin.  Anak yang apabila berbuat salah tidak menyalahkan orang lain, dan menerima dengan sportif/lapang dada akibat dari tindakannya serta berusaha memperbaikinya III.3 Pilar 3 (Kejujuran, Amanah, dan berkata bijak) Kejujuran  Anak yang mencintai kejujuran adalah anak yang senantiasa berkata dan berprilaku jujur terhadap Tuhan, dirinya sendiri dan sesamanya.  Menjunjung tinggi nilai kejujuran terhadap dirinya sendiri maupun ketika ia bersama orang lain.  Jujur dalam melakukan segala pikiran, perkataan, dan perbuatan yang tidak bertentangan dengan hati nurani Amanah  Anak yang amanah adalah anak yang senantiasa menempati janji dan menunaikan tanggung jawab dengan baik  Seorang anak yang amanah adalah anak yang senantiasa dapat dipercaya bila dititipkan atau dipercayakan sesuatu hal, baik berupa kata-kata (pesan) maupun barang. Berkata Bijak  Anak yang berkata bijak adalah anak yang jujur dalam menyampaikan sesuatu, baik kekurangan maupun kelebihan orang lain.  Anak tersebut mampu mengungkapkan dengan cara yang menyenangkan dan baik. Tutur katanya tetap sopan sehingga tidak menyinggung hati orang lain III.4 Pilar 4 (Hormat dan Santun) Sopan Santun • Anak yang sopan dan santun adalah anak yang perilakunya membuat orang lain merasa senang, dihargai dan dihormati. • Mereka selalu menggunakan kata-kata santun, tersenyum dan memperlakukan orang lain dengan baik. Pendengar yang Baik • Anak pendengar yang baik adalah yang memperhatikan orang lain kalau sedang berbicara, dan mendengar dengan seksama lawan bicaranya. • Seorang pendengar yang baik, tidak memotong pembicaraan orang lain sebelum ia selesai berbicara. Hormat dan Patuh • Anak yang patuh adalah anak yang mendengarkan serta mematuhi nasehat yang baik dari orang lain, terutama dari orang tua dan guru. • Anak yang patuh adalah anak yang mentaati peraturan, tidak mau melanggar aturan-aturan baik dirumah, disekolah maupun dimasyarakat. III.5 Pilar 5 (Dermawan, Suka menolong dan kerja sama) Dermawan • Anak yang dermawan adalah anak yang suka member/berbagi dengan sesame • Saat berbagi tidak berharap balasan/pamrih • Memiliki sifat empati dan cinta sesame Suka Menolong • Anak yang suka menolong adalah anak yang suka membantu siapa saja yang butuh bantuan. • Anak yang selalu ingin membantu dan merasa kasihan saat melihat orang yang perlu mendapat pertolongan baik diminta maupun tidak diminta • Mereka selalu siap membantu siapa saja tanpa mengharapkan imbalan ataupun balas budi. Kerja Sama • Anak yang suka bekerja sama adalah anak yang suka bergotong royong dan membantu pekerjaan bermanfaat yang dapat dilakukan bersama-sam • Anak terbiasa ikut serta bekerja dalam pekerjaan yang ditugaskan secara kelompok • Anak mengenal manfaat kerjasama, seperti: pekerjaan lebih mudah dan cepat selesai dengan hasil yang baik. III.6 Pilar 6 (Percaya Diri, Kreatif dan Pantang Menyerah) Percaya Diri • Anak yang percaya diri adalah anak yang memandang dirinya positif, mampu percaya akan potensi yang ia miliki dan atau menghargainya. • Mereka berani dan tidak merasa malu untuk tampil didepan umum maupun berkenalan dan berbicara dengan orang yang baru dikenal. • Mereka berani mencoba dan berlatih sesuatu walaupun sulit dilakukan. • Mereka mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan baru Kreatif • Anak yang kreatif adalah anak yang mampu berimajinasi untuk menciptakan atau membuat hasil karya dengan kreasi sendiri tanpa melihat karya orang lain • Mereka memiliki ide dan mampu menyampaikan dalam menanggulangi situasi yang sukar dan dalam memecahkan suatu masalah • Mereka mampu mengungkapkan keinginannya dimasa depan sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing. Pantang Menyerah • Anak yang pantang menyerah adalah anak yang berusaha keras mengerjakan tugasnya sampai selesai dengan rasa gembira • Mereka suka dan menyayangi apa yang dikerjakan, sehingga selalu bersemangat, dan tidak pernah merasa bosan dan lelah • Mereka terlihat antusias karena ingin melihat hasil kerjanya dengan segera, sehingga ia teruis berusaha walaupun menemukan kesukaran. III.7 Pilar 7 (kepemimpinan dan keadilan). Kepemimpinan • Anak yang mempunyai jiwa kepemimpinan adalah anak yang kalau melihat sesuatu masalah akan mencoba untuk menyelesaikannya, walaupun ia tidak selalu mengetahui bagaimana caranya. Ia akan meminta bantuan kepada orang lain untuk membantunya. • Seorang pemimpin adalah orang yang selalu ingin berbuat kebaikan dan dapat mengajak kawannya untuk berbuat baik, ia juga berani membela kebenaran. Keadilan • Anak yang bersikap adil adalah anak yang senang berkawan dengan siapa saja tanpa membeda-bedakannya, ia tidak mempunyai prasangka buruk kepada kawannya dan tidak suka membicarakan kejelekan kawannya, ia juga tidak mudah percaya kepada perkataan kawannya yang menjelek-jelekan orang lain. Anak yang adil juga mau mengakui kesalahan yang diperbuatnya, dan tidak pernah menimpakannya kepada orang lain. Selain anak yang adil akan membagi sesuatu secara adil III.8 Pilar 8 (Baik dan Rendah Hati) Baik Hati • Anak yang baik hati adalah anak yang sikap dan perilakunya membuat orang lain merasa senang, misalnya selalu mempunyai rasa inisiatif yang tinggi ingin membantu orang lain padahal orang lain tersebut tidak atau belum membutuhkan bantuan. • Anak yang baik hati selalu melakukan kebaikan disaat orang lain belum atau tidak mau melakukannya, misalnya bertepuk tangan sebagai ungkapan penghargaan, mengalah pada situasi tertentu, meminjamkan mainan kepada teman, membantu orang lain agar terhindar musibah, dan lain-lain Rendah Hati • Anak yang rendah hati adalah anak yang selalu menghargai orang lain dalam bentuk pujian, ucapan dan tindakan. • Anak yang rendah hati adalah anak yang senang menganggap dirinya dan orang lain sama dengan tidak memamerkan milik dan kehebatan. III.9 Pilar 9 (Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan). Toleransi • Anak yang toleransi adalah yang dapat menerima adanya perbedaan, yaitu tidak mengharapkan orang lain harus berpendapat/berpenampilan/berkebiasaan sama dengannya. • Mereka percaya bahwa manusia diciptakan Tuhan dengan segala keragaman dan perbedaan • Mereka adalah anak yang sabar dalam menghadapi situasi yang kurang menyenangkan Kedamaian • Anak yang cinta damai adalah anak yang tidak mempunyai rasa benci dan iri hati kepada orang lain, karena jika ada masalah ia dapat mengendalikan diri dan menyelesaikan masalahnya dengan damai. • Anak yang cinta damai dapat menjaga ketenangan lingkungan serta tidak suka dengan tindakan kekerasan, kata-kata kasar dan kekacauan. Kesatuan • Anak yang mencintai kesatuan adalah anak yang tidak melihat orang berdasarkan agama, suku, status social, atau kelompoknya, tetapi melihat orang lain berdasarkan prinsip kemanusiaan. • Kesatuan tidak berarti harus sama, tetapi menghargai dan menghormati perbedaan sehingga dapat hidup berdampingan secara harmoni dan damai. pilar K4 (Kebersihan, Kerapian, Kesehatan dan Keamanan) Kebersihan • Anak yang bersih adalah anak yang terbebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu, baud an sampah. • Anak yang cinta kebersihan senang membersihkan dirinya/badanya dan lingkungan sekitar seperti kamar, rumah dan kelasnya. Kerapihan • Anak yang rapi adalah anak yang suka meletakkan sesuatu pada tempatnya, berpenampilan rapih dan bersih tidak suka acak-acakan. • Dalam melakukan pekerjaan selalu tertib dan sampai selesai Kesehatan • Anak yang sehat adalah anak yang memiliki tubuh yang kuat sehingga tidak mudah diserang penyakit. • Mereka senantiasa menjaga tubuhnya tetap sehat dengan makan makanan yang bergizi, melakukan kebiasaan atau kegiatan yang membuat organ tubuhnya tetap sehat dan memperhatikan lingkungannya agar terhindar dari sumber penyakit Keamanan • Anak yang cinta keamanan adalah anak yang menyadari tentang nahaya yang bisa ditimbulkan oleh suatu tindakan • Mereka senantiasa berhati-hati dan dapat membedakan mana yang boleh atau tidak dilakukan

Rabu, 26 Oktober 2011

PERILAKU MENANTANG PADA ANAK USIA 2 TAHUN

BAB I
I.1 PENDAHULUAN
Berkaitan dengan tumbuh kembang motoriknya, keterampilan baru anak di tahun ke 2 usianya yang utama ialah : dapat berdiri sendiri, berjalan tanpa dibantu, dan makan sendiri. Ketrampilan-ketrampilan yang menjadi tonggak baru tumbuh kembangnya turut mempengaruhi tumbuh kembang motorik halus, kognitif dan bahasa serta emosi dan sosialnya, sehingga semua masalah yang kemudian muncul dalam berbagai aspek tadi saling berkaitan, dan penyelesaiannyapun harus dilihat secara menyeluruh.
Memasuki tahun 2 usianya, anak sudah menjajaki tahapan baru dalam perkembangan kemampuan emosi dan sosialnya.Seperti anak berusia sekitar 5 bulan yang mengalami naik turunnya emosi ,suasana hati anak usia 1 sampai 2 tahun kini juga bergejolak.Kadang kadang merasa senang,tapi tak jarang pula ia merasa sedih dan menangis.Tapi,di usia ini tangisnya tak sepanjang tangis ketika ia masih bayi .Ia sekarang juga lebih tertarik pada teman sebayanya.Saat ini ia pun dapat merasakan hal hal yang disukainya.Anak usia kurang lebih 1 tahun sudah dapat menolak tangan pengasuh yang kotor.Ia pun sudah bisa memilih baju favoritnya.Ketika memasuki usia sekitar 18 bulan ia memiliki gambaran prilaku yang lebih mirip anak usia 2 tahun.Ia sering berada dalam’situasi antara’,senang dan takut ,antara tertawa dan menangis ,atau antara berhasil atau frustasi.Sekarang ia tak lagi memandang apa yang ada di dunia ini sebagai miliknya seorang.Ia sudah mulai siap berbagi dengan teman sebayanya.Ketika memasuki usia sekitar 21 bulan,ia mulai berusaha mengendalikan emosi negatifnya.Namun pada saat bersamaan,ia juga menjadi peruntut berusaha untuk mengendalikan situasi,dan mulai memahami nilai nilai yang diyakini orang tuanya.Di usia 2 tahun,anak umumnya bersikap menentang,tetapi sekaligus bisa merasa bersalah.Sejalan dengan berkembangnya kemampuan verbalnya ,ia sudah dapat menanggapi suasana hati oranglain berbagai kejutan akan muncul di masa ini.Meski tak mudah,namun masalah perilaku anak usia 1 sampai 2 tahun ini selalu dapat diatasi.
I.2 KARAKTERISTIK ANAK USIA 2 TAHUN
Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut :
1. Berpikir simbolik. Anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa kata-kata, gambaran mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir simbolik adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain. Mendekati usia ketiga, kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai menggunakan obyek subtitusi dari benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun bantal- bantal sehingga menyerupai mobil dan dianggapnya sebagai mobil balap.
2. Mengelompokkan, mengurut dan menghitung. Pada tahun ketiganya, anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk, misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang. Selain mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya dan mengetahui perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).
3. Meningkatnya kemampuan mengingat. Kemampuan mengingat anak akan meningkat pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2 tahun, anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya. Mereka juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang disampaikan bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.
4. Berkembangnya pemahaman konsep. Ketika mencapai usia 18 bulan, anak memahami waktu untuk pertama kalinya yaitu pemahaman “sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun, anak mulai memahami pengertian “besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian hari-hari selama seminggu di usia 3 tahun.
5. Puncak perkembangan bicara dan bahasa. Pada usia sekitar 36 bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80% kata-kata tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.












BAB II
II.1 ANAK BERPRILAKU MEMBANGKANG
“Kesalahan terbesar kita adalah menganggap bahwa sikap kasar hanyalah fase yang akan berlalu dengan sendirinya,” kata Michelle Borba, PhD, penasihat Parents sekaligus penulis Don’t Give Me That Attitude: 24 Rude, Selfish, Insensitive Things Kids Do and How to Stop Them. Strategi berdasarkan usia yang kami berikan akan membantu Anda tenang menghadapi sikap bandel ini dan membantu anak untuk mulai bersikap hormat.
Terbentuknya proses anak membangkang bisa kita lihat dari skema sebagai berikut:

Seringkali kita menghadapi perilaku anak yang diluar kebiasaan, seperti menampilkan agresi, menggigit, memukul, rengekan yang berlebihan, mengamuk dan perilaku-perilaku yang diluar kendali. Banyak sekali yang mengatakan hal tersebut disebut sebagai perilaku buruk atau perilaku menyimpang, dan sepertinya perilaku seperti ini lebih tepat disebut perilaku membangkang (challenging behavior) karena banyak factor internal dan factor eksternal yang mempengaruhinya.
Menghadapi perilaku anak yang membangkang ternyata selama ini seringkali salah dalam bertindak, karena secara tidak sadar apa yang kita lakukan sebenarnya bukan merespon terhadap penyebab sebenarnya dari perilaku anak melainkan reaksi yang dilandasi oleh emosi dan ketidak mau tahuan terhadap apa yang terjadi. Salah satunya reaksi orang tua sedang capek atau emosi tinggi, seringkali tidak memahami mengapa anak kita melakukan perilaku membangkang atau diluar kebiasaan.
Tiga alasan perilaku anak di luar kebiasaan berikut 3 alasan perilaku membangkang pada anak kita. Pahami betul dan berikan respon sesuai dengan penyebabnya:
1. Anak memiliki kebutuhan yang sah yang tidak terpenuhi, seperti makanan, air, perhatian, kedekatan, rasa memiliki, rasa hormat, istirahat, kasih sayang, latihan, stimulasi,belajar dll.
2. Anak tidak memiliki cukup informasi atau pemahaman tentang situasi. Dia mungkin terlalu muda untuk memahami atau ingat aturan. Oleh karena itu ia mungkin membutuhkan lebih banyak komunikasi atau pendidikan tentang hal itu.
3. Anak mungkin memiliki akumulasi stress dari masa lalu, dan karena itu tidak mampu berpikir jernih. Dia mungkin mengalami emosi yang kuat, ia mungkin takut, marah, kecewa, tidak aman dll.
Tanyakan pada diri sendiri tiga pertanyaan di atas agar membebaskan diri anda dari model pengasuhan yang reaktif dan merespon lebih cerdas dan elegan untuk anak anda dengan memahami alasan sebenarnya mengapa ia menunjukkan perilaku membangkang. Dengan demikian kita akan bisa merespon sesuai dengan kebutuhan anak kita.
Dan sekarang apa tugas kita sebagai seorang guru pada anak didiknya apa sudah terlaksana dengan baik? Atau kita menjadi sasaran yang disalahkan oleh orang tua dengan sikap anaknya? Karena percaya atau tidak sekarang ini banyak sekali orang tua yang menyalahkan guru ataupun lingkungan sekolah sebagai penyebab kenakalan anaknya, padahal survei yang terjadi dan secara tidak disadari itu semua akibat kelalaian orang tua itu sendiri. Contohnya kejadian yang seorang batita laki-laki bernama Gilang yang kesehariannya selalu ikut ke tempat kerja ayahnya yang notabene adalah tukang pangkas rambut khusus laki-laki, menghisap puntung-puntung rokok dan juga sisa rokok orang dewasa. Ayah Gilang sempat melihat perilaku itu tapi hanya melihatnya saja tidak melarang ataupun kaget, karena menurut sang ayah itu hal biasa terjadi dan sudah menjadi biasa.
Sebenarnya usia dini adalah usia yang sangat penting bagi perkembangan anak, sehingga disebut “golden age”. Perkembangan AUD dimulai sejak prenatal. Saat itu, perkembangan otak (pusat kecerdasan) sangat pesat. Setelah lahir, sel-sel otak mengalami eliminasi dan membentuk jalinan yang kompleks, sehingga nantinya anak bisa berfikir logis dan rasional. Organ sensoris (pendengaran, peglihatan, penciuman, pengecap, perabaan), dan organ keseimbangan juga berkembang. (Black, J.et.all.1995;Gesell, A.L & Ames,F,1940).
Menurut para ahli di bidang neurologi, ukuran otak anak usia 2 tahun mencapai 75% dari ukuran otak orang dewasa. Pada usia 5 tahun, perkembangan otak telah mencapai 90 % dari ukuran otak orang dewasa (Santrock,J.W,2002). Berarti pada usia dini (bahkan sejal dalam kandungan) terjadi perkembangan otak , kecerdasan dan kemampuan belajar anak yang signifikan.
Hail penelitian di bidang psikologi, kondisi kehidupan awal memiliki pengaruh perilaku pada usia dewasa. Perilaku ini dapat bersifat positif maupun negative, yaitu berupa perilaku prososial maupun anti social. (Oslen,SF dan Maertin,P,1999;Saltaris,et all 2004;Karr-Mose & Wiley,1997 dalam Young,2002).
Hasil studi para ahli gizi, pembentukan kecerdasan semasa dalam kandungan dan usia dini sangat tergantung pada asupan gizi. Makin tinggi kualitas asupan gizi, makin tinggi pula status kesehatan anak. Tinggi rendahnya status kesehatan anak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kemampuan belajar.
Hasil penelitian di bidang pendidikan, ketelibatan orang tua dalam memberikan alat permainan yang sesuai dengan usia anak, dan pemberian stimulasi yang bervariasi dalam aktivitas keseharian, menjadi predictor terhadap perkembangan IQ anak (Shaver, David R, 1993). Ketidakharmonisan dalam keluarga, sikap dingin, penolakan kehadiran anak, dan pemberian hukuman yang tidak sesuai berpengaruh terhadap perkembagan perilaku menyimpang (Young,2002; Shaver dan David R, 1993)
Dari segi fisiologi dan psikologis, menyatakan “tidak” atau “tidak mau” sambil menggelengkan kepala, ternyata dianggap lebih mudah dilakukan oleh anak 1-2 tahun. Meskipun sebetulnya, kata “ya” atau “mau” telah mampu diucapkannya. Masalahnya, kata “tidak” dan “tidak mau” memberi anak sedikit celah untuk menyatakan identitas diri yang baru mereka temukan di periode ini. Untuk membedakan dirinya sekarang ini dengan masa bayi, kata-kata yang bersifat menentang dan berlawanan dengan yang dikatakan orang tua atau pengasuh (negativistik) semacam ini menunjukkan bahwa ia kini menjadi individu terpisah dari orang tuanya.
Dengan mengatakan “tidak” berulang kali, anak sedang melatih kemandirian serta menguji otoritas anda. Para peneliti yakin bahwa perilaku melanggar aturan merupakan sebuah cara untuk membuktikan eksistensi diri. Anak di tahun kedua usianya ini tidak peduli larangan anda agar, misalnya, tidak menyentuh apapun yang ada di kiri kanannya ketika anda berdua sedang berada di pasar swalayan.Baginya, tidak penting bagaimana perasaan orang tua saat ia melanggar larangan itu.
Alison Gopnik, psikolog tumbuh kembang anak dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat berpendapat, anak usia 2 tahun sudah paham bahwa dua orang dapat memiliki perasaan berbeda terhadap benda yang sama. Anak akan secara sengaja melakukan sesuatu yang tidak diinginkan oleh orang tuanya dan mengamati reaksi mereka. Namun, tidak semua pelanggaran aturan oleh anak usia ini didasari oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, usia 2 tahun merupakan usia ini didasari oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, usia 2 tahun merupakan usia yang tepat untuk menjelaskan secara lengkap alasan dan perasaan kita melarang atau membolehkan anak melakukan sesuatu.
Hal lain yang mendorong sikap membangkang adalah, anak usia 2 tahun juga berada pada masa mulai mengumumkan identitas dirinya. Dengan demikian Mark Wohlraich, pengajar kesehatan anak pada Universitas Vanderbilt, Amerika Serikat.
Seringkali anak usia 2 tahun mengatakan”tidak” meskipun sebelumnya ia tidak ingin mengatakannya. Keadaan ini merupakan bagian dari tahap tumbuh kembang anak. Namun, bukan berarti orang tua tidak perlu memberikan reaksi yang semestinya dan diperlukan demi pembentukan kepribadian anak.
Perlu diingat, penolakan atau pertentangan yang ditunjukkan anak di usia awal tahun keduanya tidak ditujukan kepada anak. Semua anak akan melalui fase tumbuh kembang yang disebut negativistik ini. Masa ini merupakan fase penting dalam pembentukan ekspresi diri, dan merupakan bagian mendasar bagi pembentukan ego (keakuan) serta langkah penting dalam membentuk kepribadiannya.
Ada anak yang mengalami masa ini singkat saja, tapi juga ada anak yang mengalaminya lebih lama. Bahkan pada anak yang lahir membawa sifat pemarah, sifat pemarahnya bisa menetap lebih lama. Jika anak usia ini terus menerus mengatakan”tidak” terhadap apa saja yang ditawarkan padanya, cobalah memberi lebih banyak pilihan. Misalnya, jika kita bermaksud menyuruhnya mencuci tangan, kita bisa mengatakan: “ Kamu mau pakai sabun bebek atau sabun kelinci?” Pilihan ini menyebabkan anak merasa benar-benar memegang kendali. Hal lain yang dapat dilakukan orang tua adalah mengurangi penggunaa kata “tidak” dalam percakapan dan jangan menertawakan kata “tidak” yang diucapkan anak.
Jika anak usia 18 sampai 24 bulan masih terus menentang dan melanggar aturan. Anda tak perlu putus asa mencari strategi. Menentang merupakan suatu tugas dalam proses tumbuh kembang anak usia 1 sampai 2 tahun. Tugas kita adalah menentukan batasan yang masuk akal untuk anak, dan mulai memperkenalkan anak pada aturan bersosialisasi, berupa disiplin.
Awalnya, si kecil berpikir atau memandang sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Biasanya mulai terjadi pada usia 1-2 tahun. Tahap ini disebut egosentris. Jadi, jangan harapkan anak usia ini berempati pada orang lain, karena mereka masih bersifat self oriented (berpusat pada dirinya sendiri), yaitu apa-apa dikembalikan pada dirinya diukur menurut ukurannya sendiri.
Wajarlah, karena perkembangan kognitifnya pun masih pada tahap berpikir satu arah.Dia belum bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Namun lama-lama pola pikir ini akan berkurang sendiri.
Sebenarnya perilaku anak yang suka melanggar norma tersebut dipelajari secara terpaksa/tidak sengaja, sebagai cara untuk menunjukkan kontrol anak terhadap perilaku orang tua mereka. Perilaku pembangkangan pada anak memang tidak dapat lepas dari cara orang tua memperlakukan anaknya. Pembentukan perilaku-perilaku pembangkangan oleh anak tersebut terjadi dalam beberapa cara, antara lain:
Pertama. Orang tua memberikan penguat negatif (negative reinforcer; yang justru befungsi memperkuat respon) kepada anak agar ia menghentikan respon negatif akibat adanya stimulus eversif (tidak menyenangkan) yang diberikan orang tua sebelumnya. Keadaan semacam ini disebut “perangkap akibat penguat negatif” (negative reinforcer trap).
Contoh: Orang tua menyuruh anaknya membuang sampah, anak menolak dengan cara menunjukkan temper tantrum (kemarahan yang meledak-ledak, menolak dengan menjerit-jerit), orang tua manarik perintahnya. Maka anak akan mempelajari perilaku membangkang tersebut, kapan-kapan ia akan mengulangi perilaku yang sama untuk melawan perintah orang tua, yaitu dengan cara temper tantrum.
Contoh lain: ketika berada di tempat perbelanjaan anak melihat ada mainan yang disukainya, ia merengek-rengek kepada ibunya minta dibelikan. Ibunya merasa tak tahan dengan rengekan anaknya dan malu pada orang lain bila anaknya terus-menerus merengek, akhirnya ia mengabulkan permintaan anaknya. Maka anak akan mempelajari perilaku merengek sebagai senjata untuk memaksa orang tuanya menuruti kehendaknya. Kapan-kapan kalau ia menginginkan sesuatu ia akan merengek-rengek agar mendapatkan yang ia inginkan.
Kedua. Terjadi akibat adanya penguat positif (positive reinforcer) yang diberikan oleh orang tua untuk mengatasi respon anak. Biasanya ini akibat pola-pola perhatian dari orang tua: mencari-cari alasan untuk menerima perilaku anak, berusaha memahami dengan cara mendiksusikan hal tersebut pada anak. Keadaan seperti ini disebut sebagai “perangkap penguat positif” (positive reinforcer trap).
Contoh: orang tua menyuruh anaknya mandi, anak menolak, dan ngambek, agar anak tidak ngambek dan bersedia mandi, orang tua merayu anak dengan berjanji akan membelikan sesuatu pada anak, misalnya makanan yang disukai. Maka anak akan mempelajari perilaku membangkang tersebut, kapan-kapan ia akan mengulangi perilaku yang sama untuk melawan perintah orang tua, yaitu dengan mengajukan syarat kepada orang tua.
Ketiga. Adanya ketidakselarasan dalam pengasuhan (inconsistant parenting). Keadaan ini terjadi sebagai akibat perbedaan standar dalam menilai perilaku anak dari orang-orang yang terlibat dalam pengasuhan. Seperti antara ibu dan ayah, atau kalau pengasuhan tersebut dipegang oleh kakek-nenek si anak, biasanya ketidak-selarasan terjadi antara orang tua dengan kakek-nenek. Pada umumnya standar orang tua lebih ketat bila dibanding dengan kakek-nenek. Pola pengasuhan kakek-nenek kepada cucunya cenderung permisif (serba membolehkan), karena rasa sayang yang lebih besar.
Contoh: anak berkelahi sampai melukai temannya karena berebut mainan, ayah marahinya dan menghukum anaknya dengan melarangnya bermain selama beberapa hari. Ibu tidak sepakat dengan keputusan ayah, justru membela dan memberikan kasih sayang kepada anaknya, kadang-kadang kalau ayah tidak ada, ia membiarkan anaknya keluar untuk bermain. Kalau demikian keadaannya, maka anak kapan-kapan akan melawan perintah atau hukuman ayahnya karena merasa memiliki pendukung, yaitu ibunya.
Jadi, untuk sementara pahami “keegoisan” si kecil ini. Jika ia merebut mainan teman, misal, tak perlu langsung menuduhnya sebagi anak yang mau menang sendiri. Umumnya anak melakukan itu karena merasa mainan temannya lebih menarik. Dan, karena ia masih berpikir egosentris , yang ada di pikirannya, “Aku ingin bermain bola dengan Rara sekarang! Jadi aku harus mengambil bola itu dari tangannya!”.
Alihkan saja perhatiannya dengan memberinya mainan lain yang kira-kira menarik perhatiannya. Bukankah sifat anak itu masih mudah dialihkan?
Membangkang tidak sama dengan anak yang melakukan kekasaran atau bersikap kasar. Membangkang, anak hanya menolak setiap apa yang diperintah atau disuruh orang tua atau orang yang lebih besar. Dalam hal ini, anak tidak melawan ataupun berbuat sesuatu yang menentang atau menyerang. Sikapnya hanya sekedar menolak untuk sesaat yang nantinya ia akan melakukan perintah itu.
Sikap ini akan menjadi tingkah laku kasar bila sikap membangkang anak diterjemahkan, dipersepsi atau diartikan oleh orang tua sebagai anak yang “tidak mau menurut”, “tidak sopan” atau “tidak patuh”. Karena dengan itu orang tua mulai meng-adakan penekanan dengan kalimat “harus” atau memaksakan anak untuk melakukan perintah itu, agar jangan menjadi kebiasaan atau keterusan.
Dengan paksaan dan penekanan ini, anak mulai mengadakan defensive (pertahanan diri) dari segala sesuatu yang datangnya dari luar, atau ia akan menyerang orang tua lebih dahulu sebelum sikap orang tua yang menekan dan memaksa tersebut tiba dalam kehidupannya. Sebelum terjadinya defensive ini, anak berusaha menerima dengan sifat kecurigaan terhadap segala perintah, ajakan yang tidak menyenangkan dan yang tidak disukainya.
Adanya kesempatan untuk melakukan tindakan kasar dan ketidaksopanan terhadap orang tua maupun pada orang di sekitarnya. Sikap kasar yang membuat orang lain merasa tidak nyaman atau merasa terganggu akan dijauhi orang lain, baik kita sebagai orang tua maupun orang di sekitar lingkungan rumah.
Seorang anak yang dibiarkan berperilaku kasar di rumah, tidak disangsikan lagi akan bersikap yang sama di luar rumah. Akibatnya ia tidak dihargai oleh teman-temannya dan masyarakat di mana ia berada. Di rumah, si anak tidak dipedulikan oleh orang tua yang sudah angkat tangan dalam menghadapinya. Di sekolah, ia sebagai seorang anak yang menyulitkan sehingga dihindari, baik oleh teman-teman maupun orang dewasa.
Karena stimulus (rangsangan) yang ada di lingkungan sekitar kita ,baik dari media masa maupun elektronik, serta teman-teman sebaya, maupun dorongan keinginan orang tua untuk anak baik dan menjadi orang, sehingga kita lupa siapa anak kita. Perbedaan yang terjadi antara kita sebagai orang tua dan anak yang menerima keinginan tersebut, maka akan timbul suatu sikap yang menyebabkan saling menguasai, baik orang tua menguasai anaknya maupun anak menguasai orang tuanya.
KIAT MENGENDALIKAN ANAK YANG SEDANG MEMBANGKANG
1. Jika dipanggil diam saja, perhatikan anak sedang apa? Mulailah dengan yang menyenangkan anak saat muncul pembangkangan. Setelah dia beralih pandang dengan kita baru sampaikan apa yang kita inginkan.
2. Usahakan untuk tidak memanggil atau melarang perbuatan anak dengan dua kali panggilan atau larangan, tunggu beberapa saat, jika tidak bisa, alihkan seperti point 1, kemudian sampaikan apa yang kita inginkan.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan setiap kali bersama dengan anak, dengan penuh reaksi dan respon positif yang dilakukan anak.
4. Tidak membicarakan kesalahan anak dengan berulang-ulang dalam suasana apapun.
5. Memberikan respon dengan reaksi yang positif setiap kali bertemu dengan anak-anak, meskipun masih di dalam rumah, misalnya baru keluar dari kamar dan bertemu dengan anak, maka sapalah dengan respon yang menyenangkan.
Agar tidak terjadi fenomena tersebut diatas, maka kita pahami apa yang dinamakan pembangkangan dan tingkah laku kasar, serta bagaimana mengendalikannya dengan kiat-kiat yang sangat sederhana ini. Rasanya tidak akan berhasil jika kita tidak benar-benar mempraktekkan bentuk pengendalian tingkah laku anak.Bagi orang tua yang mempunyai anak-anak yang dalam perkembangannya berjalan dengan baik, usahakan untuk tetap bertahan. Dan bagi anak-anak mereka yang sudah terlanjur tercipta tindakan penolakan dan penentangan, berusahalah dengan pengendalian ini, semoga masa depan anak-anak menjadi harapan orang tua dan semuanya.








BAB III
NEGATIVISTIK DAN PENANGANANNYA
III.1 NEGATIVISTIK
Di usia 2 tahun ke atas, si kecil mampu berespon secara emosional terhadap sesuatu yang salah atau menurutnya tak sesuai. Dia akan memperlihatkan rasa marah ketika ayah/ibu melarang bermain atau ngambek kalau tak dibelikan mainan serta melawan saat disuruh tidur. Tak heran jika periode ini disebut periode negativistic atau melawan dan melakukan hal-hal yang justru dilarangnya.
Hal ini erat kaitannya dengan kemauan anak untuk mandiri. Dia ingin menunjukkan pada orang lain bahwa dia bisa mandiri. Itu sebabnya bila dilarang, munculnya perilaku negativistic karena ia merasa kemampuannya untuk mandiri dipertanyakan atau dihalangi, “Kenapa aku tidak boleh naik tangga?” Padahal kan aku sudah bisa melakukannya sendiri!”.
Pada usia di atas 2 tahun, anak sering membangkang / tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang tidak mau, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yang dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independent . Jadi, batita umumnya ditandai dengan “AKU”, artinya segala sesuatunya harus berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya power. Banyak orang tua yang tidak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada orang tua yang mengancam anaknya bahkan memukul. Cara-cara tersebut harus dihindari. Justru semakin anak pada usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya) . Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang sampai dewasa tidak makan (tidak doyan) nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.
Sebisa mungkin kurangi kata – kata seperti “tidak boleh” atau “Jangan”. Biarkan ia melakukan sesuatu sejauh tak membahayakan dirinya. Tapi bukan berarti orang tua haram melarang. Biarkan ia melakukan sesuatu sejauh tak membahayakan dirinya. Asalkan ketika melarang,beri solusi lain pada anak.
Ada beberapa tips menyikapi sifat negativistik anak
(1) harus melihat situasi dan kondisi sebelum memberi perintah kepada anak, pastikan anak sanggup melaksanakannya. Sikap membangkang anak bisa direndam dengan selalu mengajaknya berkomunikasi aktif. Ajukan setiap peraturan dengan disertai penjelasan. "Kakak perlu mandi karena badan Kakak kan kotor habis main seharian." Komunikasi semacam itu akan menyurutkan sikap membangkang anak karena ia paham akan konsekuensi bila ia tak melakukan peraturan itu. Misalnya, "Kalau aku enggak mandi nanti badanku kotor. Itu kan berarti mengundang penyakit. “Wah, bisa-bisa nanti aku sakit, terus ga bisa main dong!”dalam melakukan cara guna membuat anak menuruti perintahnya, orang tua perlu mempertimbangkan kondisi anak dan mengambil cara yang paling ringan efek sampingnya,
(2) tidak perlu memupuk rasa kasihan dalam membebankan tugas tertentu pada anak dalam hal-hal yang dipastikan tidak akan membahayakan jiwa maupun fisik anak, seperti contoh di atas, memerintahkan anak membuang sampah. Selain itu penyamaan persepsi mengenai standar dalam mengasuh anak juga penting untuk dibicarakan antara ayah dan ibu, perlu ada kesepakatan mengenai apa yang boleh/baik/harus dilakukan dan yang mana yang tidak boleh, buruk dan harus ditinggalkan oleh anak.
(3) Konsisten terhadap aturan yang telah dibuat . Terapkan peraturan dengan jelas dan menetap, misalnya kalau sudah ditentukan tidur jam 8 malam, patuhi jadwal tersebut dari hari ke hari.

























BAB IV
KESIMPULAN

Disiplin yang keras tidak selamanya bermanfaat. Karena anak jadi agresif dan tampak seperti membangkang. Hal ini terjadi karena anak tidak dapat memahami maksud dibalik peringatan keras tersebut. Yang dipahami anak adalah orang tua telah berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan mereka.
Sebaiknya, larangan atau peringatan pada anak diiringi dengan penjelasan atau alasan yang masuk akal. Sehingga mereka paham apa yang kita maksud. Namun perhatikan cara penyampaiannya.
Sampaikan dengan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami. Berikan batasan apa yang boleh dan tidak. Serta sertakan apa akibat tindakan anak bila melakukan hal itu. Bisa juga dengan mencoba bernegosiasi dengan anak tentang apa yang bisa dilakukan sebagai ganti hal yang dilarang.
Cobalah hindari kalimat yang sifatnya mengancam atau berisi kritik. Hal yang penting adalah konsisten dengan yang dilakukan. Cara ini membuat anak belajar memahami apa yang diharapkan dari dirinya, sehingga ia mampu membentuk perilaku yang sesuai.

KIAT MENGENDALIKAN ANAK YANG SEDANG MEMBANGKANG
1. Jika dipanggil diam saja, perhatikan anak sedang apa? Mulailah dengan yang menyenangkan anak saat muncul pembangkangan. Setelah dia beralih pandang dengan kita baru sampaikan apa yang kita inginkan.
2. Usahakan untuk tidak memanggil atau melarang perbuatan anak dengan dua kali panggilan atau larangan, tunggu beberapa saat, jika tidak bisa, alihkan seperti point 1, kemudian sampaikan apa yang kita inginkan.

3. Ciptakan suasana yang menyenangkan setiap kali bersama dengan anak, dengan penuh reaksi dan respon positif yang dilakukan anak.
4. Tidak membicarakan kesalahan anak dengan berulang-ulang dalam suasana apapun.
5. Memberikan respon dengan reaksi yang positif setiap kali bertemu dengan anak-anak, meskipun masih di dalam rumah, misalnya baru keluar dari kamar dan bertemu dengan anak, maka sapalah dengan respon yang menyenangkan.




















DAFTAR PUSTAKA
Latifah,Melly,Karakteristik Perkembangan Anak 1-3 tahun,Multiply,2011
Wikipedia,
Balita & Masalah Perkembangannya, seri Majalah Ayah Bunda , 2001
Sentuhan Tiga Tahun Pertama, seri Majalah Nakita,2002
www.ayahbunda.co.id
Baraja, Abu Bakar,Drs,Psi,Tips Mengendalikan Tingkah laku Kasar Ana

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN MEMBACA DAN BERCERITA DI LEMBAGA PAUD KARSA MANDIRI

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN MEMBACA DAN BERCERITA DI LEMBAGA PAUD KARSA MANDIRI

BAB I
I.PENDAHULUAN
Membaca adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kegiatan membaca memberikan manfaat yang luar biasa bagi pertumbuhan dan perkembangan kita. Sebagaimana kita ketahui, ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah ayat tentang membaca (Iqra).
Membaca adalah aktivitas yang pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT, melalui Rasulullah Saw ketika beliau diangkat menjadi Rasul penyampai Risalah untuk seluruh umat manusia. Membaca adalah kunci ilmu.Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita bisa mengetahui segala yang terjadi di dunia,semua tempat di dunia. Sudah selayaknya membaca ini diterapkan pada anak-anak kita sejak dini. Untuk itu diperlukan peran serta orang tua, guru , keluarga dan berbagai pihak dalam menumbuhkan minat baca pada anak usia dini.
Membaca seharusnya menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan bagi anak sebagaimana layaknya bermain. Membaca memerlukan pembiasaan sedini mungkin. Bagi anak-anak, membaca seharusnya tidak menjadi kegiatan yang serius dan kaku,yang membuat mereka cepat bosan.
Banyak orang berpendapat bahwa membaca itu merupakan kegiatan yang berat, serius bahkan cenderung membosankan, jauh dari kesan santai dan menyenangkan. Jangankan bagi anak usia dini, bagi orang dewasa saja, membaca belum menjadi aktivitas yang rutin dilakukan.
Sebenarnya membaca itu suatu aktivitas yang mengasyikan,dapat menumbuhkan kreativitas, selain itu dapat merangsang perkembangan berbagai aspek : perkembangan kognitif,sosial emosional serta moral kepribadian anak.
Budaya membaca sudah digalakkan pemerintah semenjak dulu,tetapi minat baca masyarakat masih dirasa kurang,untuk itu sebaiknya di setiap lembaga pendidikan seperti RA,PAUD atau TK diadakan perpustakaan karena saya rasa masih banyak Lembaga pendidikan yang belum menyediakan perpustakaan di Lembaganya. Sehingga, bagaimana minat baca anak bisa tumbuh jika tidak difasilitasi oleh lembaga tempat ia mengenyam pendidikan, selain itu, orang tua juga berperan penting dalam menumbuhkan minat baca anak. Sudah saatnya orang tua membelikan banyak buku kepada anak sejak dini seperti mereka membelikan mainan untuk anak-anaknya.
Sepuluh alasan utama mengapa kita harus menumbuhkan cinta membaca kepada anak:
1. Anak-anak harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik. Mereka hanya akan bersedia menggunakan sebagian besar waktunya untuk membaca jika mereka memang gemar membaca. Berlatih adalah segalanya.
2. Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara,menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik.
3. Membaca akan memeberikan wawasan yang lebih luas keberagamannya, yang membuat belajar dalam segala hal lebih mudah. Anak-anak yang hanya membaca buku-buku fiksi pun akan mengerti tentang fakta-fakta yang ada dalam sejarah,geografi,politik, dan ilmu pengetahuan.
4. Di SMU, hanya anak-anak yang gemar membacalah yang mempunyai keterampilan bahasa untuk menjadi unggul dalam setiap bidang yang memerlukan banyak membaca-seperti dalam tingkatan kemampuan memahami bahasa yang sulit, bahasa asing,sejarah,atau sains. Mereka adalah anak-anak yang diterima di pelbagai perguruan tinggi terkenal.
5. Kemampuan istimewa membaca kemungkinan dapat mengatasi rasa tidak percaya diri anak terhadap kemampuan akademik mereka karena mereka akan mampu menyelesaikan pekerjaan sekolah mereka hanya dengan menyediakan sedikit waktu dan energy emosional mereka. Sebaiknya, anak-anak yang tidak suka membaca akan mudah mengalami krisis kepribadian.
6. Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak. Setelah melihat kehidupan digambarkan melalui pandangan bermacam-macam penulis, mereka memahami ada berbagai cara untuk memandang pelbagai situasi; ada berbagai sisi untuk melihat pelbagai masalah.
7. Membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang. Hakikat kasih sayang adalah kemampuan untuk memahami pandangan orang lain. Membaca menjadi sarana untuk membawa anak-anak kedalam ribuan pola kehidupan yang berbeda, membuat mereka memahami kehidupan ini dengan segala kompleksitasnya. Dalam acara televisi, persoalan-persoalan dipecahkan secara sembarangan dalam waktu setengah jam.
8. Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan. Mungkin mereka akan membaca ketegangan novel Michael Crichton dan bercita-cita untuk menjadi ilmuwan. Cerita-cerita tentang Angkatan Udara yang ditulis oleh Mark Berent mungkin akan menimbulkan minat terhadap penerbangan jet. Betapapun dunia tempat anak-anak tinggal luasnya terbatas, dengan membaca mereka dapat pergi ke manapun dan mereka dapat memimpikan apa pun.
9. Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berfikir kreatif dalam diri mereka. Mereka tidak hanya mendengar informasi, tetapi juga belajar untuk mengikuti argumen-argumen yang kaya dan mengingat alur pemikiran yang beragam.
10. Kecintaan membaca adalah salah satu kabahagiaan utama dalam hidup. Bersantai di kursi yang empuk, di teras terasa sangat, sambil membaca cerita menyeramkan; berbaring di tepi pantai sambil membaca cerita-cerita yang menyenangkan. Tanpa kesenangan-kesenangan ini, hidup akan terasa lebih gelap dan lebih membosankan.

Anak belajar membaca puisi (gbr atas) dan membaca doa (gbr bawah)

BAB II
II. STRATEGI PEMBELAJARAN MEMBACA PADA ANAK USIA DINI
II.1 Memperkenalkan buku seperti memperkenalkan mainan
Anak dan mainan merupakan dua hal yang tidak mungkin dapat dipisahkan. Mainan bagi anak usia dini bisa merangsang motorik kasar dan halus,penglihatan,kreativitas dll. Untuk menjadikan anak-anak cinta buku,maka kita harus menjadikan mereka familiar dengan buku. Dengan memperkenalkan anak pada fisik buku sejak dini, sebenarnya kita telah meletakkan dasar untuk menjadikan aktivitas membaca seasyik bermain pada saatnya nanti.
Memperkenalkan buku kepada anak usia dini terutama dibawah 4 tahun memang agak sulit bagia anak yang pada dasarnya mereka belum mengerti dan belum dibiasakan mengenal buku. Mungkin saja buku tersebut akan digigit, dirobek,dibanting bahkan diduduki. Untuk itu, carilah buku yang berhalaman tebal (Hard Cover) dan buku full (penuh) gambar, kemudian bergeser kepada buku yang banyak gambar dan sedikit tulisan. Seiring pertumbuhan usia anak, maka kita bisa bergeser pada buku dengan perbandingan gambar dan tulisan yang seimbang, kemudian pada buku yang banyak tulisan dan sedikit gambar, sampai akhirnya anak terbiasa dengan buku full tulisan.
Untuk memperbanyak koleksi buku di perpustakaan lembaga,jika keuangan tidak memungkinkan membeli buku-buku baru, maka kita bisa mencari di loakan atau meminta donasi buku kepada anak-anak yang baru masuk minimal mereka menyumbang 1 buku bacaan untuk perpustakaan sehingga koleksi buku-buku di perpustakaan lembaga bertambah banyak. Jadi ketiadaan uang bukan alas an untuk tidak memfasilitasi anak-anak dengan bacaan yang bermutu.Dalam hal ini,pasti guru-guru PAUD tak kehabisan akal untuk menyiasatinya.

Buku-buku berhalaman tebal dan kartu-kartu membaca .

Untuk tahap awal alangkah baiknya kita memperkenalkan anak-anak pada buku yang bergambar penuh dan sedikit tulisan.

Kemudian beralih pada buku berisi tulisan dan gambar seimbang.

Setelah itu bisa beralih pada buku dengan gambar sedikit dan banyak tulisan hingga akhirnya anak-anak terbiasa dengan buku yang penuh tulisan tanpa gambar.

II.2 Memperkenalkan perpustakaan dan toko buku.
Sebenarnya minat anak-anak Indonesia untuk membaca cukup tinggi, tetapi hal ini kurang didukung oleh jumlah buku yang memadai, selain itu harga buku juga masih mahal, sedangkan subsidi dari pemerintah di rasa masih kurang memadai. Biasakan memperkenalkan anak-anak pada perpustakaan atau taman bacaan sehingga merangsang minat baca anak.
Selain perpustakaan, agendakan kepada orang tua murid agar setiap sebulan sekali mengajak anak-anaknya ke toko buku atau book fair sehingga menjadi aktivitas rutin dan keesokan harinya kita bisa bertanya dan anak akan menceritakan buku apa yang ia baca atau ia beli, sehingga akan merangsang kemampuan anak untuk bercerita di depan kelas. Dan ini akan menumbuhkan kemampuan berbahasa anak.
II.3 Tunjukkan arti penting buku
Untuk menunjukkan pentingnya buku, ajaklah mereka untuk merasakan langsung dalam pengalaman sehari-hari. Misalnya dalam acara cooking class, anak diajak terjun ke dapur untuk menyiapkan dan mengikuti pembuatan makanan, selain memberikan ketrampilan pada anak, momen ini juga dimanfaatkan untuk menunjukkan manfaat membaca dengan cara meminta tolong kepada mereka untuk membacakan bahan yang diperlukan, juga pembuatannya.Demikian juga dengan anak-anak yang gemar membuat origami atau kerajinan tangan, bisa meminta bantuan mereka untuk membacakan buku tentang hal tersebut.
Dengan demikian akan menumbuhkan kesadaran dari anak akan arti penting buku yang menunjang minat dan hobi . Anak sebetulnya hanya perlu contoh, jika kita sebagai guru menunjukkan minat baca yang tinggi, maka anak didik kitapun demikian juga. Karena guru adalah sosok yang mudah di idolakan oleh anak. Apapun yang diajarkan oeh seorang guru maka anak akan mengikutinya.
Tunjukkan keteladan membaca, kalau perlu secara aktraktif,karena ini merupakan salah satu proses pendidikan,pendidikan dengan contoh akan jauh lebih efektif disbanding instruksi lisan tanpa bukti. Tunjukkan bahwa membaca itu penting dan menyenangkan.
Adapun kiat-kiat agar anak gemar membaca untuk anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut:
• Pastikan bahwa kecintaan membaca adalah tujuan pendidikan yang terpenting bagi anak-anak.
• Tunjukkan bahwa kita menghargai membaca, tidak hanya lewat kata-kata.
• Jangan terlalu cemas menetapkan jadwal membaca bagi anak-anak, jika mereka cinta baca, maka mereka akan meluangkan waktu untuk membaca.
• Carilah buku-buku yang akan disukai oleh anak-anak
• Sesering mungkin, bawalah anak-anak ke perpustakaan sekolah
• Jadikan saat membacakan cerita merupakan saat yang menyenangkan dan mengasyikan bagi anak.
• Bantulah anak-anak merancang kegiatan bermain yang melibatkan buku.
• Ketika anak tampak siap, tunjukkan beberapa permainan membaca yang mudah bagi mereka.






BAB III
III. STRATEGI PEMBELAJARAN BERCERITA ANAK PADA ANAK
USIA DINI
Sebagaimana diungkapkan dalam Al Qur’an:
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain, katakanlah :’Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.’” (Q.S Al Kahfi [18]:83)
Memasuki era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan generasi mendatang menuju era baru tersebut. Dengan adanya kemajuan teknologi, dunia seakan tanpa batas. Komunikasi dan transaksi ekonomi, dari tingkat lokal hingga internasional bisa dilakukan kapan saja. Ketika perdagangan bebas diberlakukan, tentunya persaingan dagang dan tenaga kerja bersifat multi bangsa. Maka hanya bangsa yang unggulah yang akan mampu bersaing. Sehingga kita harus mempersiapkan anak-anak kita dengan pendidikan yang berkualitas sehingga kita bisa menyiapkan anak-anak kita menjadi insane yang berkualitas. Sebagaimana tujuan pendidikan menurut undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dorong keberanian anak-anak mengungkapkan ide dengan bercerita. Jika belum berani bercerita kepada kita, biarkan dia bercerita pada mainannya. Kita juga bisa meminta anak membacakan bukunya atau mendongeng. Minta anak-anak menentukan tema. Simak cerita mereka dengan perhatian dan kegembiraan. Beri pujian dan saran membangun sehingga membuat anak merasa dihargai dan lebih termotivasi. Jika perlu ajukan pertanyaan pada mereka seperti pada saat mereka bertanya pada saat kita mendongeng. Masuklah ke dunia mereka.
Kebiasaan mendongeng akan menjadikan anak berani mengungkapkan ide dan belajar berpikir dengan alur teratur, meskipun pada awalnya ceritanya akan melompat-lompat tidak karuan. Anak yang gemar bercerita kan lebih mudah didorong untuk gemar membaca. Kegiatan bercerita juga merupakan langkah awal menuangkan gagasan. Kelak saat anak lancar menulis, mereka tidak akan kesulitan menuangkan idenya di atas kertas.
Biasakan untuk rutin bercerita pada anak-anak, kegiatan ini dpat dimanfaatkan dengan cara memasukkan nilai-nilai kehidupan seperti kesetiakawanan, keberanian, kejujuran, tanggung jawab, kemandirian, cinta kasih, dan persahabatan. Sehingga, nilai-nilai positif tersebut akan tertanam dalam dirinya.
Sebaiknya membacakan buku cerita pada anak-anak jangan dituntaskan,tapi biarkan menggantung dan dilanjutkan keesokan harinya atau biarkan mereka menyambungnya dengan imajinasinya. Walaupun dipastikan ceritanya tidak nyambung,tetapi tidak apa-apa karena target kita adalah menjadikan anak-anak senang dan berani memulai.

Macam-macam buku cerita bergambar

III.1 Menanamkan Moral dan Nilai-Nilai Agama Melalui Cerita
Menurut Seto Mulyadi, bukan hanya aspek kecerdasan kognitif yang diperoleh anak melalui bercerita, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual (moral) yang bisa dikembangkan melalui cerita atau dongeng yang indah itu.
Melalui bercerita, guru bahkan orang tau bisa menceritakan secara menarik mengenai suatu tokoh yang berperilaku baik. Sehingga si anak akan terdorong untuk meniru perilaku dari tokoh yang diceritakan tersebut. Misalnya cerita tentang Nabi Ismail yang selalu berbakti pada orang tuanya. Secara tidak langsung anak akan menyerap nilai-nilai moral tentang bagaimana ia harus taat kepada orang tuanya. Selain itu juga kita bisa menceritakan tentang tokoh yang berprilaku buruk yang seringkali membawa kepada penyesalan. Misalnya cerita tentang kisah si anak durhaka Kan’an (putera nabi Nuh as.). Karena tidak mau mengikuti nasihat orang tuanya, maka ia mendapat murka dari Allah, dan mati terbawa air bah yang besar bersama orang-orang durhaka lainnya. Sehingga anak-anak terdorong untuk menjauhi sifat-sifat buruk tersebut.
Manfaat cerita tidak hanya sebatas menanamkan moral dan nilai-nilai agama saja, tetapi juga sangat berguna untuk mengenal Tuhan kepada anak usia dini. Karena pertumbuhan agama pada anak ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan sejak dini.
Membaca dan memilihkan cerita-cerita yang islami bagi anak-anak, secara langsung maupun tidak langsung , memori(otak) mereka akan semakin dipenuhi oleh kosakata yang baik sehingga anak dapat berpikir baik dan selanjutnya kecenderungan untuk berprilaku serta berakhlak mulia akan terbuka lebar baginya.
III.2 Sosial, Emosional, dan Kemandirian
Kegiatan bercerita yang biasa dilakukan oleh guru terhadap anak-anak akan mampu merangsang perkembangan kecerdasan anak.Kecerdasan anak tidak akan tumbuh dengan sendirinya melainkan harus dirangsang. Dengan menjalin komunikasi dengan anak melalui bercerita, maka kita akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak dan daya imajinasi anak.Sehingga anak dapat menyerap nilai-nilai positif yang kita sampaikan. Melalui dialog batin antara si anak dengan dongeng-dongeng yang disampaikan guru atau orang tua (atau siapa saja), maka anak akan mampu menyerap nilai-nilai positif seperti, keberanian, kejujuran, kehormatan diri, cita-cita, rasa cinta dan rasa kemanusiaan.
Dengan cerita, kita dapat mengasah kecerdasan emosional anak. Saat mendengarkan cerita, anak menangkap gambaran emosi misalnya sedih, marah atau gembira.Sehingga akan menumbuhkan sikap simpati dan empati anak.
Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, sehingga akan memperkaya pengalaman emosi anak yang akan berpengaruh padaa pembentukan dan perkembangan kecerdasan emosionalnya.


Mendengarkan guru bercerita.

Mendengarkan guru bercerita sebelum pulang
III.3 Mengembangkan Bahasa Anak dengan Cerita
Cerita dapat mengembangkan aspek bahasa pada anak. Dengan cerita, guru dapat merangsang kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata anak, sehingga akan menambah perbendaharaan kata-kata padaa anak.Bagi anak usia dini, cerita bisa melatih dan memperkaya kemampuan berbahasa dan memahami struktur kalimat yang lebih kompleks.
Dengan membacakan cerita pada anak, juga akan membawa anak mengalami perasaan positif, dalam arti bisa menikmati isi buku melalui pembacaan cerita yang kita lakukan sehingga akan mendorong anak untuk lebih cepat menguasai buku, shingga ketertarikannya terhadap buku sebagai sarana utama membaca timbul secara dinamis.


III.4 Manfaat Cerita Bagi Kecerdasan Kognitif
Bagi perkembangan kognitif anak sendiri, pembacaan cerita untuk anak merupakan sarana yang mat tepat untuk memperkaya kosa kata bagi anak tanpa anak merasa terbebani. Anak yang memiliki kosakata lebih banyak akan mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah dan mengembangkan wawasan berfikir yang lebih baik.
Cara anak mengenal Tuhan:
• Pertama , melalui bahasa, misalnya nama Allah didengar dari orang-orang disekitarnya, lama-kelamaan masuk ke dalam jiwanya.
• Kedua, melalui penglihatan dan pendengaran, misalnya melihat orang yang sedang berdo’a dengan menengadahkan tangannya dan mengucapkan kata-kata Allah dan sebaginya.
• Ketiga, melalui kekaguman terhadap orang atau alam yang disaksikan oleh pancainderanya.
• Keempat, melalui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada orang tua atau guru tentang Tuhan/ alam, kelahiran dan kematian.
• Kelima, melalui cerita-cerita dari kitab suci yang diberika oleh orang tua,saudara-saudaranya, teman-temannya dan guru.
Melalui metode bercerita ,guru bisa mengenalkan Tuhan kepada anak, menceritakan tentang surga, neraka,jin,malaikat kisah-kisah tentang para nabi, atau rangkaian cerita dalam Al Qur’an dapat pula mengasah kecerdasan anak tentang tauhid.Selain itu cerita akan memberikan rangsangan kepada salah satu bagian otak anak sehingga akan terasah dengan baik(god spot), sehingga kecerdasan spiritual anak akan meningkat dan Insya Allah perilaku anak akan semakin baik.


Anak bergiliran menceritakan kembali apa yang guru ceritakan.
III.5 Cerita untuk Pengembangan Fisik atau Motorik Anak
Dengan sedikit kreativitas, bercerita juga dapat digunakan untuk mengembangkan fisik atau motorik anak. Misalnya saat bercerita tentang si Kancil dan Buaya, guru bisa mengajak murid-muridnya untuk memperagakan apa yang terjadi pada alur cerita tersebut.
Misalnya, guru menyuruh anak untuk berperan sebagai Kancil, dan yang lainnya berperan sebagai buaya, anak-anak disuruh melompat seperti Kancil atau berenang seperti buaya.Dengan demikian cerita juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan fisik dan motorik anak.Melalui cerita, diharapkan anak tidak malas untuk menggerakkan badan, bermain ataupun melakukan kegiatan yang melibatkan fisik mereka.


Meniru gerakan burung seperti dalam cerita akan membantu perkembangan fisik motorik anak.
Melalui cerita, guru dapat menstimulasi daya imajinasi dan kreatifitas anak, memperkuat daya ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas.
III.6 Cerita Bisa mengandung Seni yang Tinggi
Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki nilai swni tinggi, keindahan dan kesenangan yang digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa.Cerita bisa dijadikan sarana pengembangan aspek seni pada anak-anak usia dini, karena cerita itu sendiri di dalamnya terkandung nilai-nilai seni yang dapat diajarkan kepada anak-anak tersebut, maka tidak mengherankan bila cerita merupakan salah satu metode yang sangat menarik bagi anak-anak.



IV. Kesimpulan
Masa Golden Age (0-8 tahun) hanya datang satu kali, tidak mungkin terulang kembali. Apapun jenis kecerdasan yang ingin dibangun untuk anak, membaca adalah modal dasar yang utama. Kegiatan membaca harus dilakukan jika anak dalam keadaan senang sehingga anak bisa menikmati dan mencerna apa yang mereka baca.Selain guru, membaca juga seharusnya menjadi aktivitas orang tua. Dengan membaca anak-anak akan kaya dengan informasi. Untuk mendidik anak-anak dalam era globalisasi ini , kita tak hanya cukup berbekal pengalaman masa lalu, karena dunia ini akan selalu berubah. Dengan mambaca kita bisa mencharger pengetahuan kita. Membaca perlu pembiasaan sedini mungkin.
Selain membaca, bercerita juga merupakan strategi pembelajaran yang efektif untuk anak usia dini. Syek Muhammad al-Hazzaa dalam bukunya;”Assaliibun Nabiiyi Shalallahu Alaihi Wasallam Fii Ta’liim”Dalam mengajar Rasulullah seringkali menyampaikan dalam bingkai cerita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kaum terdahulu. Beliau menyampaikan metode ini karena cerita yang disampaikan mampu meninggalkan bekas yang sangat dalam pada jiwa peserta didik. Ia menjadi pengarah yang paling indah, didengar oleh peserta didik dengan penuh perhatian dan konsentrasi, serta diterima oleh hati dari pendengaran mereka dalam bentuk yang sebaik-baiknya, tanpa menekan peserta didik dengan perintah atau larangan, melainkan memberi tahu mereka tentang peristiwa yang terjadi pada orang lain. Sehingga dengan sendirinya mereka bisa mengambil ibrah (pelajaran) ,mau’izhah (nasihat), dan qudwah(teladan).Membaca dan bercerita merupakan media yang baik untuk mengajar anak, terutama anak-anak usia dini. Sehingga kita dapat mendidik, mengembangkan, mengajar dan melatih anak-anak sesuai yang diharapkan berdasarkan standar perkebangan anak. Cakupan perkembangan anak usia dini terdiri atas pengembangan beberapa aspek:
• Moral dan nilai-nilai agama
• Social, emosional dan kemandirian
• Bahasa
• Kognitif
• Fisik atau motorik
• seni

















V.Daftar Pustaka
Aini,Bunda.Membaca &Menulis Seasyik Bermain,Bandung: Mizan,2006
Musbikin, Imam.Buku Pintar PAUD dalam perspektif Islami, Jogjakarta:Laksana,2010
Leonhardt, Mary.(penterjemah: Alwiyah Abdurrahman) 99 Cara menjadikan anak anda”keranjingan “membaca,Bandung:Kaifa,2000

Sabtu, 10 September 2011

Kegelisahan dan Kegembiraan Para Penghuni Surga

Komaruddin Hidayat dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Kematian” mengungkapkan sebuah kisah tentang kegelisahan dan kegembiraan Penduduk surga terhadap harta warisan yang mereka tinggalkan untuk anak-anaknya.
Dalam sebuah kisah disebutkan, suatu hari Nabi Isa menasihati murid-muridnya untuk bersikap ekstra hati-hati terhadap harta warisan yang ditinggalkan oleh orang tua. Suatu hari, Nabi Isa memulai dengan nasihatnya, malaikat penjaga surga ketika berjalan-jalan mengontrol taman surga bertemu dengan dua orang yang tengah bercanda. Suasana menjadi ceria saat malaikat datang dan ikut bergabung. Di tengah suasana ceria itu, penduduk surge teringat akan anak cucunya yang masih hidup, kemudian dia meminta tolong kepada malaikat,” Hai , sahabat kami malaikat yang baik, tolonglah kami dibukakan jendela surga ini barang sejenak karena kami ingin melihat keadaan anak cucu kami yang masih tinggal di bumi.” Begitu pinta mereka. “Baiklah”, kata malaikat , “Silahkan kalian berdua berdiri dekat jendela surga untuk kami bukakan sejenak.”
Demikianlah, setelah dua penghuni surga tersebut melihat dunia tidak lebih dari 5 menit, tiba-tiba suasana ceria yang penuh canda tiba-tiba salah seorang dari mereka menjadi sedih dan menangis pilu, sementara yang lainnya tampak ceria. Lalu malaikat bertanya padanya,”Hai, kawan, ceritakanlah apa yang terjadi dengan keluargamu, aku sudah menuruti permintaanmu untuk membukakan jendela surga, mestinya engkau gembira setelah melihat keadaan keluarga yang engkau tinggalkan, tapi nyatanya engkau malah kelihatan sangat bersedih. Apa yang kau lihat dan apa yang bisa aku bantu untuk meringankan penderitaanmu?”
Lalu orang tersebut menuturkan kepedihannya. Katanya, ketika dia mengintip dunia dari jendela surga ternyata anak cucunya tengah berebut warisan yang dia tinggalkan. Tidak hanya berebut, bahkan gara-gara warisan itu mereka saling bermusuhan, fitnah memfitnah dan sampai pada usaha untuk saling membunuh. Gara-gara warisan saudara kandung berubah menjadi musuh. Padahal, lanjut penghuni surga tadi, dulu dia berfikir bahwa dengan bekerja keras mengumpulkan harta warisan, dia berharap anak cucunya sampai tujuh turunan hidup makmur, tanpa harus bersusah payah seperti orang tua mereka. Tetapi kenyataannya perhitungannya meleset. Kini justru harta warisan itu menjadi pangkal malapetaka.
Sambil menenangkan penduduk surga yang masih menunduk pilu, malaikatpun berpaling kepada yang lain. “Hai kawan, apa yang kau saksikan di dunia sehingga engkau Nampak begitu gembira?” Dengan wajah berbinar teman tadi menjelaskan keadaan anak cucunya yang masih bahagia. Keluarganya hidup utuh dan harmonis serta dicintai banyak orang. Tidak ada perasaan yang lebih membahagiakan orang tua kecuali melihat anak cucunya hidup rukun dan tampil menjadi pemimpin masyarakat berkat pendidikan dan keimanan yang ditanamkan oleh orang tuanya. “Rupanya pilihanku benar. Bahwa warisan terbaik itu bukanlah tumpukan harta, tetapi kualitas pendidikan yang baik dan nila-nilai keagamaan.”
(Dikutip dari Buku "Psikologi Kematian" by Komaruddin Hidayat Penerbit Hikmah Zaman Baru tahun 2006)

Sabtu, 04 Juni 2011

PELAYANAN KESEHATAN ANAK

BAB I

PELAYANAN KESEHATAN ANAK

PENDAHULUAN

Kebutuhan dasar seorang anak adalah asah,asih, dan asuh. Asah adalah stimulasi atau pendidikan, asih adalah kasih sayang dan asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik yaitu pemberian gizi atau nutrisi dan kesehatan yang optimal.Artinya seorang anak hanya akan dapat tumbuh kembang secara optimal bila memperoleh zat gizi yang memadai bagi pertumbuhan fisik dan otaknya serta mendapatkan perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tidak bisa dipungkiri aspek kehidupan sangatlah penting bagi kita, karena bila kondisi kita tidak sehat, maka aktifitas kita akan terhambat. Begitu pula dengan anak-anak, bila kondisi kesehatan mereka terjaga secara fisik maupun psikologis maka proses pendidikannyapun akan berjalan dengan baik.
Guru memang menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan anak, tapi yang paling bertanggung jawab adalah orang tua. Karena anak belajar dari keteladanan dan kebiasaan, gaya hidup orang tua sangat mempengaruhi. Orang tua yang merokok sangat membahayakan kesehatan anak. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat 22 persen anak yang orang tuanya merokok mengidap penyakit asma dan pernafasan (Murray dkk, 2004 dalam Santrock, 2007). Selain itu, asap rokok juga menyebabkan anak kekurangan vitamin C (Staruss, 2001 dalam Santrock, 2007).
Selain gaya hidup orang tua, pola asuh yang diterapkan pun mempengaruhi kesehatan anak. Pola asuh yang kurang baik diindikasikan oleh kurang maksimalnya pemberian ASI, kurang baiknya pola konsumsi pangan keluarga dan pola perawatan kesehatan dasar terutama bagi anak usia dini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KESEHATAN ANAK
II.1Pengertian Sehat dan Anak Sehat
Definisi sehat menurut UU No.( Tahun 1980 tentang Pokok-Pokok Kesehatan, sehat adalah sehat badan, rohani (mental), dan social, bukan hanya sebatas dari penyakit-penyakit,cacat, dan kelemahan. Kesehatan rohani atau jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembagan fisik,intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang.
Tujuan dari kesehatan adalah mencapai keadaan kesehatan anak didik dan lingkungan hidupnya sehingga dapat memberikan kesempatan belajar serta tumbuh secara harmonis,efisien dan optimal dengan jalan :1). Mempertinggi nilai kesehatan, 2).mencegah dan memberantas penyakit, 3). Memperbaiki dan memulihkan kesehatan.
Anak yang sehat akan mengalami tumbuh kembang yang normal dan wajar, sesuai standar pertumbuhan fisik anak umumnya dan memiliki kemampuan perkembangan sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu anak sehat juga nampak senang, mau bermain,berlari, berteriak,meloncat,memanjat, da tidak berdiam diri saja.
Janice J. Beauty dalam bukunya yang berjudul Skills for Preschool Teachers menjabarkan tentang bagaimana mengelola kelas yang sehat sebagai salah satu keahlian yang harus dimiliki pendidik Anak Usia Dini. Selain menjaga kesehatan lingkungan, kelas yang sehat berhubungan juga dengan menjaga kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Kesehatan dan gizi merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Dalam penelitian yang dilakukan Ernesto Pollitt dkk (1993) menyatakan bahwa pemberian makanan yang sehat dan protein, akan mempengaruhi perkembangan kognitif selanjutnya. Selain itu, apa yang anak makan juga ikut mempengaruhi irama pertumbuhan, ukuran badan dan ketahanan terhadap penyakit (Brom dkk, 2005 dalam Santrock, 2007)
Menurut santrock (2007: 157) pada umumnya masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan pelecehan. Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pollitt dkk, bahwa gizi sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Pola makan sangat berkaitan erat dengan hal ini. Maraknya makanan cepat saji dengan berbagai variasi yang sangat menarik untuk anak seperti hot dog, pizza, hamburger dsb, menjadi kendala tersendiri yang mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi yang sehat. Perlu kreatifitas yang tinggi bagi guru dan orang tua untuk mengemas makanan sehat yang menarik bagi anak layaknya makanan cepat saji.
Selain makanan sehat, olahraga merupakan aspek yang sangat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik anak:
Exercise is linked with many aspects of being physically and mentally healthy in children and adult (Buck dkk, 2007 dalam Santrock, 2007)
Ketika berolah raga, anak menggerakan otot-otot tubuhnya yang merupakan stimulasi bagi perkembangan motorik terutama motorik kasar. Olah raga yang tepat sebagai stimulasi perkembangan motorik tersebut adalah yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Ketika berolahraga pun anak belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Jika olah raga tersebut berupa permainan maka anak akan belajar nilai-nilai social seperti sportifitas, kemenangan, kekalahan dan penghargaan. Karena itu kegiatan olah raga harus dikemas dengan beberapa tujuan pemberian stimulasi berbagai aspek perkembangan anak.

II.2Ciri-Ciri Anak Sehat
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993), ciri anak sehat adalah:
a. Tumbuh dengan baik, dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
b. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkt umurnya
c. Gesit, aktif dan gembira
d. Mata bersih dan bersinar
e. Nafsu makan baik
f. Bibir dan lidah tampak segar
g. Pernafasan tidak berbau
h. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering/kusamMudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Selain itu anak sehat juga dapat dilihat dari tingkat intelegensianya (IQ). Di bawah ini adalah klasifikasi IQ yaitu sebagai berikut :
a. Lebih dari 140 : genius
b. Antara 120-139 : Very superior
c. Antara 110-119 : superior
d. Antara 90-109 : normal,rata-rata
e. Antara 80-89 : subnormal, bodoh (slow leaner)
f. Antara 70-79 : garis batas (borderline)
g. Antara 50-69 : debil (dapat dididik dan dilatih)
h. Antara 30-40 : embicil (tidak dapat dididik)
i. Kurang dari 30 : idiot (tidak dapat dididik dan dilatih)

Anak sehat adalah anak yang normal intelegensianya yaitu IQ 80 ke atas, sehingga dapat masuk sekolahdasar biasa, bahkan yang lambat belajarnyapun (slow learner) juga bisa masuk sekolah biasa.

II.3Jenis-jenis Penyakit Menular
Janice J Beaty pun menerangkan bahwa mengelola kelas yang sehat berhubungan dengan bagaimana membuat progam pembelajaran yang meliputi kegiatan olah raga, latihan, mencuci tangan pengenalan gizi yang sehat dan pemeriksaan kesehatan. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah memahami berbagai gejala penyakit yang sering dialami anak.
Meskipun anak yang sehat cenderung aktif, tapi kekebalan tubuh mereka belum stabil. Berbagai penyakit bisa mengancam kesehatan mereka diantaranya alergi, asma dan infeksi telinga. National Centre of Health Statistics pada tahun 2004, menyatakan penyebab kematian anak paling besar adalah kecelakaan, yang kedua adalah kanker terutama kanker darah (leukemia). Strategi untuk menghindari adalah dengan menggunakan sabuk pengaman, helm dan alat pengaman lainnya. Sedangkan penyakit kanker bisa dicegah dengan pemberian ASI.
Pemberian ASI sangat penting pada masa satu sampai enam bulan pertama. Salah satu keuntungan dari pemberian ASI adalah terbentuknya kekebalan tubuh. Manfaat ASI berdasarkan beberapa ahli kesehatan di Amerika Serikat adalah(Eiger & Olds, 1999; Hanson & Korotkova, 2002; Kramer, 2003):
1. Membuat berat badan bayi yang ideal, serta terhindar dari obesitas.
2. Mencegah alergi
3. Mencegah atau mengurangi gejala diare dan infeksi pernafasan
4. Menguatkan tulang
5. Mencegah penyakit kangker pada bayi dan kangker payudara pada ibu yang menyusui
6. mengurangi resiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
Selain berbagai penyakit yang berhubungan dengan fisik, kelainan anak yang berhubungan dengan mental pun mempengaruhi kesehatan anak. Penyakit tersebut diantaranya hiperaktif. Sebagai pendidik PAUD, diperlukan kepekaan untuk melihat berbagai gejala dari kelainan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus berkonsultasi dengan orang tua dan psikologi secara intensif sehingga mengetahui bagaimana seharusnya perlakuan pada anak yang memiliki kelainan tersebut.
Anak memiliki tingkat kekebalan tubuh yang masih rendah, sehingga sangat rentan menderita penyakit. Ada beberapa penyakit yang sering menyerang anak usia dini dan bersifat menular sehingga gejalanya harus diketahui para guru atau pamong untuk mencegah penularan kepada anak lainnya. Beberapa jenis penyakit menular yang sering ditemukan pada anak adalah sebagai berikut:
a. Cacar air
Gejala :
1). Demam ringan
2). Sakit kepala ringan
3). Tubuh Lemah
4). Keesokan harinya kulit menjadi merah dan panas. Terdapat lepuh-lepuh
(vesikel) kecil, kebanyakan bagian atas dan dada.
5). Pada keadaan lanjut atau hebat, muka dan anggota badan terkena semua
Cara penularan : melalui cairan dari lepuh yang pecah.
Pencegahan, dengan vaksinasi cacar air (varilix)
b. Batuk Pilek ( Inspeksi Saluran Pernafasan Atas/ISPA)
Gejala :
1). Batuk,pilek, hidung tersumbat
2). Kadang badan panas
3). Lemah dan nyeri otot
4). Pusing
5). Kadang suara serak dan tenggorokan gatal
Cara penularan: melalui udara yaitu percikan ludah yang mengering di udara.
Penyebab: bakteri atau virus
Pencegahan: vaksinasi influenza
c. Mencret (Diare)
Gejala :
1). Buang air besar (BAB) lembek sampai cair lebih dari empat kali sehari.
2). Perut mulas
3). Kadang disertai deman dan muntah-muntah
4). Lemas dan pusing
Penderita harus mendapat pertolongan secepatnya karena kemungkinan dehidrasi akibat kekurangan cairan tubuh.
Cara penularan: dari makanan/ minuman yang tercemar kuman.
Penyebab : bakteri atau virus
d. Mata Merah (Conjunctivitis Katrhalis)
Gejala :
1). Mata Merah, keluar kotoran
2). Mata tersa pedih atau nyeri, kadang gatal
3). Pada keadaan berat, disertai demam
Cara penularan : lewat udara
Penyebab virus atau bakteri


e. Campak (Morbili, Tampek-Sunda, Dabagen-Jawa)
Gejala :
1). Panas tinggi
2). Badan lemah, nyeri otot
3). Kadang disertai batuk,pilek
4). Pada hari ke4-5 muncul bintik-bintik merah yang teraba diseluruh tubuh.
Setelah itu bila daya tahan bagus, panas akan turun dengan sendirinya.
5). Pada keadaan berat dapat terjadi komplikasi seperti diare, radang paru atau
Atau radang otak Namun dengan keberhasilan imunisasi campak, kejadian
Komplikasi menjadi sangat jarang.
Cara penularan: percikan ludah di udara
f. Demam Berdarah (DHF)
Adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue. Ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty, yaiu nyamuk yang menggigit terutama pada siang hari dengan jam puncak jam 10 dan 16 sore, memiliki garis-garis hitam pada kaki dan badannya, hidup di air yang jernih. Pencegahan dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes.
Gejala:
1). Deman tinggi mendadak, disertai mual dan muntah
2). Pusing
3). Nyeri ulu hati
4). Lemah dan nyeri otot
5). Kadang disertai batuk dan kerongkongan sakit
6). Terjadi pendarahan seperti bintik-bintik merah di kulit, sampai mimisan, gusi
Berdarah, muntah darah dll. Kadang gejala ini tidak muncul.
7). Pada keadaan berat dapat terjadi syok, dengan gejala ujung tangan dan kaki
Dingin , penderita sesak nafas dan gelisah, kadang kesadaran menurun.
Penderita harus segera dirawat di rumah sakit.



g. Scabies (Gudig/Kudis)
Adalah penyakit yang disebabkan semacam kutu kecil, peularannya melalui kulit yaitu kontak langsung dengan penderita atau sumber penyakit, melalui pakaian, handuk, alas tidur, dan sebagainya.
Gejala:
1). Gatal-gatal pada malam hari
2). Timbul gelembung kecil, kadang nanah bila garukan menyebabkan infeksi
3). Lokasi terutama kulit di daerah lipatan jari dan telapak tangan, siku, paha, dan
Pantat.
Pencegahan adalah dengan menghindarkan diri dari kontak langsung dengan penderita dan barang-barang yang dipakai penderita. Usaha yang dapat dilakukan agar tidak terserang penyakit ini adalah :
1. Mandi menggunakan sabun
2. Badan dikeringkan dengan baik
3. Pakaian dan barang-barang yang bekas dipakai bekas penderita direbus, dicuci, dan dijemur.
4. Alas tidur (kasur) penderita dibersihkan dan dijemur.

h. Panu dan kadas ( Jamur Kulit)
Adalah penyakit kuli yang disebabkan oleh jamur. Penularannya adalah kontak langsung atau melalui barang-barang yang mengandung jamur seperti handuk, sapu tangan, pakaian dll.

Gejala :
1. Bercak putih bersisik.Pada panu bercak tidak terbatas tegas dengan daerah
Sekitarnya dan sisik lebih halus. Sedangkan pada kadas batasnya tegas dan sisik lebih lebih kasar.
2. Teras gatal
3. Dapat menyerang seluruh tubuh


Pencegahan:
1. Menjaga kebersihan secara umum
2. Menghindari kontak langsung/sentuhan dengan penderita
3. Menghindari penggunaan bersama barang-barang seperti handuk.
Beberapa penyakit yang dianggap menular tetapi sebenarnya tidak menular yaitu asma, alergi kulit, dan ayan (epilepsi).

II.4.Pemantauan Kesehatan Anak
Penyebab anak usia TK mengalami kecelakaan
1. Belum bisa memperkirakan atau membedakan tingkat ketinggian dan kerendahan dengan benar.
2. Suka memasukan benda kedalam mulut
3. Belum dapat mengenali atau membedakan benda atau bahan yang berbahaya dan tidak berbahaya.
4. Banyak bergerak, berlari dan melompat.
5. Keseimbangan tubuh belum sempurna.
6. Suka meniru perbuatan orang lain.
7. Rasa ingin tahu dan suka memegang suatu benda yang terjangkau.

Kecelakaan yang mungkin terjadi pada anak
1. Terjatuh
2. Keracunan
3. Kemasukan benda asing
4. Terbakar
5. Terluka, terbentur dan tertumbuk.
6. Terbekap.
7. Tenggelam.
II.5 Pelayanan Kesehatan Anak melalui P3K
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
1. Pengertian
a. Pertolongan yang diberikan segera setelah kecelakaan
b. Tindakan P3K ini bersifat sementara, sampai korban mendapat pertolongan dari petugas yang berwenang.
2. Tujuan P3K
a. Menyelamatkan penderita
b. Menyembuhkan penderita atau mencegah bertambah parahnya luka
3. Prinsip pokok P3K
a. Apabila ada pendarahan, dihentikan dengan secepatnya.
b. Upayakan agar penderita tetap sadar

II.5.Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pribadi dan Lingkungan
a. Kesehatan Pribadi/Perseorangan
- Tujuan : menjaga kebersihan diri agar selalu dapat hidup sehat
- Kebersihan diri berarti menjaga kesehatan secara umum
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kebersihan pribadi atau perorangan :
1. Mandi setiap hari teratur menggunakan air bersih dan sabun. Muka/wajah, telinga, ketiak harus dibersihkan.
2. Telinga dibersihkan menggunakan cotton bad minimal seminggu sekali.
3. Rambt dikeramas 2-3 kali seminggu, disisir rapih
4. Gosok gigi 2-3 kali sehari, yaitu setiap habis makan dan sebelum tidur
5. Tangan harus dicuci:
- sebelum makan dan minum
- sebelum menyiapkan makanan dan minuman
- sesudah buang air kecil dan buang air besar
6. Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit dan menjadi sumber
Penyakit.
7. Kaki harus dirawat dengan baik dan teratur, pakai sepatu yang cocok ukurannya. Kaos kaki harus sering diganti/dicuci.
8. Pakaian harus diganti setiap habis mandi dengan pakaian yang sudah dicuci bersih dengan sabun detergen, dijemur dibawah matahari dan disetrika.
b. Kesehatan Lingkungan
- Kesehatan manusia selalu dipengaruhi lingkungan sekitarnya
- Tujuan : agar lingkungan di sekitar tetap bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah
Timbulnya penyakit dan penularan penyakit.
- Penularan penyakit terjadi bila ada hubungan antara 3 mata rantai:
1. Sumber penyakit
2.Perantara Penyakit
3. Orang (Host) yang lemah/peka terhadap serangan penyakit
- Cara mencapai kebersihan lingkungan di sekolah dan rumah:
1. Membersihkan peralatan sekolah
2. Membersihkan lantai
3. Sediakan tempat sampah yang tertutup dan selalu buang sampah di tempatnya
4. Membersihkan WC dan kamar kecil, membiasakan menyiramnya, tidak boleh
Membuang kotoran lain ke lubang WC atau tempat buang air kecil.
5.Membiasakan diri tidak membuang ludah di sembarang tempat
6. Jarak sumber air dengan septiktank (penampungan kotoran) minimal 10 meter
7. Hindari genangan air/air hujan di sekitar rumah
8. Setiap bangunan hendaknya memiliki saluran buangan limbah(selokan). Air
Limbah diusahakan lancar airnya.
9. Hewan peliharaan tidak berkeliaran di sekitar sekolah/rumah/tempat anak
Bermain,terutama hewan yang berkutu.
10. Penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan adalah menanamkan kebiasaan hidup sehat kepada anak didik agar dapat turt bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya serta lingkungannyadan ikut aktif dalam usaha-usaha kesehatan.
II.6. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Pemantauan tumbuh kembang anak sangat penting untuk mengetahui proses tumbuh kembang anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang mengalami tumbuh kembang. Tumbuh berkaitan dengan perubahan ukuran atau perubahan angka/nilai yang menunjukkan ukuran-ukuran tadi (missal BB,TB, lingkar lengan atas,lingkar kepala, lingkar dada, dll).
Pada masa tumbuh kembang seorang anak, factor genetic yang dianggap sebagai penentu bawaan saling mempengaruhi dengan factor lingkungan yaitu antara lain infeksi, gizi, social, emosional, budaya, politik. Untuk dapat mencapai potensi genetic secara optimal, diperlukan lingkungan fisikobio-psikososial meliputi (1) keluarga, (2) kesehatan ibu dan anak (3)pemukimam (4) pendidikan (stimulasi). Keempat macam lingkungan itu saling berkaitan dan akan memenuhi kebutuhan anak untuk proses tumbuh kembangnya.
Pemantauan tumbuh kembang anak dilakukan dengan deteksi dini tumbuh kembang anak. Pengertian deteksi dini adalah upaya penyaringan yang dilakukan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tmbuh kembang anak dan mengenal serta mengetahui faktor resikonya. Kegunaan dari deteksi dini ini adalah upaya pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan yang diberikan hanya dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
Beberapa alat yang digunakan untuk melakukan deteksi dini adalah tes skrining yang telah distandarisasi untuk menjaring anak dengan gangguan tumbuh kembang, yaitu:
a. Berat badan menurut tinggi badan
b. Lingkar kepala anak
c. Kuesioner Perilaku anak Prasekolah
d. Tes daya ingat dan Tes Kesehatan mata
e. Tes Daya Dengar










BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan anak membahas hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan tentang nutrisi dan kesehatan anak. Di sini dibahas mengenai dasar-dasar kesehatan, yaitu :
1. Pengertian Sehat dan Anak Sehat
2. Ciri-ciri Anak Sehat
3. Jenis-Jenis Penyakit Menular
4. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pribadi dan Lingkungan
5. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Pengertian sehat adalah sehat badan, rohani (mental), dan social, bukan hanya bebas dari penyakit-penyakit, cacat dan kelemahan.
Ciri-ciri anak sehat, yaitu :
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993), ciri anak sehat adalah:
a.Tumbuh dengan baik, dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
b. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkt umurnya
c. Gesit, aktif dan gembira
d. Mata bersih dan bersinar
e. Nafsu makan baik
f. Bibir dan lidah tampak segar
g. Pernafasan tidak berbau
h. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering/kusam
i. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Jenis-jenis Penyakit menular yaitu :
1. Cacar air
2. Batuk pilek
3. Mencret (diare)
4. Mata Merah (Conjunctivitis Katarhalis)
5. campak
6. Demam berdarah
7. Scabies (Gudig/kudis)
8. Panu dan Kadas (Jamur Kulit)
Di dalam makalah ini juga dibahas tentan P3K, yaitu factor penyebab mengapa anak mudah mengalami kecelakaan. Praktik P3K diharapkan dapat membantu para guru yang sering dihadapkan pada beberapa kecelakaan yang menimpa seorang anak di sekolah, kerena keterbatasan fisik dan pengetahuan anak mengenai benda-benda berbahaya di sekitarnya.
Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pribadi dan Lingkungan yaitu dengan selalu bergaya hidup sehat seperti yang telah diterangkan pada pembahasan di atas.
Pemantauan Tumbuh Kembang berkaitan dengan perubahan ukuran atau perubahan angka/nilai yang menunjukkan ukuran-ukuran tadi (missal BB,TB, lingkar lengan atas,lingkar kepala, lingkar dada, dll).






DAFTAR PUSTAKA
Endah, [ http://parentingislami.wordpress.com]
Romadona Nur Faizah dr. [Pemberian Gizi dan Pemeliharaan Kesehatan untuk anak Usia dini]