BAB I
I.1 PENDAHULUAN
Berkaitan dengan tumbuh kembang motoriknya, keterampilan baru anak di tahun ke 2 usianya yang utama ialah : dapat berdiri sendiri, berjalan tanpa dibantu, dan makan sendiri. Ketrampilan-ketrampilan yang menjadi tonggak baru tumbuh kembangnya turut mempengaruhi tumbuh kembang motorik halus, kognitif dan bahasa serta emosi dan sosialnya, sehingga semua masalah yang kemudian muncul dalam berbagai aspek tadi saling berkaitan, dan penyelesaiannyapun harus dilihat secara menyeluruh.
Memasuki tahun 2 usianya, anak sudah menjajaki tahapan baru dalam perkembangan kemampuan emosi dan sosialnya.Seperti anak berusia sekitar 5 bulan yang mengalami naik turunnya emosi ,suasana hati anak usia 1 sampai 2 tahun kini juga bergejolak.Kadang kadang merasa senang,tapi tak jarang pula ia merasa sedih dan menangis.Tapi,di usia ini tangisnya tak sepanjang tangis ketika ia masih bayi .Ia sekarang juga lebih tertarik pada teman sebayanya.Saat ini ia pun dapat merasakan hal hal yang disukainya.Anak usia kurang lebih 1 tahun sudah dapat menolak tangan pengasuh yang kotor.Ia pun sudah bisa memilih baju favoritnya.Ketika memasuki usia sekitar 18 bulan ia memiliki gambaran prilaku yang lebih mirip anak usia 2 tahun.Ia sering berada dalam’situasi antara’,senang dan takut ,antara tertawa dan menangis ,atau antara berhasil atau frustasi.Sekarang ia tak lagi memandang apa yang ada di dunia ini sebagai miliknya seorang.Ia sudah mulai siap berbagi dengan teman sebayanya.Ketika memasuki usia sekitar 21 bulan,ia mulai berusaha mengendalikan emosi negatifnya.Namun pada saat bersamaan,ia juga menjadi peruntut berusaha untuk mengendalikan situasi,dan mulai memahami nilai nilai yang diyakini orang tuanya.Di usia 2 tahun,anak umumnya bersikap menentang,tetapi sekaligus bisa merasa bersalah.Sejalan dengan berkembangnya kemampuan verbalnya ,ia sudah dapat menanggapi suasana hati oranglain berbagai kejutan akan muncul di masa ini.Meski tak mudah,namun masalah perilaku anak usia 1 sampai 2 tahun ini selalu dapat diatasi.
I.2 KARAKTERISTIK ANAK USIA 2 TAHUN
Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut :
1. Berpikir simbolik. Anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa kata-kata, gambaran mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir simbolik adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain. Mendekati usia ketiga, kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai menggunakan obyek subtitusi dari benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun bantal- bantal sehingga menyerupai mobil dan dianggapnya sebagai mobil balap.
2. Mengelompokkan, mengurut dan menghitung. Pada tahun ketiganya, anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk, misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang. Selain mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya dan mengetahui perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).
3. Meningkatnya kemampuan mengingat. Kemampuan mengingat anak akan meningkat pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2 tahun, anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya. Mereka juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang disampaikan bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.
4. Berkembangnya pemahaman konsep. Ketika mencapai usia 18 bulan, anak memahami waktu untuk pertama kalinya yaitu pemahaman “sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun, anak mulai memahami pengertian “besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian hari-hari selama seminggu di usia 3 tahun.
5. Puncak perkembangan bicara dan bahasa. Pada usia sekitar 36 bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80% kata-kata tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.
BAB II
II.1 ANAK BERPRILAKU MEMBANGKANG
“Kesalahan terbesar kita adalah menganggap bahwa sikap kasar hanyalah fase yang akan berlalu dengan sendirinya,” kata Michelle Borba, PhD, penasihat Parents sekaligus penulis Don’t Give Me That Attitude: 24 Rude, Selfish, Insensitive Things Kids Do and How to Stop Them. Strategi berdasarkan usia yang kami berikan akan membantu Anda tenang menghadapi sikap bandel ini dan membantu anak untuk mulai bersikap hormat.
Terbentuknya proses anak membangkang bisa kita lihat dari skema sebagai berikut:
Seringkali kita menghadapi perilaku anak yang diluar kebiasaan, seperti menampilkan agresi, menggigit, memukul, rengekan yang berlebihan, mengamuk dan perilaku-perilaku yang diluar kendali. Banyak sekali yang mengatakan hal tersebut disebut sebagai perilaku buruk atau perilaku menyimpang, dan sepertinya perilaku seperti ini lebih tepat disebut perilaku membangkang (challenging behavior) karena banyak factor internal dan factor eksternal yang mempengaruhinya.
Menghadapi perilaku anak yang membangkang ternyata selama ini seringkali salah dalam bertindak, karena secara tidak sadar apa yang kita lakukan sebenarnya bukan merespon terhadap penyebab sebenarnya dari perilaku anak melainkan reaksi yang dilandasi oleh emosi dan ketidak mau tahuan terhadap apa yang terjadi. Salah satunya reaksi orang tua sedang capek atau emosi tinggi, seringkali tidak memahami mengapa anak kita melakukan perilaku membangkang atau diluar kebiasaan.
Tiga alasan perilaku anak di luar kebiasaan berikut 3 alasan perilaku membangkang pada anak kita. Pahami betul dan berikan respon sesuai dengan penyebabnya:
1. Anak memiliki kebutuhan yang sah yang tidak terpenuhi, seperti makanan, air, perhatian, kedekatan, rasa memiliki, rasa hormat, istirahat, kasih sayang, latihan, stimulasi,belajar dll.
2. Anak tidak memiliki cukup informasi atau pemahaman tentang situasi. Dia mungkin terlalu muda untuk memahami atau ingat aturan. Oleh karena itu ia mungkin membutuhkan lebih banyak komunikasi atau pendidikan tentang hal itu.
3. Anak mungkin memiliki akumulasi stress dari masa lalu, dan karena itu tidak mampu berpikir jernih. Dia mungkin mengalami emosi yang kuat, ia mungkin takut, marah, kecewa, tidak aman dll.
Tanyakan pada diri sendiri tiga pertanyaan di atas agar membebaskan diri anda dari model pengasuhan yang reaktif dan merespon lebih cerdas dan elegan untuk anak anda dengan memahami alasan sebenarnya mengapa ia menunjukkan perilaku membangkang. Dengan demikian kita akan bisa merespon sesuai dengan kebutuhan anak kita.
Dan sekarang apa tugas kita sebagai seorang guru pada anak didiknya apa sudah terlaksana dengan baik? Atau kita menjadi sasaran yang disalahkan oleh orang tua dengan sikap anaknya? Karena percaya atau tidak sekarang ini banyak sekali orang tua yang menyalahkan guru ataupun lingkungan sekolah sebagai penyebab kenakalan anaknya, padahal survei yang terjadi dan secara tidak disadari itu semua akibat kelalaian orang tua itu sendiri. Contohnya kejadian yang seorang batita laki-laki bernama Gilang yang kesehariannya selalu ikut ke tempat kerja ayahnya yang notabene adalah tukang pangkas rambut khusus laki-laki, menghisap puntung-puntung rokok dan juga sisa rokok orang dewasa. Ayah Gilang sempat melihat perilaku itu tapi hanya melihatnya saja tidak melarang ataupun kaget, karena menurut sang ayah itu hal biasa terjadi dan sudah menjadi biasa.
Sebenarnya usia dini adalah usia yang sangat penting bagi perkembangan anak, sehingga disebut “golden age”. Perkembangan AUD dimulai sejak prenatal. Saat itu, perkembangan otak (pusat kecerdasan) sangat pesat. Setelah lahir, sel-sel otak mengalami eliminasi dan membentuk jalinan yang kompleks, sehingga nantinya anak bisa berfikir logis dan rasional. Organ sensoris (pendengaran, peglihatan, penciuman, pengecap, perabaan), dan organ keseimbangan juga berkembang. (Black, J.et.all.1995;Gesell, A.L & Ames,F,1940).
Menurut para ahli di bidang neurologi, ukuran otak anak usia 2 tahun mencapai 75% dari ukuran otak orang dewasa. Pada usia 5 tahun, perkembangan otak telah mencapai 90 % dari ukuran otak orang dewasa (Santrock,J.W,2002). Berarti pada usia dini (bahkan sejal dalam kandungan) terjadi perkembangan otak , kecerdasan dan kemampuan belajar anak yang signifikan.
Hail penelitian di bidang psikologi, kondisi kehidupan awal memiliki pengaruh perilaku pada usia dewasa. Perilaku ini dapat bersifat positif maupun negative, yaitu berupa perilaku prososial maupun anti social. (Oslen,SF dan Maertin,P,1999;Saltaris,et all 2004;Karr-Mose & Wiley,1997 dalam Young,2002).
Hasil studi para ahli gizi, pembentukan kecerdasan semasa dalam kandungan dan usia dini sangat tergantung pada asupan gizi. Makin tinggi kualitas asupan gizi, makin tinggi pula status kesehatan anak. Tinggi rendahnya status kesehatan anak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kemampuan belajar.
Hasil penelitian di bidang pendidikan, ketelibatan orang tua dalam memberikan alat permainan yang sesuai dengan usia anak, dan pemberian stimulasi yang bervariasi dalam aktivitas keseharian, menjadi predictor terhadap perkembangan IQ anak (Shaver, David R, 1993). Ketidakharmonisan dalam keluarga, sikap dingin, penolakan kehadiran anak, dan pemberian hukuman yang tidak sesuai berpengaruh terhadap perkembagan perilaku menyimpang (Young,2002; Shaver dan David R, 1993)
Dari segi fisiologi dan psikologis, menyatakan “tidak” atau “tidak mau” sambil menggelengkan kepala, ternyata dianggap lebih mudah dilakukan oleh anak 1-2 tahun. Meskipun sebetulnya, kata “ya” atau “mau” telah mampu diucapkannya. Masalahnya, kata “tidak” dan “tidak mau” memberi anak sedikit celah untuk menyatakan identitas diri yang baru mereka temukan di periode ini. Untuk membedakan dirinya sekarang ini dengan masa bayi, kata-kata yang bersifat menentang dan berlawanan dengan yang dikatakan orang tua atau pengasuh (negativistik) semacam ini menunjukkan bahwa ia kini menjadi individu terpisah dari orang tuanya.
Dengan mengatakan “tidak” berulang kali, anak sedang melatih kemandirian serta menguji otoritas anda. Para peneliti yakin bahwa perilaku melanggar aturan merupakan sebuah cara untuk membuktikan eksistensi diri. Anak di tahun kedua usianya ini tidak peduli larangan anda agar, misalnya, tidak menyentuh apapun yang ada di kiri kanannya ketika anda berdua sedang berada di pasar swalayan.Baginya, tidak penting bagaimana perasaan orang tua saat ia melanggar larangan itu.
Alison Gopnik, psikolog tumbuh kembang anak dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat berpendapat, anak usia 2 tahun sudah paham bahwa dua orang dapat memiliki perasaan berbeda terhadap benda yang sama. Anak akan secara sengaja melakukan sesuatu yang tidak diinginkan oleh orang tuanya dan mengamati reaksi mereka. Namun, tidak semua pelanggaran aturan oleh anak usia ini didasari oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, usia 2 tahun merupakan usia ini didasari oleh rasa ingin tahu. Oleh sebab itu, usia 2 tahun merupakan usia yang tepat untuk menjelaskan secara lengkap alasan dan perasaan kita melarang atau membolehkan anak melakukan sesuatu.
Hal lain yang mendorong sikap membangkang adalah, anak usia 2 tahun juga berada pada masa mulai mengumumkan identitas dirinya. Dengan demikian Mark Wohlraich, pengajar kesehatan anak pada Universitas Vanderbilt, Amerika Serikat.
Seringkali anak usia 2 tahun mengatakan”tidak” meskipun sebelumnya ia tidak ingin mengatakannya. Keadaan ini merupakan bagian dari tahap tumbuh kembang anak. Namun, bukan berarti orang tua tidak perlu memberikan reaksi yang semestinya dan diperlukan demi pembentukan kepribadian anak.
Perlu diingat, penolakan atau pertentangan yang ditunjukkan anak di usia awal tahun keduanya tidak ditujukan kepada anak. Semua anak akan melalui fase tumbuh kembang yang disebut negativistik ini. Masa ini merupakan fase penting dalam pembentukan ekspresi diri, dan merupakan bagian mendasar bagi pembentukan ego (keakuan) serta langkah penting dalam membentuk kepribadiannya.
Ada anak yang mengalami masa ini singkat saja, tapi juga ada anak yang mengalaminya lebih lama. Bahkan pada anak yang lahir membawa sifat pemarah, sifat pemarahnya bisa menetap lebih lama. Jika anak usia ini terus menerus mengatakan”tidak” terhadap apa saja yang ditawarkan padanya, cobalah memberi lebih banyak pilihan. Misalnya, jika kita bermaksud menyuruhnya mencuci tangan, kita bisa mengatakan: “ Kamu mau pakai sabun bebek atau sabun kelinci?” Pilihan ini menyebabkan anak merasa benar-benar memegang kendali. Hal lain yang dapat dilakukan orang tua adalah mengurangi penggunaa kata “tidak” dalam percakapan dan jangan menertawakan kata “tidak” yang diucapkan anak.
Jika anak usia 18 sampai 24 bulan masih terus menentang dan melanggar aturan. Anda tak perlu putus asa mencari strategi. Menentang merupakan suatu tugas dalam proses tumbuh kembang anak usia 1 sampai 2 tahun. Tugas kita adalah menentukan batasan yang masuk akal untuk anak, dan mulai memperkenalkan anak pada aturan bersosialisasi, berupa disiplin.
Awalnya, si kecil berpikir atau memandang sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Biasanya mulai terjadi pada usia 1-2 tahun. Tahap ini disebut egosentris. Jadi, jangan harapkan anak usia ini berempati pada orang lain, karena mereka masih bersifat self oriented (berpusat pada dirinya sendiri), yaitu apa-apa dikembalikan pada dirinya diukur menurut ukurannya sendiri.
Wajarlah, karena perkembangan kognitifnya pun masih pada tahap berpikir satu arah.Dia belum bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Namun lama-lama pola pikir ini akan berkurang sendiri.
Sebenarnya perilaku anak yang suka melanggar norma tersebut dipelajari secara terpaksa/tidak sengaja, sebagai cara untuk menunjukkan kontrol anak terhadap perilaku orang tua mereka. Perilaku pembangkangan pada anak memang tidak dapat lepas dari cara orang tua memperlakukan anaknya. Pembentukan perilaku-perilaku pembangkangan oleh anak tersebut terjadi dalam beberapa cara, antara lain:
Pertama. Orang tua memberikan penguat negatif (negative reinforcer; yang justru befungsi memperkuat respon) kepada anak agar ia menghentikan respon negatif akibat adanya stimulus eversif (tidak menyenangkan) yang diberikan orang tua sebelumnya. Keadaan semacam ini disebut “perangkap akibat penguat negatif” (negative reinforcer trap).
Contoh: Orang tua menyuruh anaknya membuang sampah, anak menolak dengan cara menunjukkan temper tantrum (kemarahan yang meledak-ledak, menolak dengan menjerit-jerit), orang tua manarik perintahnya. Maka anak akan mempelajari perilaku membangkang tersebut, kapan-kapan ia akan mengulangi perilaku yang sama untuk melawan perintah orang tua, yaitu dengan cara temper tantrum.
Contoh lain: ketika berada di tempat perbelanjaan anak melihat ada mainan yang disukainya, ia merengek-rengek kepada ibunya minta dibelikan. Ibunya merasa tak tahan dengan rengekan anaknya dan malu pada orang lain bila anaknya terus-menerus merengek, akhirnya ia mengabulkan permintaan anaknya. Maka anak akan mempelajari perilaku merengek sebagai senjata untuk memaksa orang tuanya menuruti kehendaknya. Kapan-kapan kalau ia menginginkan sesuatu ia akan merengek-rengek agar mendapatkan yang ia inginkan.
Kedua. Terjadi akibat adanya penguat positif (positive reinforcer) yang diberikan oleh orang tua untuk mengatasi respon anak. Biasanya ini akibat pola-pola perhatian dari orang tua: mencari-cari alasan untuk menerima perilaku anak, berusaha memahami dengan cara mendiksusikan hal tersebut pada anak. Keadaan seperti ini disebut sebagai “perangkap penguat positif” (positive reinforcer trap).
Contoh: orang tua menyuruh anaknya mandi, anak menolak, dan ngambek, agar anak tidak ngambek dan bersedia mandi, orang tua merayu anak dengan berjanji akan membelikan sesuatu pada anak, misalnya makanan yang disukai. Maka anak akan mempelajari perilaku membangkang tersebut, kapan-kapan ia akan mengulangi perilaku yang sama untuk melawan perintah orang tua, yaitu dengan mengajukan syarat kepada orang tua.
Ketiga. Adanya ketidakselarasan dalam pengasuhan (inconsistant parenting). Keadaan ini terjadi sebagai akibat perbedaan standar dalam menilai perilaku anak dari orang-orang yang terlibat dalam pengasuhan. Seperti antara ibu dan ayah, atau kalau pengasuhan tersebut dipegang oleh kakek-nenek si anak, biasanya ketidak-selarasan terjadi antara orang tua dengan kakek-nenek. Pada umumnya standar orang tua lebih ketat bila dibanding dengan kakek-nenek. Pola pengasuhan kakek-nenek kepada cucunya cenderung permisif (serba membolehkan), karena rasa sayang yang lebih besar.
Contoh: anak berkelahi sampai melukai temannya karena berebut mainan, ayah marahinya dan menghukum anaknya dengan melarangnya bermain selama beberapa hari. Ibu tidak sepakat dengan keputusan ayah, justru membela dan memberikan kasih sayang kepada anaknya, kadang-kadang kalau ayah tidak ada, ia membiarkan anaknya keluar untuk bermain. Kalau demikian keadaannya, maka anak kapan-kapan akan melawan perintah atau hukuman ayahnya karena merasa memiliki pendukung, yaitu ibunya.
Jadi, untuk sementara pahami “keegoisan” si kecil ini. Jika ia merebut mainan teman, misal, tak perlu langsung menuduhnya sebagi anak yang mau menang sendiri. Umumnya anak melakukan itu karena merasa mainan temannya lebih menarik. Dan, karena ia masih berpikir egosentris , yang ada di pikirannya, “Aku ingin bermain bola dengan Rara sekarang! Jadi aku harus mengambil bola itu dari tangannya!”.
Alihkan saja perhatiannya dengan memberinya mainan lain yang kira-kira menarik perhatiannya. Bukankah sifat anak itu masih mudah dialihkan?
Membangkang tidak sama dengan anak yang melakukan kekasaran atau bersikap kasar. Membangkang, anak hanya menolak setiap apa yang diperintah atau disuruh orang tua atau orang yang lebih besar. Dalam hal ini, anak tidak melawan ataupun berbuat sesuatu yang menentang atau menyerang. Sikapnya hanya sekedar menolak untuk sesaat yang nantinya ia akan melakukan perintah itu.
Sikap ini akan menjadi tingkah laku kasar bila sikap membangkang anak diterjemahkan, dipersepsi atau diartikan oleh orang tua sebagai anak yang “tidak mau menurut”, “tidak sopan” atau “tidak patuh”. Karena dengan itu orang tua mulai meng-adakan penekanan dengan kalimat “harus” atau memaksakan anak untuk melakukan perintah itu, agar jangan menjadi kebiasaan atau keterusan.
Dengan paksaan dan penekanan ini, anak mulai mengadakan defensive (pertahanan diri) dari segala sesuatu yang datangnya dari luar, atau ia akan menyerang orang tua lebih dahulu sebelum sikap orang tua yang menekan dan memaksa tersebut tiba dalam kehidupannya. Sebelum terjadinya defensive ini, anak berusaha menerima dengan sifat kecurigaan terhadap segala perintah, ajakan yang tidak menyenangkan dan yang tidak disukainya.
Adanya kesempatan untuk melakukan tindakan kasar dan ketidaksopanan terhadap orang tua maupun pada orang di sekitarnya. Sikap kasar yang membuat orang lain merasa tidak nyaman atau merasa terganggu akan dijauhi orang lain, baik kita sebagai orang tua maupun orang di sekitar lingkungan rumah.
Seorang anak yang dibiarkan berperilaku kasar di rumah, tidak disangsikan lagi akan bersikap yang sama di luar rumah. Akibatnya ia tidak dihargai oleh teman-temannya dan masyarakat di mana ia berada. Di rumah, si anak tidak dipedulikan oleh orang tua yang sudah angkat tangan dalam menghadapinya. Di sekolah, ia sebagai seorang anak yang menyulitkan sehingga dihindari, baik oleh teman-teman maupun orang dewasa.
Karena stimulus (rangsangan) yang ada di lingkungan sekitar kita ,baik dari media masa maupun elektronik, serta teman-teman sebaya, maupun dorongan keinginan orang tua untuk anak baik dan menjadi orang, sehingga kita lupa siapa anak kita. Perbedaan yang terjadi antara kita sebagai orang tua dan anak yang menerima keinginan tersebut, maka akan timbul suatu sikap yang menyebabkan saling menguasai, baik orang tua menguasai anaknya maupun anak menguasai orang tuanya.
KIAT MENGENDALIKAN ANAK YANG SEDANG MEMBANGKANG
1. Jika dipanggil diam saja, perhatikan anak sedang apa? Mulailah dengan yang menyenangkan anak saat muncul pembangkangan. Setelah dia beralih pandang dengan kita baru sampaikan apa yang kita inginkan.
2. Usahakan untuk tidak memanggil atau melarang perbuatan anak dengan dua kali panggilan atau larangan, tunggu beberapa saat, jika tidak bisa, alihkan seperti point 1, kemudian sampaikan apa yang kita inginkan.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan setiap kali bersama dengan anak, dengan penuh reaksi dan respon positif yang dilakukan anak.
4. Tidak membicarakan kesalahan anak dengan berulang-ulang dalam suasana apapun.
5. Memberikan respon dengan reaksi yang positif setiap kali bertemu dengan anak-anak, meskipun masih di dalam rumah, misalnya baru keluar dari kamar dan bertemu dengan anak, maka sapalah dengan respon yang menyenangkan.
Agar tidak terjadi fenomena tersebut diatas, maka kita pahami apa yang dinamakan pembangkangan dan tingkah laku kasar, serta bagaimana mengendalikannya dengan kiat-kiat yang sangat sederhana ini. Rasanya tidak akan berhasil jika kita tidak benar-benar mempraktekkan bentuk pengendalian tingkah laku anak.Bagi orang tua yang mempunyai anak-anak yang dalam perkembangannya berjalan dengan baik, usahakan untuk tetap bertahan. Dan bagi anak-anak mereka yang sudah terlanjur tercipta tindakan penolakan dan penentangan, berusahalah dengan pengendalian ini, semoga masa depan anak-anak menjadi harapan orang tua dan semuanya.
BAB III
NEGATIVISTIK DAN PENANGANANNYA
III.1 NEGATIVISTIK
Di usia 2 tahun ke atas, si kecil mampu berespon secara emosional terhadap sesuatu yang salah atau menurutnya tak sesuai. Dia akan memperlihatkan rasa marah ketika ayah/ibu melarang bermain atau ngambek kalau tak dibelikan mainan serta melawan saat disuruh tidur. Tak heran jika periode ini disebut periode negativistic atau melawan dan melakukan hal-hal yang justru dilarangnya.
Hal ini erat kaitannya dengan kemauan anak untuk mandiri. Dia ingin menunjukkan pada orang lain bahwa dia bisa mandiri. Itu sebabnya bila dilarang, munculnya perilaku negativistic karena ia merasa kemampuannya untuk mandiri dipertanyakan atau dihalangi, “Kenapa aku tidak boleh naik tangga?” Padahal kan aku sudah bisa melakukannya sendiri!”.
Pada usia di atas 2 tahun, anak sering membangkang / tidak mau patuh. Saat makan tiba, anak terkadang bilang tidak mau, makanannya suka dilepeh atau dilempar, dsb. Ini disebut sikap negativistik. Sikap negativistik merupakan fase normal yang dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk independent . Jadi, batita umumnya ditandai dengan “AKU”, artinya segala sesuatunya harus berasal dari AKU bukan dari orang lain; intinya power. Banyak orang tua yang tidak memahami hal ini, sehingga lantaran khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, orang tua biasanya makin keras memaksa anaknya makan. Ada orang tua yang mengancam anaknya bahkan memukul. Cara-cara tersebut harus dihindari. Justru semakin anak pada usia ini dipaksa, justru akan makin melawan (sebagai wujud negativistiknya) . Realisasinya apalagi kalau bukan penolakan terhadap makanan. Bisa dimaklumi kalau ada orang yang sampai dewasa tidak makan (tidak doyan) nasi atau sama sekali tak menyentuh daging. Bisa jadi sewaktu masih kecil yang bersangkutan sempat mengalami trauma akibat perlakuan orang tuanya yang selalu memberinya makan secara paksa.
Sebisa mungkin kurangi kata – kata seperti “tidak boleh” atau “Jangan”. Biarkan ia melakukan sesuatu sejauh tak membahayakan dirinya. Tapi bukan berarti orang tua haram melarang. Biarkan ia melakukan sesuatu sejauh tak membahayakan dirinya. Asalkan ketika melarang,beri solusi lain pada anak.
Ada beberapa tips menyikapi sifat negativistik anak
(1) harus melihat situasi dan kondisi sebelum memberi perintah kepada anak, pastikan anak sanggup melaksanakannya. Sikap membangkang anak bisa direndam dengan selalu mengajaknya berkomunikasi aktif. Ajukan setiap peraturan dengan disertai penjelasan. "Kakak perlu mandi karena badan Kakak kan kotor habis main seharian." Komunikasi semacam itu akan menyurutkan sikap membangkang anak karena ia paham akan konsekuensi bila ia tak melakukan peraturan itu. Misalnya, "Kalau aku enggak mandi nanti badanku kotor. Itu kan berarti mengundang penyakit. “Wah, bisa-bisa nanti aku sakit, terus ga bisa main dong!”dalam melakukan cara guna membuat anak menuruti perintahnya, orang tua perlu mempertimbangkan kondisi anak dan mengambil cara yang paling ringan efek sampingnya,
(2) tidak perlu memupuk rasa kasihan dalam membebankan tugas tertentu pada anak dalam hal-hal yang dipastikan tidak akan membahayakan jiwa maupun fisik anak, seperti contoh di atas, memerintahkan anak membuang sampah. Selain itu penyamaan persepsi mengenai standar dalam mengasuh anak juga penting untuk dibicarakan antara ayah dan ibu, perlu ada kesepakatan mengenai apa yang boleh/baik/harus dilakukan dan yang mana yang tidak boleh, buruk dan harus ditinggalkan oleh anak.
(3) Konsisten terhadap aturan yang telah dibuat . Terapkan peraturan dengan jelas dan menetap, misalnya kalau sudah ditentukan tidur jam 8 malam, patuhi jadwal tersebut dari hari ke hari.
BAB IV
KESIMPULAN
Disiplin yang keras tidak selamanya bermanfaat. Karena anak jadi agresif dan tampak seperti membangkang. Hal ini terjadi karena anak tidak dapat memahami maksud dibalik peringatan keras tersebut. Yang dipahami anak adalah orang tua telah berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan mereka.
Sebaiknya, larangan atau peringatan pada anak diiringi dengan penjelasan atau alasan yang masuk akal. Sehingga mereka paham apa yang kita maksud. Namun perhatikan cara penyampaiannya.
Sampaikan dengan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami. Berikan batasan apa yang boleh dan tidak. Serta sertakan apa akibat tindakan anak bila melakukan hal itu. Bisa juga dengan mencoba bernegosiasi dengan anak tentang apa yang bisa dilakukan sebagai ganti hal yang dilarang.
Cobalah hindari kalimat yang sifatnya mengancam atau berisi kritik. Hal yang penting adalah konsisten dengan yang dilakukan. Cara ini membuat anak belajar memahami apa yang diharapkan dari dirinya, sehingga ia mampu membentuk perilaku yang sesuai.
KIAT MENGENDALIKAN ANAK YANG SEDANG MEMBANGKANG
1. Jika dipanggil diam saja, perhatikan anak sedang apa? Mulailah dengan yang menyenangkan anak saat muncul pembangkangan. Setelah dia beralih pandang dengan kita baru sampaikan apa yang kita inginkan.
2. Usahakan untuk tidak memanggil atau melarang perbuatan anak dengan dua kali panggilan atau larangan, tunggu beberapa saat, jika tidak bisa, alihkan seperti point 1, kemudian sampaikan apa yang kita inginkan.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan setiap kali bersama dengan anak, dengan penuh reaksi dan respon positif yang dilakukan anak.
4. Tidak membicarakan kesalahan anak dengan berulang-ulang dalam suasana apapun.
5. Memberikan respon dengan reaksi yang positif setiap kali bertemu dengan anak-anak, meskipun masih di dalam rumah, misalnya baru keluar dari kamar dan bertemu dengan anak, maka sapalah dengan respon yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Latifah,Melly,Karakteristik Perkembangan Anak 1-3 tahun,Multiply,2011
Wikipedia,
Balita & Masalah Perkembangannya, seri Majalah Ayah Bunda , 2001
Sentuhan Tiga Tahun Pertama, seri Majalah Nakita,2002
www.ayahbunda.co.id
Baraja, Abu Bakar,Drs,Psi,Tips Mengendalikan Tingkah laku Kasar Ana
Rabu, 26 Oktober 2011
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN MEMBACA DAN BERCERITA DI LEMBAGA PAUD KARSA MANDIRI
IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN MEMBACA DAN BERCERITA DI LEMBAGA PAUD KARSA MANDIRI
BAB I
I.PENDAHULUAN
Membaca adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kegiatan membaca memberikan manfaat yang luar biasa bagi pertumbuhan dan perkembangan kita. Sebagaimana kita ketahui, ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah ayat tentang membaca (Iqra).
Membaca adalah aktivitas yang pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT, melalui Rasulullah Saw ketika beliau diangkat menjadi Rasul penyampai Risalah untuk seluruh umat manusia. Membaca adalah kunci ilmu.Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita bisa mengetahui segala yang terjadi di dunia,semua tempat di dunia. Sudah selayaknya membaca ini diterapkan pada anak-anak kita sejak dini. Untuk itu diperlukan peran serta orang tua, guru , keluarga dan berbagai pihak dalam menumbuhkan minat baca pada anak usia dini.
Membaca seharusnya menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan bagi anak sebagaimana layaknya bermain. Membaca memerlukan pembiasaan sedini mungkin. Bagi anak-anak, membaca seharusnya tidak menjadi kegiatan yang serius dan kaku,yang membuat mereka cepat bosan.
Banyak orang berpendapat bahwa membaca itu merupakan kegiatan yang berat, serius bahkan cenderung membosankan, jauh dari kesan santai dan menyenangkan. Jangankan bagi anak usia dini, bagi orang dewasa saja, membaca belum menjadi aktivitas yang rutin dilakukan.
Sebenarnya membaca itu suatu aktivitas yang mengasyikan,dapat menumbuhkan kreativitas, selain itu dapat merangsang perkembangan berbagai aspek : perkembangan kognitif,sosial emosional serta moral kepribadian anak.
Budaya membaca sudah digalakkan pemerintah semenjak dulu,tetapi minat baca masyarakat masih dirasa kurang,untuk itu sebaiknya di setiap lembaga pendidikan seperti RA,PAUD atau TK diadakan perpustakaan karena saya rasa masih banyak Lembaga pendidikan yang belum menyediakan perpustakaan di Lembaganya. Sehingga, bagaimana minat baca anak bisa tumbuh jika tidak difasilitasi oleh lembaga tempat ia mengenyam pendidikan, selain itu, orang tua juga berperan penting dalam menumbuhkan minat baca anak. Sudah saatnya orang tua membelikan banyak buku kepada anak sejak dini seperti mereka membelikan mainan untuk anak-anaknya.
Sepuluh alasan utama mengapa kita harus menumbuhkan cinta membaca kepada anak:
1. Anak-anak harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik. Mereka hanya akan bersedia menggunakan sebagian besar waktunya untuk membaca jika mereka memang gemar membaca. Berlatih adalah segalanya.
2. Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara,menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik.
3. Membaca akan memeberikan wawasan yang lebih luas keberagamannya, yang membuat belajar dalam segala hal lebih mudah. Anak-anak yang hanya membaca buku-buku fiksi pun akan mengerti tentang fakta-fakta yang ada dalam sejarah,geografi,politik, dan ilmu pengetahuan.
4. Di SMU, hanya anak-anak yang gemar membacalah yang mempunyai keterampilan bahasa untuk menjadi unggul dalam setiap bidang yang memerlukan banyak membaca-seperti dalam tingkatan kemampuan memahami bahasa yang sulit, bahasa asing,sejarah,atau sains. Mereka adalah anak-anak yang diterima di pelbagai perguruan tinggi terkenal.
5. Kemampuan istimewa membaca kemungkinan dapat mengatasi rasa tidak percaya diri anak terhadap kemampuan akademik mereka karena mereka akan mampu menyelesaikan pekerjaan sekolah mereka hanya dengan menyediakan sedikit waktu dan energy emosional mereka. Sebaiknya, anak-anak yang tidak suka membaca akan mudah mengalami krisis kepribadian.
6. Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak. Setelah melihat kehidupan digambarkan melalui pandangan bermacam-macam penulis, mereka memahami ada berbagai cara untuk memandang pelbagai situasi; ada berbagai sisi untuk melihat pelbagai masalah.
7. Membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang. Hakikat kasih sayang adalah kemampuan untuk memahami pandangan orang lain. Membaca menjadi sarana untuk membawa anak-anak kedalam ribuan pola kehidupan yang berbeda, membuat mereka memahami kehidupan ini dengan segala kompleksitasnya. Dalam acara televisi, persoalan-persoalan dipecahkan secara sembarangan dalam waktu setengah jam.
8. Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan. Mungkin mereka akan membaca ketegangan novel Michael Crichton dan bercita-cita untuk menjadi ilmuwan. Cerita-cerita tentang Angkatan Udara yang ditulis oleh Mark Berent mungkin akan menimbulkan minat terhadap penerbangan jet. Betapapun dunia tempat anak-anak tinggal luasnya terbatas, dengan membaca mereka dapat pergi ke manapun dan mereka dapat memimpikan apa pun.
9. Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berfikir kreatif dalam diri mereka. Mereka tidak hanya mendengar informasi, tetapi juga belajar untuk mengikuti argumen-argumen yang kaya dan mengingat alur pemikiran yang beragam.
10. Kecintaan membaca adalah salah satu kabahagiaan utama dalam hidup. Bersantai di kursi yang empuk, di teras terasa sangat, sambil membaca cerita menyeramkan; berbaring di tepi pantai sambil membaca cerita-cerita yang menyenangkan. Tanpa kesenangan-kesenangan ini, hidup akan terasa lebih gelap dan lebih membosankan.
Anak belajar membaca puisi (gbr atas) dan membaca doa (gbr bawah)
BAB II
II. STRATEGI PEMBELAJARAN MEMBACA PADA ANAK USIA DINI
II.1 Memperkenalkan buku seperti memperkenalkan mainan
Anak dan mainan merupakan dua hal yang tidak mungkin dapat dipisahkan. Mainan bagi anak usia dini bisa merangsang motorik kasar dan halus,penglihatan,kreativitas dll. Untuk menjadikan anak-anak cinta buku,maka kita harus menjadikan mereka familiar dengan buku. Dengan memperkenalkan anak pada fisik buku sejak dini, sebenarnya kita telah meletakkan dasar untuk menjadikan aktivitas membaca seasyik bermain pada saatnya nanti.
Memperkenalkan buku kepada anak usia dini terutama dibawah 4 tahun memang agak sulit bagia anak yang pada dasarnya mereka belum mengerti dan belum dibiasakan mengenal buku. Mungkin saja buku tersebut akan digigit, dirobek,dibanting bahkan diduduki. Untuk itu, carilah buku yang berhalaman tebal (Hard Cover) dan buku full (penuh) gambar, kemudian bergeser kepada buku yang banyak gambar dan sedikit tulisan. Seiring pertumbuhan usia anak, maka kita bisa bergeser pada buku dengan perbandingan gambar dan tulisan yang seimbang, kemudian pada buku yang banyak tulisan dan sedikit gambar, sampai akhirnya anak terbiasa dengan buku full tulisan.
Untuk memperbanyak koleksi buku di perpustakaan lembaga,jika keuangan tidak memungkinkan membeli buku-buku baru, maka kita bisa mencari di loakan atau meminta donasi buku kepada anak-anak yang baru masuk minimal mereka menyumbang 1 buku bacaan untuk perpustakaan sehingga koleksi buku-buku di perpustakaan lembaga bertambah banyak. Jadi ketiadaan uang bukan alas an untuk tidak memfasilitasi anak-anak dengan bacaan yang bermutu.Dalam hal ini,pasti guru-guru PAUD tak kehabisan akal untuk menyiasatinya.
Buku-buku berhalaman tebal dan kartu-kartu membaca .
Untuk tahap awal alangkah baiknya kita memperkenalkan anak-anak pada buku yang bergambar penuh dan sedikit tulisan.
Kemudian beralih pada buku berisi tulisan dan gambar seimbang.
Setelah itu bisa beralih pada buku dengan gambar sedikit dan banyak tulisan hingga akhirnya anak-anak terbiasa dengan buku yang penuh tulisan tanpa gambar.
II.2 Memperkenalkan perpustakaan dan toko buku.
Sebenarnya minat anak-anak Indonesia untuk membaca cukup tinggi, tetapi hal ini kurang didukung oleh jumlah buku yang memadai, selain itu harga buku juga masih mahal, sedangkan subsidi dari pemerintah di rasa masih kurang memadai. Biasakan memperkenalkan anak-anak pada perpustakaan atau taman bacaan sehingga merangsang minat baca anak.
Selain perpustakaan, agendakan kepada orang tua murid agar setiap sebulan sekali mengajak anak-anaknya ke toko buku atau book fair sehingga menjadi aktivitas rutin dan keesokan harinya kita bisa bertanya dan anak akan menceritakan buku apa yang ia baca atau ia beli, sehingga akan merangsang kemampuan anak untuk bercerita di depan kelas. Dan ini akan menumbuhkan kemampuan berbahasa anak.
II.3 Tunjukkan arti penting buku
Untuk menunjukkan pentingnya buku, ajaklah mereka untuk merasakan langsung dalam pengalaman sehari-hari. Misalnya dalam acara cooking class, anak diajak terjun ke dapur untuk menyiapkan dan mengikuti pembuatan makanan, selain memberikan ketrampilan pada anak, momen ini juga dimanfaatkan untuk menunjukkan manfaat membaca dengan cara meminta tolong kepada mereka untuk membacakan bahan yang diperlukan, juga pembuatannya.Demikian juga dengan anak-anak yang gemar membuat origami atau kerajinan tangan, bisa meminta bantuan mereka untuk membacakan buku tentang hal tersebut.
Dengan demikian akan menumbuhkan kesadaran dari anak akan arti penting buku yang menunjang minat dan hobi . Anak sebetulnya hanya perlu contoh, jika kita sebagai guru menunjukkan minat baca yang tinggi, maka anak didik kitapun demikian juga. Karena guru adalah sosok yang mudah di idolakan oleh anak. Apapun yang diajarkan oeh seorang guru maka anak akan mengikutinya.
Tunjukkan keteladan membaca, kalau perlu secara aktraktif,karena ini merupakan salah satu proses pendidikan,pendidikan dengan contoh akan jauh lebih efektif disbanding instruksi lisan tanpa bukti. Tunjukkan bahwa membaca itu penting dan menyenangkan.
Adapun kiat-kiat agar anak gemar membaca untuk anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut:
• Pastikan bahwa kecintaan membaca adalah tujuan pendidikan yang terpenting bagi anak-anak.
• Tunjukkan bahwa kita menghargai membaca, tidak hanya lewat kata-kata.
• Jangan terlalu cemas menetapkan jadwal membaca bagi anak-anak, jika mereka cinta baca, maka mereka akan meluangkan waktu untuk membaca.
• Carilah buku-buku yang akan disukai oleh anak-anak
• Sesering mungkin, bawalah anak-anak ke perpustakaan sekolah
• Jadikan saat membacakan cerita merupakan saat yang menyenangkan dan mengasyikan bagi anak.
• Bantulah anak-anak merancang kegiatan bermain yang melibatkan buku.
• Ketika anak tampak siap, tunjukkan beberapa permainan membaca yang mudah bagi mereka.
BAB III
III. STRATEGI PEMBELAJARAN BERCERITA ANAK PADA ANAK
USIA DINI
Sebagaimana diungkapkan dalam Al Qur’an:
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain, katakanlah :’Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.’” (Q.S Al Kahfi [18]:83)
Memasuki era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan generasi mendatang menuju era baru tersebut. Dengan adanya kemajuan teknologi, dunia seakan tanpa batas. Komunikasi dan transaksi ekonomi, dari tingkat lokal hingga internasional bisa dilakukan kapan saja. Ketika perdagangan bebas diberlakukan, tentunya persaingan dagang dan tenaga kerja bersifat multi bangsa. Maka hanya bangsa yang unggulah yang akan mampu bersaing. Sehingga kita harus mempersiapkan anak-anak kita dengan pendidikan yang berkualitas sehingga kita bisa menyiapkan anak-anak kita menjadi insane yang berkualitas. Sebagaimana tujuan pendidikan menurut undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dorong keberanian anak-anak mengungkapkan ide dengan bercerita. Jika belum berani bercerita kepada kita, biarkan dia bercerita pada mainannya. Kita juga bisa meminta anak membacakan bukunya atau mendongeng. Minta anak-anak menentukan tema. Simak cerita mereka dengan perhatian dan kegembiraan. Beri pujian dan saran membangun sehingga membuat anak merasa dihargai dan lebih termotivasi. Jika perlu ajukan pertanyaan pada mereka seperti pada saat mereka bertanya pada saat kita mendongeng. Masuklah ke dunia mereka.
Kebiasaan mendongeng akan menjadikan anak berani mengungkapkan ide dan belajar berpikir dengan alur teratur, meskipun pada awalnya ceritanya akan melompat-lompat tidak karuan. Anak yang gemar bercerita kan lebih mudah didorong untuk gemar membaca. Kegiatan bercerita juga merupakan langkah awal menuangkan gagasan. Kelak saat anak lancar menulis, mereka tidak akan kesulitan menuangkan idenya di atas kertas.
Biasakan untuk rutin bercerita pada anak-anak, kegiatan ini dpat dimanfaatkan dengan cara memasukkan nilai-nilai kehidupan seperti kesetiakawanan, keberanian, kejujuran, tanggung jawab, kemandirian, cinta kasih, dan persahabatan. Sehingga, nilai-nilai positif tersebut akan tertanam dalam dirinya.
Sebaiknya membacakan buku cerita pada anak-anak jangan dituntaskan,tapi biarkan menggantung dan dilanjutkan keesokan harinya atau biarkan mereka menyambungnya dengan imajinasinya. Walaupun dipastikan ceritanya tidak nyambung,tetapi tidak apa-apa karena target kita adalah menjadikan anak-anak senang dan berani memulai.
Macam-macam buku cerita bergambar
III.1 Menanamkan Moral dan Nilai-Nilai Agama Melalui Cerita
Menurut Seto Mulyadi, bukan hanya aspek kecerdasan kognitif yang diperoleh anak melalui bercerita, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual (moral) yang bisa dikembangkan melalui cerita atau dongeng yang indah itu.
Melalui bercerita, guru bahkan orang tau bisa menceritakan secara menarik mengenai suatu tokoh yang berperilaku baik. Sehingga si anak akan terdorong untuk meniru perilaku dari tokoh yang diceritakan tersebut. Misalnya cerita tentang Nabi Ismail yang selalu berbakti pada orang tuanya. Secara tidak langsung anak akan menyerap nilai-nilai moral tentang bagaimana ia harus taat kepada orang tuanya. Selain itu juga kita bisa menceritakan tentang tokoh yang berprilaku buruk yang seringkali membawa kepada penyesalan. Misalnya cerita tentang kisah si anak durhaka Kan’an (putera nabi Nuh as.). Karena tidak mau mengikuti nasihat orang tuanya, maka ia mendapat murka dari Allah, dan mati terbawa air bah yang besar bersama orang-orang durhaka lainnya. Sehingga anak-anak terdorong untuk menjauhi sifat-sifat buruk tersebut.
Manfaat cerita tidak hanya sebatas menanamkan moral dan nilai-nilai agama saja, tetapi juga sangat berguna untuk mengenal Tuhan kepada anak usia dini. Karena pertumbuhan agama pada anak ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan sejak dini.
Membaca dan memilihkan cerita-cerita yang islami bagi anak-anak, secara langsung maupun tidak langsung , memori(otak) mereka akan semakin dipenuhi oleh kosakata yang baik sehingga anak dapat berpikir baik dan selanjutnya kecenderungan untuk berprilaku serta berakhlak mulia akan terbuka lebar baginya.
III.2 Sosial, Emosional, dan Kemandirian
Kegiatan bercerita yang biasa dilakukan oleh guru terhadap anak-anak akan mampu merangsang perkembangan kecerdasan anak.Kecerdasan anak tidak akan tumbuh dengan sendirinya melainkan harus dirangsang. Dengan menjalin komunikasi dengan anak melalui bercerita, maka kita akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak dan daya imajinasi anak.Sehingga anak dapat menyerap nilai-nilai positif yang kita sampaikan. Melalui dialog batin antara si anak dengan dongeng-dongeng yang disampaikan guru atau orang tua (atau siapa saja), maka anak akan mampu menyerap nilai-nilai positif seperti, keberanian, kejujuran, kehormatan diri, cita-cita, rasa cinta dan rasa kemanusiaan.
Dengan cerita, kita dapat mengasah kecerdasan emosional anak. Saat mendengarkan cerita, anak menangkap gambaran emosi misalnya sedih, marah atau gembira.Sehingga akan menumbuhkan sikap simpati dan empati anak.
Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, sehingga akan memperkaya pengalaman emosi anak yang akan berpengaruh padaa pembentukan dan perkembangan kecerdasan emosionalnya.
Mendengarkan guru bercerita.
Mendengarkan guru bercerita sebelum pulang
III.3 Mengembangkan Bahasa Anak dengan Cerita
Cerita dapat mengembangkan aspek bahasa pada anak. Dengan cerita, guru dapat merangsang kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata anak, sehingga akan menambah perbendaharaan kata-kata padaa anak.Bagi anak usia dini, cerita bisa melatih dan memperkaya kemampuan berbahasa dan memahami struktur kalimat yang lebih kompleks.
Dengan membacakan cerita pada anak, juga akan membawa anak mengalami perasaan positif, dalam arti bisa menikmati isi buku melalui pembacaan cerita yang kita lakukan sehingga akan mendorong anak untuk lebih cepat menguasai buku, shingga ketertarikannya terhadap buku sebagai sarana utama membaca timbul secara dinamis.
III.4 Manfaat Cerita Bagi Kecerdasan Kognitif
Bagi perkembangan kognitif anak sendiri, pembacaan cerita untuk anak merupakan sarana yang mat tepat untuk memperkaya kosa kata bagi anak tanpa anak merasa terbebani. Anak yang memiliki kosakata lebih banyak akan mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah dan mengembangkan wawasan berfikir yang lebih baik.
Cara anak mengenal Tuhan:
• Pertama , melalui bahasa, misalnya nama Allah didengar dari orang-orang disekitarnya, lama-kelamaan masuk ke dalam jiwanya.
• Kedua, melalui penglihatan dan pendengaran, misalnya melihat orang yang sedang berdo’a dengan menengadahkan tangannya dan mengucapkan kata-kata Allah dan sebaginya.
• Ketiga, melalui kekaguman terhadap orang atau alam yang disaksikan oleh pancainderanya.
• Keempat, melalui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada orang tua atau guru tentang Tuhan/ alam, kelahiran dan kematian.
• Kelima, melalui cerita-cerita dari kitab suci yang diberika oleh orang tua,saudara-saudaranya, teman-temannya dan guru.
Melalui metode bercerita ,guru bisa mengenalkan Tuhan kepada anak, menceritakan tentang surga, neraka,jin,malaikat kisah-kisah tentang para nabi, atau rangkaian cerita dalam Al Qur’an dapat pula mengasah kecerdasan anak tentang tauhid.Selain itu cerita akan memberikan rangsangan kepada salah satu bagian otak anak sehingga akan terasah dengan baik(god spot), sehingga kecerdasan spiritual anak akan meningkat dan Insya Allah perilaku anak akan semakin baik.
Anak bergiliran menceritakan kembali apa yang guru ceritakan.
III.5 Cerita untuk Pengembangan Fisik atau Motorik Anak
Dengan sedikit kreativitas, bercerita juga dapat digunakan untuk mengembangkan fisik atau motorik anak. Misalnya saat bercerita tentang si Kancil dan Buaya, guru bisa mengajak murid-muridnya untuk memperagakan apa yang terjadi pada alur cerita tersebut.
Misalnya, guru menyuruh anak untuk berperan sebagai Kancil, dan yang lainnya berperan sebagai buaya, anak-anak disuruh melompat seperti Kancil atau berenang seperti buaya.Dengan demikian cerita juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan fisik dan motorik anak.Melalui cerita, diharapkan anak tidak malas untuk menggerakkan badan, bermain ataupun melakukan kegiatan yang melibatkan fisik mereka.
Meniru gerakan burung seperti dalam cerita akan membantu perkembangan fisik motorik anak.
Melalui cerita, guru dapat menstimulasi daya imajinasi dan kreatifitas anak, memperkuat daya ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas.
III.6 Cerita Bisa mengandung Seni yang Tinggi
Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki nilai swni tinggi, keindahan dan kesenangan yang digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa.Cerita bisa dijadikan sarana pengembangan aspek seni pada anak-anak usia dini, karena cerita itu sendiri di dalamnya terkandung nilai-nilai seni yang dapat diajarkan kepada anak-anak tersebut, maka tidak mengherankan bila cerita merupakan salah satu metode yang sangat menarik bagi anak-anak.
IV. Kesimpulan
Masa Golden Age (0-8 tahun) hanya datang satu kali, tidak mungkin terulang kembali. Apapun jenis kecerdasan yang ingin dibangun untuk anak, membaca adalah modal dasar yang utama. Kegiatan membaca harus dilakukan jika anak dalam keadaan senang sehingga anak bisa menikmati dan mencerna apa yang mereka baca.Selain guru, membaca juga seharusnya menjadi aktivitas orang tua. Dengan membaca anak-anak akan kaya dengan informasi. Untuk mendidik anak-anak dalam era globalisasi ini , kita tak hanya cukup berbekal pengalaman masa lalu, karena dunia ini akan selalu berubah. Dengan mambaca kita bisa mencharger pengetahuan kita. Membaca perlu pembiasaan sedini mungkin.
Selain membaca, bercerita juga merupakan strategi pembelajaran yang efektif untuk anak usia dini. Syek Muhammad al-Hazzaa dalam bukunya;”Assaliibun Nabiiyi Shalallahu Alaihi Wasallam Fii Ta’liim”Dalam mengajar Rasulullah seringkali menyampaikan dalam bingkai cerita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kaum terdahulu. Beliau menyampaikan metode ini karena cerita yang disampaikan mampu meninggalkan bekas yang sangat dalam pada jiwa peserta didik. Ia menjadi pengarah yang paling indah, didengar oleh peserta didik dengan penuh perhatian dan konsentrasi, serta diterima oleh hati dari pendengaran mereka dalam bentuk yang sebaik-baiknya, tanpa menekan peserta didik dengan perintah atau larangan, melainkan memberi tahu mereka tentang peristiwa yang terjadi pada orang lain. Sehingga dengan sendirinya mereka bisa mengambil ibrah (pelajaran) ,mau’izhah (nasihat), dan qudwah(teladan).Membaca dan bercerita merupakan media yang baik untuk mengajar anak, terutama anak-anak usia dini. Sehingga kita dapat mendidik, mengembangkan, mengajar dan melatih anak-anak sesuai yang diharapkan berdasarkan standar perkebangan anak. Cakupan perkembangan anak usia dini terdiri atas pengembangan beberapa aspek:
• Moral dan nilai-nilai agama
• Social, emosional dan kemandirian
• Bahasa
• Kognitif
• Fisik atau motorik
• seni
V.Daftar Pustaka
Aini,Bunda.Membaca &Menulis Seasyik Bermain,Bandung: Mizan,2006
Musbikin, Imam.Buku Pintar PAUD dalam perspektif Islami, Jogjakarta:Laksana,2010
Leonhardt, Mary.(penterjemah: Alwiyah Abdurrahman) 99 Cara menjadikan anak anda”keranjingan “membaca,Bandung:Kaifa,2000
BAB I
I.PENDAHULUAN
Membaca adalah suatu kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kegiatan membaca memberikan manfaat yang luar biasa bagi pertumbuhan dan perkembangan kita. Sebagaimana kita ketahui, ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah ayat tentang membaca (Iqra).
Membaca adalah aktivitas yang pertama kali diperintahkan oleh Allah SWT, melalui Rasulullah Saw ketika beliau diangkat menjadi Rasul penyampai Risalah untuk seluruh umat manusia. Membaca adalah kunci ilmu.Membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca kita bisa mengetahui segala yang terjadi di dunia,semua tempat di dunia. Sudah selayaknya membaca ini diterapkan pada anak-anak kita sejak dini. Untuk itu diperlukan peran serta orang tua, guru , keluarga dan berbagai pihak dalam menumbuhkan minat baca pada anak usia dini.
Membaca seharusnya menjadi aktivitas yang sangat menyenangkan bagi anak sebagaimana layaknya bermain. Membaca memerlukan pembiasaan sedini mungkin. Bagi anak-anak, membaca seharusnya tidak menjadi kegiatan yang serius dan kaku,yang membuat mereka cepat bosan.
Banyak orang berpendapat bahwa membaca itu merupakan kegiatan yang berat, serius bahkan cenderung membosankan, jauh dari kesan santai dan menyenangkan. Jangankan bagi anak usia dini, bagi orang dewasa saja, membaca belum menjadi aktivitas yang rutin dilakukan.
Sebenarnya membaca itu suatu aktivitas yang mengasyikan,dapat menumbuhkan kreativitas, selain itu dapat merangsang perkembangan berbagai aspek : perkembangan kognitif,sosial emosional serta moral kepribadian anak.
Budaya membaca sudah digalakkan pemerintah semenjak dulu,tetapi minat baca masyarakat masih dirasa kurang,untuk itu sebaiknya di setiap lembaga pendidikan seperti RA,PAUD atau TK diadakan perpustakaan karena saya rasa masih banyak Lembaga pendidikan yang belum menyediakan perpustakaan di Lembaganya. Sehingga, bagaimana minat baca anak bisa tumbuh jika tidak difasilitasi oleh lembaga tempat ia mengenyam pendidikan, selain itu, orang tua juga berperan penting dalam menumbuhkan minat baca anak. Sudah saatnya orang tua membelikan banyak buku kepada anak sejak dini seperti mereka membelikan mainan untuk anak-anaknya.
Sepuluh alasan utama mengapa kita harus menumbuhkan cinta membaca kepada anak:
1. Anak-anak harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik. Mereka hanya akan bersedia menggunakan sebagian besar waktunya untuk membaca jika mereka memang gemar membaca. Berlatih adalah segalanya.
2. Anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara,menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik.
3. Membaca akan memeberikan wawasan yang lebih luas keberagamannya, yang membuat belajar dalam segala hal lebih mudah. Anak-anak yang hanya membaca buku-buku fiksi pun akan mengerti tentang fakta-fakta yang ada dalam sejarah,geografi,politik, dan ilmu pengetahuan.
4. Di SMU, hanya anak-anak yang gemar membacalah yang mempunyai keterampilan bahasa untuk menjadi unggul dalam setiap bidang yang memerlukan banyak membaca-seperti dalam tingkatan kemampuan memahami bahasa yang sulit, bahasa asing,sejarah,atau sains. Mereka adalah anak-anak yang diterima di pelbagai perguruan tinggi terkenal.
5. Kemampuan istimewa membaca kemungkinan dapat mengatasi rasa tidak percaya diri anak terhadap kemampuan akademik mereka karena mereka akan mampu menyelesaikan pekerjaan sekolah mereka hanya dengan menyediakan sedikit waktu dan energy emosional mereka. Sebaiknya, anak-anak yang tidak suka membaca akan mudah mengalami krisis kepribadian.
6. Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak. Setelah melihat kehidupan digambarkan melalui pandangan bermacam-macam penulis, mereka memahami ada berbagai cara untuk memandang pelbagai situasi; ada berbagai sisi untuk melihat pelbagai masalah.
7. Membaca dapat membantu anak-anak untuk memiliki rasa kasih sayang. Hakikat kasih sayang adalah kemampuan untuk memahami pandangan orang lain. Membaca menjadi sarana untuk membawa anak-anak kedalam ribuan pola kehidupan yang berbeda, membuat mereka memahami kehidupan ini dengan segala kompleksitasnya. Dalam acara televisi, persoalan-persoalan dipecahkan secara sembarangan dalam waktu setengah jam.
8. Anak-anak yang gemar membaca dihadapkan pada suatu dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan. Mungkin mereka akan membaca ketegangan novel Michael Crichton dan bercita-cita untuk menjadi ilmuwan. Cerita-cerita tentang Angkatan Udara yang ditulis oleh Mark Berent mungkin akan menimbulkan minat terhadap penerbangan jet. Betapapun dunia tempat anak-anak tinggal luasnya terbatas, dengan membaca mereka dapat pergi ke manapun dan mereka dapat memimpikan apa pun.
9. Anak-anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berfikir kreatif dalam diri mereka. Mereka tidak hanya mendengar informasi, tetapi juga belajar untuk mengikuti argumen-argumen yang kaya dan mengingat alur pemikiran yang beragam.
10. Kecintaan membaca adalah salah satu kabahagiaan utama dalam hidup. Bersantai di kursi yang empuk, di teras terasa sangat, sambil membaca cerita menyeramkan; berbaring di tepi pantai sambil membaca cerita-cerita yang menyenangkan. Tanpa kesenangan-kesenangan ini, hidup akan terasa lebih gelap dan lebih membosankan.
Anak belajar membaca puisi (gbr atas) dan membaca doa (gbr bawah)
BAB II
II. STRATEGI PEMBELAJARAN MEMBACA PADA ANAK USIA DINI
II.1 Memperkenalkan buku seperti memperkenalkan mainan
Anak dan mainan merupakan dua hal yang tidak mungkin dapat dipisahkan. Mainan bagi anak usia dini bisa merangsang motorik kasar dan halus,penglihatan,kreativitas dll. Untuk menjadikan anak-anak cinta buku,maka kita harus menjadikan mereka familiar dengan buku. Dengan memperkenalkan anak pada fisik buku sejak dini, sebenarnya kita telah meletakkan dasar untuk menjadikan aktivitas membaca seasyik bermain pada saatnya nanti.
Memperkenalkan buku kepada anak usia dini terutama dibawah 4 tahun memang agak sulit bagia anak yang pada dasarnya mereka belum mengerti dan belum dibiasakan mengenal buku. Mungkin saja buku tersebut akan digigit, dirobek,dibanting bahkan diduduki. Untuk itu, carilah buku yang berhalaman tebal (Hard Cover) dan buku full (penuh) gambar, kemudian bergeser kepada buku yang banyak gambar dan sedikit tulisan. Seiring pertumbuhan usia anak, maka kita bisa bergeser pada buku dengan perbandingan gambar dan tulisan yang seimbang, kemudian pada buku yang banyak tulisan dan sedikit gambar, sampai akhirnya anak terbiasa dengan buku full tulisan.
Untuk memperbanyak koleksi buku di perpustakaan lembaga,jika keuangan tidak memungkinkan membeli buku-buku baru, maka kita bisa mencari di loakan atau meminta donasi buku kepada anak-anak yang baru masuk minimal mereka menyumbang 1 buku bacaan untuk perpustakaan sehingga koleksi buku-buku di perpustakaan lembaga bertambah banyak. Jadi ketiadaan uang bukan alas an untuk tidak memfasilitasi anak-anak dengan bacaan yang bermutu.Dalam hal ini,pasti guru-guru PAUD tak kehabisan akal untuk menyiasatinya.
Buku-buku berhalaman tebal dan kartu-kartu membaca .
Untuk tahap awal alangkah baiknya kita memperkenalkan anak-anak pada buku yang bergambar penuh dan sedikit tulisan.
Kemudian beralih pada buku berisi tulisan dan gambar seimbang.
Setelah itu bisa beralih pada buku dengan gambar sedikit dan banyak tulisan hingga akhirnya anak-anak terbiasa dengan buku yang penuh tulisan tanpa gambar.
II.2 Memperkenalkan perpustakaan dan toko buku.
Sebenarnya minat anak-anak Indonesia untuk membaca cukup tinggi, tetapi hal ini kurang didukung oleh jumlah buku yang memadai, selain itu harga buku juga masih mahal, sedangkan subsidi dari pemerintah di rasa masih kurang memadai. Biasakan memperkenalkan anak-anak pada perpustakaan atau taman bacaan sehingga merangsang minat baca anak.
Selain perpustakaan, agendakan kepada orang tua murid agar setiap sebulan sekali mengajak anak-anaknya ke toko buku atau book fair sehingga menjadi aktivitas rutin dan keesokan harinya kita bisa bertanya dan anak akan menceritakan buku apa yang ia baca atau ia beli, sehingga akan merangsang kemampuan anak untuk bercerita di depan kelas. Dan ini akan menumbuhkan kemampuan berbahasa anak.
II.3 Tunjukkan arti penting buku
Untuk menunjukkan pentingnya buku, ajaklah mereka untuk merasakan langsung dalam pengalaman sehari-hari. Misalnya dalam acara cooking class, anak diajak terjun ke dapur untuk menyiapkan dan mengikuti pembuatan makanan, selain memberikan ketrampilan pada anak, momen ini juga dimanfaatkan untuk menunjukkan manfaat membaca dengan cara meminta tolong kepada mereka untuk membacakan bahan yang diperlukan, juga pembuatannya.Demikian juga dengan anak-anak yang gemar membuat origami atau kerajinan tangan, bisa meminta bantuan mereka untuk membacakan buku tentang hal tersebut.
Dengan demikian akan menumbuhkan kesadaran dari anak akan arti penting buku yang menunjang minat dan hobi . Anak sebetulnya hanya perlu contoh, jika kita sebagai guru menunjukkan minat baca yang tinggi, maka anak didik kitapun demikian juga. Karena guru adalah sosok yang mudah di idolakan oleh anak. Apapun yang diajarkan oeh seorang guru maka anak akan mengikutinya.
Tunjukkan keteladan membaca, kalau perlu secara aktraktif,karena ini merupakan salah satu proses pendidikan,pendidikan dengan contoh akan jauh lebih efektif disbanding instruksi lisan tanpa bukti. Tunjukkan bahwa membaca itu penting dan menyenangkan.
Adapun kiat-kiat agar anak gemar membaca untuk anak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut:
• Pastikan bahwa kecintaan membaca adalah tujuan pendidikan yang terpenting bagi anak-anak.
• Tunjukkan bahwa kita menghargai membaca, tidak hanya lewat kata-kata.
• Jangan terlalu cemas menetapkan jadwal membaca bagi anak-anak, jika mereka cinta baca, maka mereka akan meluangkan waktu untuk membaca.
• Carilah buku-buku yang akan disukai oleh anak-anak
• Sesering mungkin, bawalah anak-anak ke perpustakaan sekolah
• Jadikan saat membacakan cerita merupakan saat yang menyenangkan dan mengasyikan bagi anak.
• Bantulah anak-anak merancang kegiatan bermain yang melibatkan buku.
• Ketika anak tampak siap, tunjukkan beberapa permainan membaca yang mudah bagi mereka.
BAB III
III. STRATEGI PEMBELAJARAN BERCERITA ANAK PADA ANAK
USIA DINI
Sebagaimana diungkapkan dalam Al Qur’an:
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain, katakanlah :’Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.’” (Q.S Al Kahfi [18]:83)
Memasuki era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan generasi mendatang menuju era baru tersebut. Dengan adanya kemajuan teknologi, dunia seakan tanpa batas. Komunikasi dan transaksi ekonomi, dari tingkat lokal hingga internasional bisa dilakukan kapan saja. Ketika perdagangan bebas diberlakukan, tentunya persaingan dagang dan tenaga kerja bersifat multi bangsa. Maka hanya bangsa yang unggulah yang akan mampu bersaing. Sehingga kita harus mempersiapkan anak-anak kita dengan pendidikan yang berkualitas sehingga kita bisa menyiapkan anak-anak kita menjadi insane yang berkualitas. Sebagaimana tujuan pendidikan menurut undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dorong keberanian anak-anak mengungkapkan ide dengan bercerita. Jika belum berani bercerita kepada kita, biarkan dia bercerita pada mainannya. Kita juga bisa meminta anak membacakan bukunya atau mendongeng. Minta anak-anak menentukan tema. Simak cerita mereka dengan perhatian dan kegembiraan. Beri pujian dan saran membangun sehingga membuat anak merasa dihargai dan lebih termotivasi. Jika perlu ajukan pertanyaan pada mereka seperti pada saat mereka bertanya pada saat kita mendongeng. Masuklah ke dunia mereka.
Kebiasaan mendongeng akan menjadikan anak berani mengungkapkan ide dan belajar berpikir dengan alur teratur, meskipun pada awalnya ceritanya akan melompat-lompat tidak karuan. Anak yang gemar bercerita kan lebih mudah didorong untuk gemar membaca. Kegiatan bercerita juga merupakan langkah awal menuangkan gagasan. Kelak saat anak lancar menulis, mereka tidak akan kesulitan menuangkan idenya di atas kertas.
Biasakan untuk rutin bercerita pada anak-anak, kegiatan ini dpat dimanfaatkan dengan cara memasukkan nilai-nilai kehidupan seperti kesetiakawanan, keberanian, kejujuran, tanggung jawab, kemandirian, cinta kasih, dan persahabatan. Sehingga, nilai-nilai positif tersebut akan tertanam dalam dirinya.
Sebaiknya membacakan buku cerita pada anak-anak jangan dituntaskan,tapi biarkan menggantung dan dilanjutkan keesokan harinya atau biarkan mereka menyambungnya dengan imajinasinya. Walaupun dipastikan ceritanya tidak nyambung,tetapi tidak apa-apa karena target kita adalah menjadikan anak-anak senang dan berani memulai.
Macam-macam buku cerita bergambar
III.1 Menanamkan Moral dan Nilai-Nilai Agama Melalui Cerita
Menurut Seto Mulyadi, bukan hanya aspek kecerdasan kognitif yang diperoleh anak melalui bercerita, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual (moral) yang bisa dikembangkan melalui cerita atau dongeng yang indah itu.
Melalui bercerita, guru bahkan orang tau bisa menceritakan secara menarik mengenai suatu tokoh yang berperilaku baik. Sehingga si anak akan terdorong untuk meniru perilaku dari tokoh yang diceritakan tersebut. Misalnya cerita tentang Nabi Ismail yang selalu berbakti pada orang tuanya. Secara tidak langsung anak akan menyerap nilai-nilai moral tentang bagaimana ia harus taat kepada orang tuanya. Selain itu juga kita bisa menceritakan tentang tokoh yang berprilaku buruk yang seringkali membawa kepada penyesalan. Misalnya cerita tentang kisah si anak durhaka Kan’an (putera nabi Nuh as.). Karena tidak mau mengikuti nasihat orang tuanya, maka ia mendapat murka dari Allah, dan mati terbawa air bah yang besar bersama orang-orang durhaka lainnya. Sehingga anak-anak terdorong untuk menjauhi sifat-sifat buruk tersebut.
Manfaat cerita tidak hanya sebatas menanamkan moral dan nilai-nilai agama saja, tetapi juga sangat berguna untuk mengenal Tuhan kepada anak usia dini. Karena pertumbuhan agama pada anak ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan sejak dini.
Membaca dan memilihkan cerita-cerita yang islami bagi anak-anak, secara langsung maupun tidak langsung , memori(otak) mereka akan semakin dipenuhi oleh kosakata yang baik sehingga anak dapat berpikir baik dan selanjutnya kecenderungan untuk berprilaku serta berakhlak mulia akan terbuka lebar baginya.
III.2 Sosial, Emosional, dan Kemandirian
Kegiatan bercerita yang biasa dilakukan oleh guru terhadap anak-anak akan mampu merangsang perkembangan kecerdasan anak.Kecerdasan anak tidak akan tumbuh dengan sendirinya melainkan harus dirangsang. Dengan menjalin komunikasi dengan anak melalui bercerita, maka kita akan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak dan daya imajinasi anak.Sehingga anak dapat menyerap nilai-nilai positif yang kita sampaikan. Melalui dialog batin antara si anak dengan dongeng-dongeng yang disampaikan guru atau orang tua (atau siapa saja), maka anak akan mampu menyerap nilai-nilai positif seperti, keberanian, kejujuran, kehormatan diri, cita-cita, rasa cinta dan rasa kemanusiaan.
Dengan cerita, kita dapat mengasah kecerdasan emosional anak. Saat mendengarkan cerita, anak menangkap gambaran emosi misalnya sedih, marah atau gembira.Sehingga akan menumbuhkan sikap simpati dan empati anak.
Bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, sehingga akan memperkaya pengalaman emosi anak yang akan berpengaruh padaa pembentukan dan perkembangan kecerdasan emosionalnya.
Mendengarkan guru bercerita.
Mendengarkan guru bercerita sebelum pulang
III.3 Mengembangkan Bahasa Anak dengan Cerita
Cerita dapat mengembangkan aspek bahasa pada anak. Dengan cerita, guru dapat merangsang kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata anak, sehingga akan menambah perbendaharaan kata-kata padaa anak.Bagi anak usia dini, cerita bisa melatih dan memperkaya kemampuan berbahasa dan memahami struktur kalimat yang lebih kompleks.
Dengan membacakan cerita pada anak, juga akan membawa anak mengalami perasaan positif, dalam arti bisa menikmati isi buku melalui pembacaan cerita yang kita lakukan sehingga akan mendorong anak untuk lebih cepat menguasai buku, shingga ketertarikannya terhadap buku sebagai sarana utama membaca timbul secara dinamis.
III.4 Manfaat Cerita Bagi Kecerdasan Kognitif
Bagi perkembangan kognitif anak sendiri, pembacaan cerita untuk anak merupakan sarana yang mat tepat untuk memperkaya kosa kata bagi anak tanpa anak merasa terbebani. Anak yang memiliki kosakata lebih banyak akan mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah dan mengembangkan wawasan berfikir yang lebih baik.
Cara anak mengenal Tuhan:
• Pertama , melalui bahasa, misalnya nama Allah didengar dari orang-orang disekitarnya, lama-kelamaan masuk ke dalam jiwanya.
• Kedua, melalui penglihatan dan pendengaran, misalnya melihat orang yang sedang berdo’a dengan menengadahkan tangannya dan mengucapkan kata-kata Allah dan sebaginya.
• Ketiga, melalui kekaguman terhadap orang atau alam yang disaksikan oleh pancainderanya.
• Keempat, melalui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada orang tua atau guru tentang Tuhan/ alam, kelahiran dan kematian.
• Kelima, melalui cerita-cerita dari kitab suci yang diberika oleh orang tua,saudara-saudaranya, teman-temannya dan guru.
Melalui metode bercerita ,guru bisa mengenalkan Tuhan kepada anak, menceritakan tentang surga, neraka,jin,malaikat kisah-kisah tentang para nabi, atau rangkaian cerita dalam Al Qur’an dapat pula mengasah kecerdasan anak tentang tauhid.Selain itu cerita akan memberikan rangsangan kepada salah satu bagian otak anak sehingga akan terasah dengan baik(god spot), sehingga kecerdasan spiritual anak akan meningkat dan Insya Allah perilaku anak akan semakin baik.
Anak bergiliran menceritakan kembali apa yang guru ceritakan.
III.5 Cerita untuk Pengembangan Fisik atau Motorik Anak
Dengan sedikit kreativitas, bercerita juga dapat digunakan untuk mengembangkan fisik atau motorik anak. Misalnya saat bercerita tentang si Kancil dan Buaya, guru bisa mengajak murid-muridnya untuk memperagakan apa yang terjadi pada alur cerita tersebut.
Misalnya, guru menyuruh anak untuk berperan sebagai Kancil, dan yang lainnya berperan sebagai buaya, anak-anak disuruh melompat seperti Kancil atau berenang seperti buaya.Dengan demikian cerita juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan fisik dan motorik anak.Melalui cerita, diharapkan anak tidak malas untuk menggerakkan badan, bermain ataupun melakukan kegiatan yang melibatkan fisik mereka.
Meniru gerakan burung seperti dalam cerita akan membantu perkembangan fisik motorik anak.
Melalui cerita, guru dapat menstimulasi daya imajinasi dan kreatifitas anak, memperkuat daya ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas.
III.6 Cerita Bisa mengandung Seni yang Tinggi
Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki nilai swni tinggi, keindahan dan kesenangan yang digemari oleh anak-anak maupun orang dewasa.Cerita bisa dijadikan sarana pengembangan aspek seni pada anak-anak usia dini, karena cerita itu sendiri di dalamnya terkandung nilai-nilai seni yang dapat diajarkan kepada anak-anak tersebut, maka tidak mengherankan bila cerita merupakan salah satu metode yang sangat menarik bagi anak-anak.
IV. Kesimpulan
Masa Golden Age (0-8 tahun) hanya datang satu kali, tidak mungkin terulang kembali. Apapun jenis kecerdasan yang ingin dibangun untuk anak, membaca adalah modal dasar yang utama. Kegiatan membaca harus dilakukan jika anak dalam keadaan senang sehingga anak bisa menikmati dan mencerna apa yang mereka baca.Selain guru, membaca juga seharusnya menjadi aktivitas orang tua. Dengan membaca anak-anak akan kaya dengan informasi. Untuk mendidik anak-anak dalam era globalisasi ini , kita tak hanya cukup berbekal pengalaman masa lalu, karena dunia ini akan selalu berubah. Dengan mambaca kita bisa mencharger pengetahuan kita. Membaca perlu pembiasaan sedini mungkin.
Selain membaca, bercerita juga merupakan strategi pembelajaran yang efektif untuk anak usia dini. Syek Muhammad al-Hazzaa dalam bukunya;”Assaliibun Nabiiyi Shalallahu Alaihi Wasallam Fii Ta’liim”Dalam mengajar Rasulullah seringkali menyampaikan dalam bingkai cerita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kaum terdahulu. Beliau menyampaikan metode ini karena cerita yang disampaikan mampu meninggalkan bekas yang sangat dalam pada jiwa peserta didik. Ia menjadi pengarah yang paling indah, didengar oleh peserta didik dengan penuh perhatian dan konsentrasi, serta diterima oleh hati dari pendengaran mereka dalam bentuk yang sebaik-baiknya, tanpa menekan peserta didik dengan perintah atau larangan, melainkan memberi tahu mereka tentang peristiwa yang terjadi pada orang lain. Sehingga dengan sendirinya mereka bisa mengambil ibrah (pelajaran) ,mau’izhah (nasihat), dan qudwah(teladan).Membaca dan bercerita merupakan media yang baik untuk mengajar anak, terutama anak-anak usia dini. Sehingga kita dapat mendidik, mengembangkan, mengajar dan melatih anak-anak sesuai yang diharapkan berdasarkan standar perkebangan anak. Cakupan perkembangan anak usia dini terdiri atas pengembangan beberapa aspek:
• Moral dan nilai-nilai agama
• Social, emosional dan kemandirian
• Bahasa
• Kognitif
• Fisik atau motorik
• seni
V.Daftar Pustaka
Aini,Bunda.Membaca &Menulis Seasyik Bermain,Bandung: Mizan,2006
Musbikin, Imam.Buku Pintar PAUD dalam perspektif Islami, Jogjakarta:Laksana,2010
Leonhardt, Mary.(penterjemah: Alwiyah Abdurrahman) 99 Cara menjadikan anak anda”keranjingan “membaca,Bandung:Kaifa,2000
Sabtu, 10 September 2011
Kegelisahan dan Kegembiraan Para Penghuni Surga
Komaruddin Hidayat dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Kematian” mengungkapkan sebuah kisah tentang kegelisahan dan kegembiraan Penduduk surga terhadap harta warisan yang mereka tinggalkan untuk anak-anaknya.
Dalam sebuah kisah disebutkan, suatu hari Nabi Isa menasihati murid-muridnya untuk bersikap ekstra hati-hati terhadap harta warisan yang ditinggalkan oleh orang tua. Suatu hari, Nabi Isa memulai dengan nasihatnya, malaikat penjaga surga ketika berjalan-jalan mengontrol taman surga bertemu dengan dua orang yang tengah bercanda. Suasana menjadi ceria saat malaikat datang dan ikut bergabung. Di tengah suasana ceria itu, penduduk surge teringat akan anak cucunya yang masih hidup, kemudian dia meminta tolong kepada malaikat,” Hai , sahabat kami malaikat yang baik, tolonglah kami dibukakan jendela surga ini barang sejenak karena kami ingin melihat keadaan anak cucu kami yang masih tinggal di bumi.” Begitu pinta mereka. “Baiklah”, kata malaikat , “Silahkan kalian berdua berdiri dekat jendela surga untuk kami bukakan sejenak.”
Demikianlah, setelah dua penghuni surga tersebut melihat dunia tidak lebih dari 5 menit, tiba-tiba suasana ceria yang penuh canda tiba-tiba salah seorang dari mereka menjadi sedih dan menangis pilu, sementara yang lainnya tampak ceria. Lalu malaikat bertanya padanya,”Hai, kawan, ceritakanlah apa yang terjadi dengan keluargamu, aku sudah menuruti permintaanmu untuk membukakan jendela surga, mestinya engkau gembira setelah melihat keadaan keluarga yang engkau tinggalkan, tapi nyatanya engkau malah kelihatan sangat bersedih. Apa yang kau lihat dan apa yang bisa aku bantu untuk meringankan penderitaanmu?”
Lalu orang tersebut menuturkan kepedihannya. Katanya, ketika dia mengintip dunia dari jendela surga ternyata anak cucunya tengah berebut warisan yang dia tinggalkan. Tidak hanya berebut, bahkan gara-gara warisan itu mereka saling bermusuhan, fitnah memfitnah dan sampai pada usaha untuk saling membunuh. Gara-gara warisan saudara kandung berubah menjadi musuh. Padahal, lanjut penghuni surga tadi, dulu dia berfikir bahwa dengan bekerja keras mengumpulkan harta warisan, dia berharap anak cucunya sampai tujuh turunan hidup makmur, tanpa harus bersusah payah seperti orang tua mereka. Tetapi kenyataannya perhitungannya meleset. Kini justru harta warisan itu menjadi pangkal malapetaka.
Sambil menenangkan penduduk surga yang masih menunduk pilu, malaikatpun berpaling kepada yang lain. “Hai kawan, apa yang kau saksikan di dunia sehingga engkau Nampak begitu gembira?” Dengan wajah berbinar teman tadi menjelaskan keadaan anak cucunya yang masih bahagia. Keluarganya hidup utuh dan harmonis serta dicintai banyak orang. Tidak ada perasaan yang lebih membahagiakan orang tua kecuali melihat anak cucunya hidup rukun dan tampil menjadi pemimpin masyarakat berkat pendidikan dan keimanan yang ditanamkan oleh orang tuanya. “Rupanya pilihanku benar. Bahwa warisan terbaik itu bukanlah tumpukan harta, tetapi kualitas pendidikan yang baik dan nila-nilai keagamaan.”
(Dikutip dari Buku "Psikologi Kematian" by Komaruddin Hidayat Penerbit Hikmah Zaman Baru tahun 2006)
Dalam sebuah kisah disebutkan, suatu hari Nabi Isa menasihati murid-muridnya untuk bersikap ekstra hati-hati terhadap harta warisan yang ditinggalkan oleh orang tua. Suatu hari, Nabi Isa memulai dengan nasihatnya, malaikat penjaga surga ketika berjalan-jalan mengontrol taman surga bertemu dengan dua orang yang tengah bercanda. Suasana menjadi ceria saat malaikat datang dan ikut bergabung. Di tengah suasana ceria itu, penduduk surge teringat akan anak cucunya yang masih hidup, kemudian dia meminta tolong kepada malaikat,” Hai , sahabat kami malaikat yang baik, tolonglah kami dibukakan jendela surga ini barang sejenak karena kami ingin melihat keadaan anak cucu kami yang masih tinggal di bumi.” Begitu pinta mereka. “Baiklah”, kata malaikat , “Silahkan kalian berdua berdiri dekat jendela surga untuk kami bukakan sejenak.”
Demikianlah, setelah dua penghuni surga tersebut melihat dunia tidak lebih dari 5 menit, tiba-tiba suasana ceria yang penuh canda tiba-tiba salah seorang dari mereka menjadi sedih dan menangis pilu, sementara yang lainnya tampak ceria. Lalu malaikat bertanya padanya,”Hai, kawan, ceritakanlah apa yang terjadi dengan keluargamu, aku sudah menuruti permintaanmu untuk membukakan jendela surga, mestinya engkau gembira setelah melihat keadaan keluarga yang engkau tinggalkan, tapi nyatanya engkau malah kelihatan sangat bersedih. Apa yang kau lihat dan apa yang bisa aku bantu untuk meringankan penderitaanmu?”
Lalu orang tersebut menuturkan kepedihannya. Katanya, ketika dia mengintip dunia dari jendela surga ternyata anak cucunya tengah berebut warisan yang dia tinggalkan. Tidak hanya berebut, bahkan gara-gara warisan itu mereka saling bermusuhan, fitnah memfitnah dan sampai pada usaha untuk saling membunuh. Gara-gara warisan saudara kandung berubah menjadi musuh. Padahal, lanjut penghuni surga tadi, dulu dia berfikir bahwa dengan bekerja keras mengumpulkan harta warisan, dia berharap anak cucunya sampai tujuh turunan hidup makmur, tanpa harus bersusah payah seperti orang tua mereka. Tetapi kenyataannya perhitungannya meleset. Kini justru harta warisan itu menjadi pangkal malapetaka.
Sambil menenangkan penduduk surga yang masih menunduk pilu, malaikatpun berpaling kepada yang lain. “Hai kawan, apa yang kau saksikan di dunia sehingga engkau Nampak begitu gembira?” Dengan wajah berbinar teman tadi menjelaskan keadaan anak cucunya yang masih bahagia. Keluarganya hidup utuh dan harmonis serta dicintai banyak orang. Tidak ada perasaan yang lebih membahagiakan orang tua kecuali melihat anak cucunya hidup rukun dan tampil menjadi pemimpin masyarakat berkat pendidikan dan keimanan yang ditanamkan oleh orang tuanya. “Rupanya pilihanku benar. Bahwa warisan terbaik itu bukanlah tumpukan harta, tetapi kualitas pendidikan yang baik dan nila-nilai keagamaan.”
(Dikutip dari Buku "Psikologi Kematian" by Komaruddin Hidayat Penerbit Hikmah Zaman Baru tahun 2006)
Sabtu, 04 Juni 2011
PELAYANAN KESEHATAN ANAK
BAB I
PELAYANAN KESEHATAN ANAK
PENDAHULUAN
Kebutuhan dasar seorang anak adalah asah,asih, dan asuh. Asah adalah stimulasi atau pendidikan, asih adalah kasih sayang dan asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik yaitu pemberian gizi atau nutrisi dan kesehatan yang optimal.Artinya seorang anak hanya akan dapat tumbuh kembang secara optimal bila memperoleh zat gizi yang memadai bagi pertumbuhan fisik dan otaknya serta mendapatkan perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tidak bisa dipungkiri aspek kehidupan sangatlah penting bagi kita, karena bila kondisi kita tidak sehat, maka aktifitas kita akan terhambat. Begitu pula dengan anak-anak, bila kondisi kesehatan mereka terjaga secara fisik maupun psikologis maka proses pendidikannyapun akan berjalan dengan baik.
Guru memang menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan anak, tapi yang paling bertanggung jawab adalah orang tua. Karena anak belajar dari keteladanan dan kebiasaan, gaya hidup orang tua sangat mempengaruhi. Orang tua yang merokok sangat membahayakan kesehatan anak. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat 22 persen anak yang orang tuanya merokok mengidap penyakit asma dan pernafasan (Murray dkk, 2004 dalam Santrock, 2007). Selain itu, asap rokok juga menyebabkan anak kekurangan vitamin C (Staruss, 2001 dalam Santrock, 2007).
Selain gaya hidup orang tua, pola asuh yang diterapkan pun mempengaruhi kesehatan anak. Pola asuh yang kurang baik diindikasikan oleh kurang maksimalnya pemberian ASI, kurang baiknya pola konsumsi pangan keluarga dan pola perawatan kesehatan dasar terutama bagi anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KESEHATAN ANAK
II.1Pengertian Sehat dan Anak Sehat
Definisi sehat menurut UU No.( Tahun 1980 tentang Pokok-Pokok Kesehatan, sehat adalah sehat badan, rohani (mental), dan social, bukan hanya sebatas dari penyakit-penyakit,cacat, dan kelemahan. Kesehatan rohani atau jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembagan fisik,intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang.
Tujuan dari kesehatan adalah mencapai keadaan kesehatan anak didik dan lingkungan hidupnya sehingga dapat memberikan kesempatan belajar serta tumbuh secara harmonis,efisien dan optimal dengan jalan :1). Mempertinggi nilai kesehatan, 2).mencegah dan memberantas penyakit, 3). Memperbaiki dan memulihkan kesehatan.
Anak yang sehat akan mengalami tumbuh kembang yang normal dan wajar, sesuai standar pertumbuhan fisik anak umumnya dan memiliki kemampuan perkembangan sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu anak sehat juga nampak senang, mau bermain,berlari, berteriak,meloncat,memanjat, da tidak berdiam diri saja.
Janice J. Beauty dalam bukunya yang berjudul Skills for Preschool Teachers menjabarkan tentang bagaimana mengelola kelas yang sehat sebagai salah satu keahlian yang harus dimiliki pendidik Anak Usia Dini. Selain menjaga kesehatan lingkungan, kelas yang sehat berhubungan juga dengan menjaga kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Kesehatan dan gizi merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Dalam penelitian yang dilakukan Ernesto Pollitt dkk (1993) menyatakan bahwa pemberian makanan yang sehat dan protein, akan mempengaruhi perkembangan kognitif selanjutnya. Selain itu, apa yang anak makan juga ikut mempengaruhi irama pertumbuhan, ukuran badan dan ketahanan terhadap penyakit (Brom dkk, 2005 dalam Santrock, 2007)
Menurut santrock (2007: 157) pada umumnya masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan pelecehan. Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pollitt dkk, bahwa gizi sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Pola makan sangat berkaitan erat dengan hal ini. Maraknya makanan cepat saji dengan berbagai variasi yang sangat menarik untuk anak seperti hot dog, pizza, hamburger dsb, menjadi kendala tersendiri yang mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi yang sehat. Perlu kreatifitas yang tinggi bagi guru dan orang tua untuk mengemas makanan sehat yang menarik bagi anak layaknya makanan cepat saji.
Selain makanan sehat, olahraga merupakan aspek yang sangat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik anak:
Exercise is linked with many aspects of being physically and mentally healthy in children and adult (Buck dkk, 2007 dalam Santrock, 2007)
Ketika berolah raga, anak menggerakan otot-otot tubuhnya yang merupakan stimulasi bagi perkembangan motorik terutama motorik kasar. Olah raga yang tepat sebagai stimulasi perkembangan motorik tersebut adalah yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Ketika berolahraga pun anak belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Jika olah raga tersebut berupa permainan maka anak akan belajar nilai-nilai social seperti sportifitas, kemenangan, kekalahan dan penghargaan. Karena itu kegiatan olah raga harus dikemas dengan beberapa tujuan pemberian stimulasi berbagai aspek perkembangan anak.
II.2Ciri-Ciri Anak Sehat
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993), ciri anak sehat adalah:
a. Tumbuh dengan baik, dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
b. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkt umurnya
c. Gesit, aktif dan gembira
d. Mata bersih dan bersinar
e. Nafsu makan baik
f. Bibir dan lidah tampak segar
g. Pernafasan tidak berbau
h. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering/kusamMudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Selain itu anak sehat juga dapat dilihat dari tingkat intelegensianya (IQ). Di bawah ini adalah klasifikasi IQ yaitu sebagai berikut :
a. Lebih dari 140 : genius
b. Antara 120-139 : Very superior
c. Antara 110-119 : superior
d. Antara 90-109 : normal,rata-rata
e. Antara 80-89 : subnormal, bodoh (slow leaner)
f. Antara 70-79 : garis batas (borderline)
g. Antara 50-69 : debil (dapat dididik dan dilatih)
h. Antara 30-40 : embicil (tidak dapat dididik)
i. Kurang dari 30 : idiot (tidak dapat dididik dan dilatih)
Anak sehat adalah anak yang normal intelegensianya yaitu IQ 80 ke atas, sehingga dapat masuk sekolahdasar biasa, bahkan yang lambat belajarnyapun (slow learner) juga bisa masuk sekolah biasa.
II.3Jenis-jenis Penyakit Menular
Janice J Beaty pun menerangkan bahwa mengelola kelas yang sehat berhubungan dengan bagaimana membuat progam pembelajaran yang meliputi kegiatan olah raga, latihan, mencuci tangan pengenalan gizi yang sehat dan pemeriksaan kesehatan. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah memahami berbagai gejala penyakit yang sering dialami anak.
Meskipun anak yang sehat cenderung aktif, tapi kekebalan tubuh mereka belum stabil. Berbagai penyakit bisa mengancam kesehatan mereka diantaranya alergi, asma dan infeksi telinga. National Centre of Health Statistics pada tahun 2004, menyatakan penyebab kematian anak paling besar adalah kecelakaan, yang kedua adalah kanker terutama kanker darah (leukemia). Strategi untuk menghindari adalah dengan menggunakan sabuk pengaman, helm dan alat pengaman lainnya. Sedangkan penyakit kanker bisa dicegah dengan pemberian ASI.
Pemberian ASI sangat penting pada masa satu sampai enam bulan pertama. Salah satu keuntungan dari pemberian ASI adalah terbentuknya kekebalan tubuh. Manfaat ASI berdasarkan beberapa ahli kesehatan di Amerika Serikat adalah(Eiger & Olds, 1999; Hanson & Korotkova, 2002; Kramer, 2003):
1. Membuat berat badan bayi yang ideal, serta terhindar dari obesitas.
2. Mencegah alergi
3. Mencegah atau mengurangi gejala diare dan infeksi pernafasan
4. Menguatkan tulang
5. Mencegah penyakit kangker pada bayi dan kangker payudara pada ibu yang menyusui
6. mengurangi resiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
Selain berbagai penyakit yang berhubungan dengan fisik, kelainan anak yang berhubungan dengan mental pun mempengaruhi kesehatan anak. Penyakit tersebut diantaranya hiperaktif. Sebagai pendidik PAUD, diperlukan kepekaan untuk melihat berbagai gejala dari kelainan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus berkonsultasi dengan orang tua dan psikologi secara intensif sehingga mengetahui bagaimana seharusnya perlakuan pada anak yang memiliki kelainan tersebut.
Anak memiliki tingkat kekebalan tubuh yang masih rendah, sehingga sangat rentan menderita penyakit. Ada beberapa penyakit yang sering menyerang anak usia dini dan bersifat menular sehingga gejalanya harus diketahui para guru atau pamong untuk mencegah penularan kepada anak lainnya. Beberapa jenis penyakit menular yang sering ditemukan pada anak adalah sebagai berikut:
a. Cacar air
Gejala :
1). Demam ringan
2). Sakit kepala ringan
3). Tubuh Lemah
4). Keesokan harinya kulit menjadi merah dan panas. Terdapat lepuh-lepuh
(vesikel) kecil, kebanyakan bagian atas dan dada.
5). Pada keadaan lanjut atau hebat, muka dan anggota badan terkena semua
Cara penularan : melalui cairan dari lepuh yang pecah.
Pencegahan, dengan vaksinasi cacar air (varilix)
b. Batuk Pilek ( Inspeksi Saluran Pernafasan Atas/ISPA)
Gejala :
1). Batuk,pilek, hidung tersumbat
2). Kadang badan panas
3). Lemah dan nyeri otot
4). Pusing
5). Kadang suara serak dan tenggorokan gatal
Cara penularan: melalui udara yaitu percikan ludah yang mengering di udara.
Penyebab: bakteri atau virus
Pencegahan: vaksinasi influenza
c. Mencret (Diare)
Gejala :
1). Buang air besar (BAB) lembek sampai cair lebih dari empat kali sehari.
2). Perut mulas
3). Kadang disertai deman dan muntah-muntah
4). Lemas dan pusing
Penderita harus mendapat pertolongan secepatnya karena kemungkinan dehidrasi akibat kekurangan cairan tubuh.
Cara penularan: dari makanan/ minuman yang tercemar kuman.
Penyebab : bakteri atau virus
d. Mata Merah (Conjunctivitis Katrhalis)
Gejala :
1). Mata Merah, keluar kotoran
2). Mata tersa pedih atau nyeri, kadang gatal
3). Pada keadaan berat, disertai demam
Cara penularan : lewat udara
Penyebab virus atau bakteri
e. Campak (Morbili, Tampek-Sunda, Dabagen-Jawa)
Gejala :
1). Panas tinggi
2). Badan lemah, nyeri otot
3). Kadang disertai batuk,pilek
4). Pada hari ke4-5 muncul bintik-bintik merah yang teraba diseluruh tubuh.
Setelah itu bila daya tahan bagus, panas akan turun dengan sendirinya.
5). Pada keadaan berat dapat terjadi komplikasi seperti diare, radang paru atau
Atau radang otak Namun dengan keberhasilan imunisasi campak, kejadian
Komplikasi menjadi sangat jarang.
Cara penularan: percikan ludah di udara
f. Demam Berdarah (DHF)
Adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue. Ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty, yaiu nyamuk yang menggigit terutama pada siang hari dengan jam puncak jam 10 dan 16 sore, memiliki garis-garis hitam pada kaki dan badannya, hidup di air yang jernih. Pencegahan dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes.
Gejala:
1). Deman tinggi mendadak, disertai mual dan muntah
2). Pusing
3). Nyeri ulu hati
4). Lemah dan nyeri otot
5). Kadang disertai batuk dan kerongkongan sakit
6). Terjadi pendarahan seperti bintik-bintik merah di kulit, sampai mimisan, gusi
Berdarah, muntah darah dll. Kadang gejala ini tidak muncul.
7). Pada keadaan berat dapat terjadi syok, dengan gejala ujung tangan dan kaki
Dingin , penderita sesak nafas dan gelisah, kadang kesadaran menurun.
Penderita harus segera dirawat di rumah sakit.
g. Scabies (Gudig/Kudis)
Adalah penyakit yang disebabkan semacam kutu kecil, peularannya melalui kulit yaitu kontak langsung dengan penderita atau sumber penyakit, melalui pakaian, handuk, alas tidur, dan sebagainya.
Gejala:
1). Gatal-gatal pada malam hari
2). Timbul gelembung kecil, kadang nanah bila garukan menyebabkan infeksi
3). Lokasi terutama kulit di daerah lipatan jari dan telapak tangan, siku, paha, dan
Pantat.
Pencegahan adalah dengan menghindarkan diri dari kontak langsung dengan penderita dan barang-barang yang dipakai penderita. Usaha yang dapat dilakukan agar tidak terserang penyakit ini adalah :
1. Mandi menggunakan sabun
2. Badan dikeringkan dengan baik
3. Pakaian dan barang-barang yang bekas dipakai bekas penderita direbus, dicuci, dan dijemur.
4. Alas tidur (kasur) penderita dibersihkan dan dijemur.
h. Panu dan kadas ( Jamur Kulit)
Adalah penyakit kuli yang disebabkan oleh jamur. Penularannya adalah kontak langsung atau melalui barang-barang yang mengandung jamur seperti handuk, sapu tangan, pakaian dll.
Gejala :
1. Bercak putih bersisik.Pada panu bercak tidak terbatas tegas dengan daerah
Sekitarnya dan sisik lebih halus. Sedangkan pada kadas batasnya tegas dan sisik lebih lebih kasar.
2. Teras gatal
3. Dapat menyerang seluruh tubuh
Pencegahan:
1. Menjaga kebersihan secara umum
2. Menghindari kontak langsung/sentuhan dengan penderita
3. Menghindari penggunaan bersama barang-barang seperti handuk.
Beberapa penyakit yang dianggap menular tetapi sebenarnya tidak menular yaitu asma, alergi kulit, dan ayan (epilepsi).
II.4.Pemantauan Kesehatan Anak
Penyebab anak usia TK mengalami kecelakaan
1. Belum bisa memperkirakan atau membedakan tingkat ketinggian dan kerendahan dengan benar.
2. Suka memasukan benda kedalam mulut
3. Belum dapat mengenali atau membedakan benda atau bahan yang berbahaya dan tidak berbahaya.
4. Banyak bergerak, berlari dan melompat.
5. Keseimbangan tubuh belum sempurna.
6. Suka meniru perbuatan orang lain.
7. Rasa ingin tahu dan suka memegang suatu benda yang terjangkau.
Kecelakaan yang mungkin terjadi pada anak
1. Terjatuh
2. Keracunan
3. Kemasukan benda asing
4. Terbakar
5. Terluka, terbentur dan tertumbuk.
6. Terbekap.
7. Tenggelam.
II.5 Pelayanan Kesehatan Anak melalui P3K
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
1. Pengertian
a. Pertolongan yang diberikan segera setelah kecelakaan
b. Tindakan P3K ini bersifat sementara, sampai korban mendapat pertolongan dari petugas yang berwenang.
2. Tujuan P3K
a. Menyelamatkan penderita
b. Menyembuhkan penderita atau mencegah bertambah parahnya luka
3. Prinsip pokok P3K
a. Apabila ada pendarahan, dihentikan dengan secepatnya.
b. Upayakan agar penderita tetap sadar
II.5.Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pribadi dan Lingkungan
a. Kesehatan Pribadi/Perseorangan
- Tujuan : menjaga kebersihan diri agar selalu dapat hidup sehat
- Kebersihan diri berarti menjaga kesehatan secara umum
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kebersihan pribadi atau perorangan :
1. Mandi setiap hari teratur menggunakan air bersih dan sabun. Muka/wajah, telinga, ketiak harus dibersihkan.
2. Telinga dibersihkan menggunakan cotton bad minimal seminggu sekali.
3. Rambt dikeramas 2-3 kali seminggu, disisir rapih
4. Gosok gigi 2-3 kali sehari, yaitu setiap habis makan dan sebelum tidur
5. Tangan harus dicuci:
- sebelum makan dan minum
- sebelum menyiapkan makanan dan minuman
- sesudah buang air kecil dan buang air besar
6. Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit dan menjadi sumber
Penyakit.
7. Kaki harus dirawat dengan baik dan teratur, pakai sepatu yang cocok ukurannya. Kaos kaki harus sering diganti/dicuci.
8. Pakaian harus diganti setiap habis mandi dengan pakaian yang sudah dicuci bersih dengan sabun detergen, dijemur dibawah matahari dan disetrika.
b. Kesehatan Lingkungan
- Kesehatan manusia selalu dipengaruhi lingkungan sekitarnya
- Tujuan : agar lingkungan di sekitar tetap bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah
Timbulnya penyakit dan penularan penyakit.
- Penularan penyakit terjadi bila ada hubungan antara 3 mata rantai:
1. Sumber penyakit
2.Perantara Penyakit
3. Orang (Host) yang lemah/peka terhadap serangan penyakit
- Cara mencapai kebersihan lingkungan di sekolah dan rumah:
1. Membersihkan peralatan sekolah
2. Membersihkan lantai
3. Sediakan tempat sampah yang tertutup dan selalu buang sampah di tempatnya
4. Membersihkan WC dan kamar kecil, membiasakan menyiramnya, tidak boleh
Membuang kotoran lain ke lubang WC atau tempat buang air kecil.
5.Membiasakan diri tidak membuang ludah di sembarang tempat
6. Jarak sumber air dengan septiktank (penampungan kotoran) minimal 10 meter
7. Hindari genangan air/air hujan di sekitar rumah
8. Setiap bangunan hendaknya memiliki saluran buangan limbah(selokan). Air
Limbah diusahakan lancar airnya.
9. Hewan peliharaan tidak berkeliaran di sekitar sekolah/rumah/tempat anak
Bermain,terutama hewan yang berkutu.
10. Penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan adalah menanamkan kebiasaan hidup sehat kepada anak didik agar dapat turt bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya serta lingkungannyadan ikut aktif dalam usaha-usaha kesehatan.
II.6. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Pemantauan tumbuh kembang anak sangat penting untuk mengetahui proses tumbuh kembang anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang mengalami tumbuh kembang. Tumbuh berkaitan dengan perubahan ukuran atau perubahan angka/nilai yang menunjukkan ukuran-ukuran tadi (missal BB,TB, lingkar lengan atas,lingkar kepala, lingkar dada, dll).
Pada masa tumbuh kembang seorang anak, factor genetic yang dianggap sebagai penentu bawaan saling mempengaruhi dengan factor lingkungan yaitu antara lain infeksi, gizi, social, emosional, budaya, politik. Untuk dapat mencapai potensi genetic secara optimal, diperlukan lingkungan fisikobio-psikososial meliputi (1) keluarga, (2) kesehatan ibu dan anak (3)pemukimam (4) pendidikan (stimulasi). Keempat macam lingkungan itu saling berkaitan dan akan memenuhi kebutuhan anak untuk proses tumbuh kembangnya.
Pemantauan tumbuh kembang anak dilakukan dengan deteksi dini tumbuh kembang anak. Pengertian deteksi dini adalah upaya penyaringan yang dilakukan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tmbuh kembang anak dan mengenal serta mengetahui faktor resikonya. Kegunaan dari deteksi dini ini adalah upaya pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan yang diberikan hanya dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
Beberapa alat yang digunakan untuk melakukan deteksi dini adalah tes skrining yang telah distandarisasi untuk menjaring anak dengan gangguan tumbuh kembang, yaitu:
a. Berat badan menurut tinggi badan
b. Lingkar kepala anak
c. Kuesioner Perilaku anak Prasekolah
d. Tes daya ingat dan Tes Kesehatan mata
e. Tes Daya Dengar
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan anak membahas hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan tentang nutrisi dan kesehatan anak. Di sini dibahas mengenai dasar-dasar kesehatan, yaitu :
1. Pengertian Sehat dan Anak Sehat
2. Ciri-ciri Anak Sehat
3. Jenis-Jenis Penyakit Menular
4. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pribadi dan Lingkungan
5. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Pengertian sehat adalah sehat badan, rohani (mental), dan social, bukan hanya bebas dari penyakit-penyakit, cacat dan kelemahan.
Ciri-ciri anak sehat, yaitu :
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993), ciri anak sehat adalah:
a.Tumbuh dengan baik, dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
b. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkt umurnya
c. Gesit, aktif dan gembira
d. Mata bersih dan bersinar
e. Nafsu makan baik
f. Bibir dan lidah tampak segar
g. Pernafasan tidak berbau
h. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering/kusam
i. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Jenis-jenis Penyakit menular yaitu :
1. Cacar air
2. Batuk pilek
3. Mencret (diare)
4. Mata Merah (Conjunctivitis Katarhalis)
5. campak
6. Demam berdarah
7. Scabies (Gudig/kudis)
8. Panu dan Kadas (Jamur Kulit)
Di dalam makalah ini juga dibahas tentan P3K, yaitu factor penyebab mengapa anak mudah mengalami kecelakaan. Praktik P3K diharapkan dapat membantu para guru yang sering dihadapkan pada beberapa kecelakaan yang menimpa seorang anak di sekolah, kerena keterbatasan fisik dan pengetahuan anak mengenai benda-benda berbahaya di sekitarnya.
Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pribadi dan Lingkungan yaitu dengan selalu bergaya hidup sehat seperti yang telah diterangkan pada pembahasan di atas.
Pemantauan Tumbuh Kembang berkaitan dengan perubahan ukuran atau perubahan angka/nilai yang menunjukkan ukuran-ukuran tadi (missal BB,TB, lingkar lengan atas,lingkar kepala, lingkar dada, dll).
DAFTAR PUSTAKA
Endah, [ http://parentingislami.wordpress.com]
Romadona Nur Faizah dr. [Pemberian Gizi dan Pemeliharaan Kesehatan untuk anak Usia dini]
PELAYANAN KESEHATAN ANAK
PENDAHULUAN
Kebutuhan dasar seorang anak adalah asah,asih, dan asuh. Asah adalah stimulasi atau pendidikan, asih adalah kasih sayang dan asuh adalah pemenuhan kebutuhan fisik yaitu pemberian gizi atau nutrisi dan kesehatan yang optimal.Artinya seorang anak hanya akan dapat tumbuh kembang secara optimal bila memperoleh zat gizi yang memadai bagi pertumbuhan fisik dan otaknya serta mendapatkan perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tidak bisa dipungkiri aspek kehidupan sangatlah penting bagi kita, karena bila kondisi kita tidak sehat, maka aktifitas kita akan terhambat. Begitu pula dengan anak-anak, bila kondisi kesehatan mereka terjaga secara fisik maupun psikologis maka proses pendidikannyapun akan berjalan dengan baik.
Guru memang menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan anak, tapi yang paling bertanggung jawab adalah orang tua. Karena anak belajar dari keteladanan dan kebiasaan, gaya hidup orang tua sangat mempengaruhi. Orang tua yang merokok sangat membahayakan kesehatan anak. Dalam sebuah penelitian di Amerika Serikat 22 persen anak yang orang tuanya merokok mengidap penyakit asma dan pernafasan (Murray dkk, 2004 dalam Santrock, 2007). Selain itu, asap rokok juga menyebabkan anak kekurangan vitamin C (Staruss, 2001 dalam Santrock, 2007).
Selain gaya hidup orang tua, pola asuh yang diterapkan pun mempengaruhi kesehatan anak. Pola asuh yang kurang baik diindikasikan oleh kurang maksimalnya pemberian ASI, kurang baiknya pola konsumsi pangan keluarga dan pola perawatan kesehatan dasar terutama bagi anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KESEHATAN ANAK
II.1Pengertian Sehat dan Anak Sehat
Definisi sehat menurut UU No.( Tahun 1980 tentang Pokok-Pokok Kesehatan, sehat adalah sehat badan, rohani (mental), dan social, bukan hanya sebatas dari penyakit-penyakit,cacat, dan kelemahan. Kesehatan rohani atau jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembagan fisik,intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang.
Tujuan dari kesehatan adalah mencapai keadaan kesehatan anak didik dan lingkungan hidupnya sehingga dapat memberikan kesempatan belajar serta tumbuh secara harmonis,efisien dan optimal dengan jalan :1). Mempertinggi nilai kesehatan, 2).mencegah dan memberantas penyakit, 3). Memperbaiki dan memulihkan kesehatan.
Anak yang sehat akan mengalami tumbuh kembang yang normal dan wajar, sesuai standar pertumbuhan fisik anak umumnya dan memiliki kemampuan perkembangan sesuai standar kemampuan anak seusianya. Selain itu anak sehat juga nampak senang, mau bermain,berlari, berteriak,meloncat,memanjat, da tidak berdiam diri saja.
Janice J. Beauty dalam bukunya yang berjudul Skills for Preschool Teachers menjabarkan tentang bagaimana mengelola kelas yang sehat sebagai salah satu keahlian yang harus dimiliki pendidik Anak Usia Dini. Selain menjaga kesehatan lingkungan, kelas yang sehat berhubungan juga dengan menjaga kesehatan dan pemenuhan kebutuhan gizi anak. Kesehatan dan gizi merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang anak.
Dalam penelitian yang dilakukan Ernesto Pollitt dkk (1993) menyatakan bahwa pemberian makanan yang sehat dan protein, akan mempengaruhi perkembangan kognitif selanjutnya. Selain itu, apa yang anak makan juga ikut mempengaruhi irama pertumbuhan, ukuran badan dan ketahanan terhadap penyakit (Brom dkk, 2005 dalam Santrock, 2007)
Menurut santrock (2007: 157) pada umumnya masalah kesehatan yang sering dialami anak-anak adalah kurang gizi, pola makan, kurang olah raga dan pelecehan. Seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pollitt dkk, bahwa gizi sangat mempengaruhi perkembangan kognitif anak. Pola makan sangat berkaitan erat dengan hal ini. Maraknya makanan cepat saji dengan berbagai variasi yang sangat menarik untuk anak seperti hot dog, pizza, hamburger dsb, menjadi kendala tersendiri yang mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi yang sehat. Perlu kreatifitas yang tinggi bagi guru dan orang tua untuk mengemas makanan sehat yang menarik bagi anak layaknya makanan cepat saji.
Selain makanan sehat, olahraga merupakan aspek yang sangat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik anak:
Exercise is linked with many aspects of being physically and mentally healthy in children and adult (Buck dkk, 2007 dalam Santrock, 2007)
Ketika berolah raga, anak menggerakan otot-otot tubuhnya yang merupakan stimulasi bagi perkembangan motorik terutama motorik kasar. Olah raga yang tepat sebagai stimulasi perkembangan motorik tersebut adalah yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Ketika berolahraga pun anak belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya. Jika olah raga tersebut berupa permainan maka anak akan belajar nilai-nilai social seperti sportifitas, kemenangan, kekalahan dan penghargaan. Karena itu kegiatan olah raga harus dikemas dengan beberapa tujuan pemberian stimulasi berbagai aspek perkembangan anak.
II.2Ciri-Ciri Anak Sehat
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993), ciri anak sehat adalah:
a. Tumbuh dengan baik, dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
b. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkt umurnya
c. Gesit, aktif dan gembira
d. Mata bersih dan bersinar
e. Nafsu makan baik
f. Bibir dan lidah tampak segar
g. Pernafasan tidak berbau
h. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering/kusamMudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Selain itu anak sehat juga dapat dilihat dari tingkat intelegensianya (IQ). Di bawah ini adalah klasifikasi IQ yaitu sebagai berikut :
a. Lebih dari 140 : genius
b. Antara 120-139 : Very superior
c. Antara 110-119 : superior
d. Antara 90-109 : normal,rata-rata
e. Antara 80-89 : subnormal, bodoh (slow leaner)
f. Antara 70-79 : garis batas (borderline)
g. Antara 50-69 : debil (dapat dididik dan dilatih)
h. Antara 30-40 : embicil (tidak dapat dididik)
i. Kurang dari 30 : idiot (tidak dapat dididik dan dilatih)
Anak sehat adalah anak yang normal intelegensianya yaitu IQ 80 ke atas, sehingga dapat masuk sekolahdasar biasa, bahkan yang lambat belajarnyapun (slow learner) juga bisa masuk sekolah biasa.
II.3Jenis-jenis Penyakit Menular
Janice J Beaty pun menerangkan bahwa mengelola kelas yang sehat berhubungan dengan bagaimana membuat progam pembelajaran yang meliputi kegiatan olah raga, latihan, mencuci tangan pengenalan gizi yang sehat dan pemeriksaan kesehatan. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah memahami berbagai gejala penyakit yang sering dialami anak.
Meskipun anak yang sehat cenderung aktif, tapi kekebalan tubuh mereka belum stabil. Berbagai penyakit bisa mengancam kesehatan mereka diantaranya alergi, asma dan infeksi telinga. National Centre of Health Statistics pada tahun 2004, menyatakan penyebab kematian anak paling besar adalah kecelakaan, yang kedua adalah kanker terutama kanker darah (leukemia). Strategi untuk menghindari adalah dengan menggunakan sabuk pengaman, helm dan alat pengaman lainnya. Sedangkan penyakit kanker bisa dicegah dengan pemberian ASI.
Pemberian ASI sangat penting pada masa satu sampai enam bulan pertama. Salah satu keuntungan dari pemberian ASI adalah terbentuknya kekebalan tubuh. Manfaat ASI berdasarkan beberapa ahli kesehatan di Amerika Serikat adalah(Eiger & Olds, 1999; Hanson & Korotkova, 2002; Kramer, 2003):
1. Membuat berat badan bayi yang ideal, serta terhindar dari obesitas.
2. Mencegah alergi
3. Mencegah atau mengurangi gejala diare dan infeksi pernafasan
4. Menguatkan tulang
5. Mencegah penyakit kangker pada bayi dan kangker payudara pada ibu yang menyusui
6. mengurangi resiko SIDS (Sudden Infant Death Syndrome).
Selain berbagai penyakit yang berhubungan dengan fisik, kelainan anak yang berhubungan dengan mental pun mempengaruhi kesehatan anak. Penyakit tersebut diantaranya hiperaktif. Sebagai pendidik PAUD, diperlukan kepekaan untuk melihat berbagai gejala dari kelainan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus berkonsultasi dengan orang tua dan psikologi secara intensif sehingga mengetahui bagaimana seharusnya perlakuan pada anak yang memiliki kelainan tersebut.
Anak memiliki tingkat kekebalan tubuh yang masih rendah, sehingga sangat rentan menderita penyakit. Ada beberapa penyakit yang sering menyerang anak usia dini dan bersifat menular sehingga gejalanya harus diketahui para guru atau pamong untuk mencegah penularan kepada anak lainnya. Beberapa jenis penyakit menular yang sering ditemukan pada anak adalah sebagai berikut:
a. Cacar air
Gejala :
1). Demam ringan
2). Sakit kepala ringan
3). Tubuh Lemah
4). Keesokan harinya kulit menjadi merah dan panas. Terdapat lepuh-lepuh
(vesikel) kecil, kebanyakan bagian atas dan dada.
5). Pada keadaan lanjut atau hebat, muka dan anggota badan terkena semua
Cara penularan : melalui cairan dari lepuh yang pecah.
Pencegahan, dengan vaksinasi cacar air (varilix)
b. Batuk Pilek ( Inspeksi Saluran Pernafasan Atas/ISPA)
Gejala :
1). Batuk,pilek, hidung tersumbat
2). Kadang badan panas
3). Lemah dan nyeri otot
4). Pusing
5). Kadang suara serak dan tenggorokan gatal
Cara penularan: melalui udara yaitu percikan ludah yang mengering di udara.
Penyebab: bakteri atau virus
Pencegahan: vaksinasi influenza
c. Mencret (Diare)
Gejala :
1). Buang air besar (BAB) lembek sampai cair lebih dari empat kali sehari.
2). Perut mulas
3). Kadang disertai deman dan muntah-muntah
4). Lemas dan pusing
Penderita harus mendapat pertolongan secepatnya karena kemungkinan dehidrasi akibat kekurangan cairan tubuh.
Cara penularan: dari makanan/ minuman yang tercemar kuman.
Penyebab : bakteri atau virus
d. Mata Merah (Conjunctivitis Katrhalis)
Gejala :
1). Mata Merah, keluar kotoran
2). Mata tersa pedih atau nyeri, kadang gatal
3). Pada keadaan berat, disertai demam
Cara penularan : lewat udara
Penyebab virus atau bakteri
e. Campak (Morbili, Tampek-Sunda, Dabagen-Jawa)
Gejala :
1). Panas tinggi
2). Badan lemah, nyeri otot
3). Kadang disertai batuk,pilek
4). Pada hari ke4-5 muncul bintik-bintik merah yang teraba diseluruh tubuh.
Setelah itu bila daya tahan bagus, panas akan turun dengan sendirinya.
5). Pada keadaan berat dapat terjadi komplikasi seperti diare, radang paru atau
Atau radang otak Namun dengan keberhasilan imunisasi campak, kejadian
Komplikasi menjadi sangat jarang.
Cara penularan: percikan ludah di udara
f. Demam Berdarah (DHF)
Adalah penyakit yang disebabkan virus Dengue. Ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty, yaiu nyamuk yang menggigit terutama pada siang hari dengan jam puncak jam 10 dan 16 sore, memiliki garis-garis hitam pada kaki dan badannya, hidup di air yang jernih. Pencegahan dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes.
Gejala:
1). Deman tinggi mendadak, disertai mual dan muntah
2). Pusing
3). Nyeri ulu hati
4). Lemah dan nyeri otot
5). Kadang disertai batuk dan kerongkongan sakit
6). Terjadi pendarahan seperti bintik-bintik merah di kulit, sampai mimisan, gusi
Berdarah, muntah darah dll. Kadang gejala ini tidak muncul.
7). Pada keadaan berat dapat terjadi syok, dengan gejala ujung tangan dan kaki
Dingin , penderita sesak nafas dan gelisah, kadang kesadaran menurun.
Penderita harus segera dirawat di rumah sakit.
g. Scabies (Gudig/Kudis)
Adalah penyakit yang disebabkan semacam kutu kecil, peularannya melalui kulit yaitu kontak langsung dengan penderita atau sumber penyakit, melalui pakaian, handuk, alas tidur, dan sebagainya.
Gejala:
1). Gatal-gatal pada malam hari
2). Timbul gelembung kecil, kadang nanah bila garukan menyebabkan infeksi
3). Lokasi terutama kulit di daerah lipatan jari dan telapak tangan, siku, paha, dan
Pantat.
Pencegahan adalah dengan menghindarkan diri dari kontak langsung dengan penderita dan barang-barang yang dipakai penderita. Usaha yang dapat dilakukan agar tidak terserang penyakit ini adalah :
1. Mandi menggunakan sabun
2. Badan dikeringkan dengan baik
3. Pakaian dan barang-barang yang bekas dipakai bekas penderita direbus, dicuci, dan dijemur.
4. Alas tidur (kasur) penderita dibersihkan dan dijemur.
h. Panu dan kadas ( Jamur Kulit)
Adalah penyakit kuli yang disebabkan oleh jamur. Penularannya adalah kontak langsung atau melalui barang-barang yang mengandung jamur seperti handuk, sapu tangan, pakaian dll.
Gejala :
1. Bercak putih bersisik.Pada panu bercak tidak terbatas tegas dengan daerah
Sekitarnya dan sisik lebih halus. Sedangkan pada kadas batasnya tegas dan sisik lebih lebih kasar.
2. Teras gatal
3. Dapat menyerang seluruh tubuh
Pencegahan:
1. Menjaga kebersihan secara umum
2. Menghindari kontak langsung/sentuhan dengan penderita
3. Menghindari penggunaan bersama barang-barang seperti handuk.
Beberapa penyakit yang dianggap menular tetapi sebenarnya tidak menular yaitu asma, alergi kulit, dan ayan (epilepsi).
II.4.Pemantauan Kesehatan Anak
Penyebab anak usia TK mengalami kecelakaan
1. Belum bisa memperkirakan atau membedakan tingkat ketinggian dan kerendahan dengan benar.
2. Suka memasukan benda kedalam mulut
3. Belum dapat mengenali atau membedakan benda atau bahan yang berbahaya dan tidak berbahaya.
4. Banyak bergerak, berlari dan melompat.
5. Keseimbangan tubuh belum sempurna.
6. Suka meniru perbuatan orang lain.
7. Rasa ingin tahu dan suka memegang suatu benda yang terjangkau.
Kecelakaan yang mungkin terjadi pada anak
1. Terjatuh
2. Keracunan
3. Kemasukan benda asing
4. Terbakar
5. Terluka, terbentur dan tertumbuk.
6. Terbekap.
7. Tenggelam.
II.5 Pelayanan Kesehatan Anak melalui P3K
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
1. Pengertian
a. Pertolongan yang diberikan segera setelah kecelakaan
b. Tindakan P3K ini bersifat sementara, sampai korban mendapat pertolongan dari petugas yang berwenang.
2. Tujuan P3K
a. Menyelamatkan penderita
b. Menyembuhkan penderita atau mencegah bertambah parahnya luka
3. Prinsip pokok P3K
a. Apabila ada pendarahan, dihentikan dengan secepatnya.
b. Upayakan agar penderita tetap sadar
II.5.Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pribadi dan Lingkungan
a. Kesehatan Pribadi/Perseorangan
- Tujuan : menjaga kebersihan diri agar selalu dapat hidup sehat
- Kebersihan diri berarti menjaga kesehatan secara umum
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kebersihan pribadi atau perorangan :
1. Mandi setiap hari teratur menggunakan air bersih dan sabun. Muka/wajah, telinga, ketiak harus dibersihkan.
2. Telinga dibersihkan menggunakan cotton bad minimal seminggu sekali.
3. Rambt dikeramas 2-3 kali seminggu, disisir rapih
4. Gosok gigi 2-3 kali sehari, yaitu setiap habis makan dan sebelum tidur
5. Tangan harus dicuci:
- sebelum makan dan minum
- sebelum menyiapkan makanan dan minuman
- sesudah buang air kecil dan buang air besar
6. Kuku digunting pendek dan bersih, agar tak melukai kulit dan menjadi sumber
Penyakit.
7. Kaki harus dirawat dengan baik dan teratur, pakai sepatu yang cocok ukurannya. Kaos kaki harus sering diganti/dicuci.
8. Pakaian harus diganti setiap habis mandi dengan pakaian yang sudah dicuci bersih dengan sabun detergen, dijemur dibawah matahari dan disetrika.
b. Kesehatan Lingkungan
- Kesehatan manusia selalu dipengaruhi lingkungan sekitarnya
- Tujuan : agar lingkungan di sekitar tetap bersih dan sehat, sehingga dapat mencegah
Timbulnya penyakit dan penularan penyakit.
- Penularan penyakit terjadi bila ada hubungan antara 3 mata rantai:
1. Sumber penyakit
2.Perantara Penyakit
3. Orang (Host) yang lemah/peka terhadap serangan penyakit
- Cara mencapai kebersihan lingkungan di sekolah dan rumah:
1. Membersihkan peralatan sekolah
2. Membersihkan lantai
3. Sediakan tempat sampah yang tertutup dan selalu buang sampah di tempatnya
4. Membersihkan WC dan kamar kecil, membiasakan menyiramnya, tidak boleh
Membuang kotoran lain ke lubang WC atau tempat buang air kecil.
5.Membiasakan diri tidak membuang ludah di sembarang tempat
6. Jarak sumber air dengan septiktank (penampungan kotoran) minimal 10 meter
7. Hindari genangan air/air hujan di sekitar rumah
8. Setiap bangunan hendaknya memiliki saluran buangan limbah(selokan). Air
Limbah diusahakan lancar airnya.
9. Hewan peliharaan tidak berkeliaran di sekitar sekolah/rumah/tempat anak
Bermain,terutama hewan yang berkutu.
10. Penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan adalah menanamkan kebiasaan hidup sehat kepada anak didik agar dapat turt bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya serta lingkungannyadan ikut aktif dalam usaha-usaha kesehatan.
II.6. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Pemantauan tumbuh kembang anak sangat penting untuk mengetahui proses tumbuh kembang anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang mengalami tumbuh kembang. Tumbuh berkaitan dengan perubahan ukuran atau perubahan angka/nilai yang menunjukkan ukuran-ukuran tadi (missal BB,TB, lingkar lengan atas,lingkar kepala, lingkar dada, dll).
Pada masa tumbuh kembang seorang anak, factor genetic yang dianggap sebagai penentu bawaan saling mempengaruhi dengan factor lingkungan yaitu antara lain infeksi, gizi, social, emosional, budaya, politik. Untuk dapat mencapai potensi genetic secara optimal, diperlukan lingkungan fisikobio-psikososial meliputi (1) keluarga, (2) kesehatan ibu dan anak (3)pemukimam (4) pendidikan (stimulasi). Keempat macam lingkungan itu saling berkaitan dan akan memenuhi kebutuhan anak untuk proses tumbuh kembangnya.
Pemantauan tumbuh kembang anak dilakukan dengan deteksi dini tumbuh kembang anak. Pengertian deteksi dini adalah upaya penyaringan yang dilakukan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tmbuh kembang anak dan mengenal serta mengetahui faktor resikonya. Kegunaan dari deteksi dini ini adalah upaya pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan yang diberikan hanya dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
Beberapa alat yang digunakan untuk melakukan deteksi dini adalah tes skrining yang telah distandarisasi untuk menjaring anak dengan gangguan tumbuh kembang, yaitu:
a. Berat badan menurut tinggi badan
b. Lingkar kepala anak
c. Kuesioner Perilaku anak Prasekolah
d. Tes daya ingat dan Tes Kesehatan mata
e. Tes Daya Dengar
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pelayanan kesehatan anak membahas hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilan tentang nutrisi dan kesehatan anak. Di sini dibahas mengenai dasar-dasar kesehatan, yaitu :
1. Pengertian Sehat dan Anak Sehat
2. Ciri-ciri Anak Sehat
3. Jenis-Jenis Penyakit Menular
4. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pribadi dan Lingkungan
5. Pemantauan Tumbuh Kembang Anak
Pengertian sehat adalah sehat badan, rohani (mental), dan social, bukan hanya bebas dari penyakit-penyakit, cacat dan kelemahan.
Ciri-ciri anak sehat, yaitu :
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993), ciri anak sehat adalah:
a.Tumbuh dengan baik, dapat dilihat dari naiknya berat badan dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
b. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkt umurnya
c. Gesit, aktif dan gembira
d. Mata bersih dan bersinar
e. Nafsu makan baik
f. Bibir dan lidah tampak segar
g. Pernafasan tidak berbau
h. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering/kusam
i. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Jenis-jenis Penyakit menular yaitu :
1. Cacar air
2. Batuk pilek
3. Mencret (diare)
4. Mata Merah (Conjunctivitis Katarhalis)
5. campak
6. Demam berdarah
7. Scabies (Gudig/kudis)
8. Panu dan Kadas (Jamur Kulit)
Di dalam makalah ini juga dibahas tentan P3K, yaitu factor penyebab mengapa anak mudah mengalami kecelakaan. Praktik P3K diharapkan dapat membantu para guru yang sering dihadapkan pada beberapa kecelakaan yang menimpa seorang anak di sekolah, kerena keterbatasan fisik dan pengetahuan anak mengenai benda-benda berbahaya di sekitarnya.
Upaya Pemeliharaan Kesehatan Pribadi dan Lingkungan yaitu dengan selalu bergaya hidup sehat seperti yang telah diterangkan pada pembahasan di atas.
Pemantauan Tumbuh Kembang berkaitan dengan perubahan ukuran atau perubahan angka/nilai yang menunjukkan ukuran-ukuran tadi (missal BB,TB, lingkar lengan atas,lingkar kepala, lingkar dada, dll).
DAFTAR PUSTAKA
Endah, [ http://parentingislami.wordpress.com]
Romadona Nur Faizah dr. [Pemberian Gizi dan Pemeliharaan Kesehatan untuk anak Usia dini]
TUNA GRAHITA
TUNA GRAHITA
BAB I
I. PENDAHULUAN
Anak-anak luar biasa adalah sebutan yang diberikan pada anak-anak yang memerlukan kebutuhan khusus.Anak-anak luar biasa didefinisikan sebagai anak-anak yang berbeda dari anak-anak biasa dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, kemampuan komunikasi, tingkah laku sosial, ataupun ciri-ciri fisik.
Masih kurangnya pemerimaan terhadap anak-anak tuna grahita dalam kehidupan bermasyarakat, menjadikan mereka tersisihkan dari hak-hak mereka sebagai salah satu seorang pelakonnya. Terkadang kita menilai orang yang memiliki kelainan fisik dan mental itu” aneh” dan mengurus mereka serba diselimuti dengan kubutuhan khusus.. Sehingga anak-anak yang memiliki kelainan itu (masih) sangat sulit untuk menikmati setiap piranti kehidupan, yang semestinya sebagai seorang anak manusia layak merasakan. Mulai dari akses kesehatan,informasi, pendidikan, transfortasi sampai dengan lapangan kerja.
Anak-anak tuna grahita, kerapkali dianggap tidak memiliki nilai, peran dan fungsi dalam kehidupan. Hal ini disebabkan tidak semua dari mereka yang mampu beraktifitas, jangankan bersaing,untuk hidup mandiripun mereka menghadapi kendala.Kondisi ini kemudian diterjemahkan sebagian orang sebagai beban kehidupan alias seseorang yang keberadaannya dianggap menambah persoalan orang-orang di sekitarnya.
Semua orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir normal,sempurna fisik dan mentalnya. Tapi mengapa ada anak yang terlahir dengan kelainan dalam dua aspek tersebut? Allah menurunkan makhluknya dalam kondisi berbeda. Namun dibalik itu mengandung maksud, bahwa yang berada dalam tensi kurang atau lemah menjadi tanggungan yang berada dalam tensi normal atau full energy artinya anak/orang yang tidak sempurna fisik atau mentalnya ditolong oleh yang normal, sehingga saling menyempurnakan. Karena sempurna menurut ukuran manusia belum tentu sempurna dimata sang pencipta. Allah tidaklah menciptakan sesuatu untuk disia-siakan karena tiap-tiap ciptaan Allah memiliki peran masing-masing yang terkadang manusia tidak mengetahuinya.
Anak tuna grahita memiliki fungsi intelektual tidak statis. Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari down syndrom, memiliki kelainan fisik dibanding teman-temannya, tetapi mayoritas dari anak tuna grahita terutama yang tergolong ringan, terlihat sama seperti yang lainnya. Dari kebanyakan kasus banyak anak tuna grahita terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin bisa dijadikan indikator dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.
Sebelum 1959 anak-anak yang tergolong Tuna Grahita akan dimasukkan ke dalam institusi yang amat membatasi perkembangan mereka. Biasanya bila mereka telah memasuki institusi tersebut anak tidak akan mengalami perkembangan-perkembangan yang memuaskan. Pendidikannya pun amat terbatas sehingga kemampuannya tidak berkembang.
Setelah tahun 1959 mengenai hak asasi manusia berubah maka pandangan mengenai hak asasi anak Tuna Grahita berubah. Ini tampil dalam cara penanganan anak Tuna Grahita. Bersamaan dengan itu semenjak tahun 1959 dengan berkembangnya konsep–konsep behavioral berkembang pula teknik-teknik pengajaran yang dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tersebut. Khusus untuk anak Tuna Grahita berkembang pula metode Analisa Tingkah Laku, Analisa Instruksional , Analisa Tugas, dan lain sebagainya yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan tingkah la-kunya.
Selain metode-metode belajar yang dikhususkan bagi anak Tuna Grahita mereka juga diperkenalkan pada kehidupan diluar institusi. Mereka juga dilatih untuk mengembangkan tingkah laku adaptif melalui metode-metode belajar yang lebih spesifik. Konsep-konsep behavior itu juga dikembangkannya model bengkel kerja yang khusus. Di Indonesia, sekolah-sekolah luar biasa C untuk anak-anak Tuna Grahita sudah didirikan semenjak tahun 1950an dan hingga kini jumlahnya semakin banyak. Seluruh sekolah luar biasa itu pengelolaannya diserahkan pada swasta. Pemerintah hanya memberikan garis–garis besar pendidikan berdasarkan pendidikan umum, tidak disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak luar biasa C. Sehingga tujuan pengembangan pendidikan untuk mengembangkan anak luar biasa C agar mengembangkan tingkah lakunya kurang jelas.
BAB II
II. PENGERTIAN TUNA GRAHITA
II.1 Pengertian Tuna Grahita
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti merugi.Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental. Yang dimaksud dengan Tuna Grahita adalah keterbatasan substansial dalam memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai dengan terbatasnya kemampuan fungsi kecerdasan yang terletak dibawah rata-rata (IQ 70 atau kurang) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptif minimal di 2 area atau lebih. (tingkah laku adaptif berupa ke-mampuan komunikasi, merawat diri, menyesuaikan dalam kehidupan rumah, ketrampilan so-sial, pemanfaatan sarana umum, mengarahkan diri sendiri, area kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, pengisian waktu luang,dan kerja) Disebut Tuna Grahita bila manifestasinya terjadi pada usia dibawah 18 tahun. Berdasarkan klasifikasi AAMR, maka Tuna Grahita ini bisa di golongkan sebagai berikut.:
1. Golongan Tuna Grahita yang ringan yaitu mereka yang masih bisa dididik pada masa dewasanya kelak, usia mental yang bisa mereka capai setara dengan anak usia 8 tahun hingga usia 10 tahun 9 bulan. Dengan rentang IQ antara 55 hingga 69. Pada usia 1 hingga 5 tahun, mereka sulit dibedakan dari anak-anak normal, sp ketika mereka menjadi besar. Biasanya mampu mengembangkan ketrampilan komunikasi dan mampu mengembangkan ketrampilan sosial. Kadang-kadang pada usia dibawah 5 tahun mereka menunjukkan sedikit kesulitan sensorimotor.Pada usia 6 hingga 21 tahun, mereka masih bisa mempelajari ketrampilan- ketrampilan akademik hingga kelas 6 SD pada akhir usia remaja, pada umumnya sulit mengikuti pendidikan lanjutan, memerlukan pendidikan khusus.
2. Tuna Grahita golongan moderate, masih bisa dilatih (mampu latih).Kecerdasannya terletak sekitar 40 hingga 51, pada usia dewasa usia mentalnya setara anak usia 5 tahun 7 bulan hingga 8 tahun 2 bulanBiasanya antara usia 1 hingga usia 5 tahun mereka bisa berbicara atau bisa belajar berkomunikasi, memiliki kesadaran sosial yang buruk,perkembangan motor yang tidak terlalu baik, bisa diajari untuk merawat diri sendiri, dan bisa mengelola dirinya dengan supervivi dari orang dewasa.Pada akhir usia remaja dia bisa menyelesaikan pendidikan hingga setarakelas 4 SD bila diajarkan secara khusus .
3. Tuna Grahita yang tergolong parah, atau yang sering disebut sebagai Tuna Grahita yang mampu latih tapi tergantung pada orang lain. Rentang IQnya terletak antara 25 hingga 39. Pada masa dewasanya dia memiliki usia mental setara anak usia 3 tahun 2 bulan hingga 5 tahun 6 bulan. Biasanya perkembangan motoriknya buruk, bicaranya amat minim, biasanya sulit dilatih agar bisa merawat diri sendiri (harus dibantu), seringkali tidak memiliki ketrampilan berkomunikasi
Tuna grahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
1. Lemah fikiran ( feeble-minded);
2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);
3. Bodoh atau dungu (Idiot);
4. Pandir (Imbecile);
5. Tolol (moron);
6. Oligofrenia (Oligophrenia);
7. Mampu Didik (Educable);
8. Mampu Latih (Trainable);
9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;
10. Mental Subnormal;
11. Defisit Mental;
12. Defisit Kognitif;
13. Cacat Mental;
14. Defisiensi Mental;
15. Gangguan Intelektual
Kata Mental dalam peristilahan di atas adalah fungsi kecerdasan intelektual, dan bukan kondisi psikologis.
American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20), mendefinisian Tuna grahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. Pengklasifikasian/penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut: 1. EDUCABLE Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
Karakteristik anak tuna grahita :
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru
2. Kesulitan dalam mengeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tuna grahita berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri..
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim.
7. Tingkah laku kurang wajar dan terus menerus.
Selain klasifikasi di atas, adapula pengelompokan berdasarkan kelainan jasmani yang disebut tipe klinis. Tipe-tipe klinis yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Down Syndrome (Mongoloid). Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena memiliki raut muka menyerupai orang Mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
2. Kretin (Cebol). Anak ini memperlihatkan cirri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering,tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
3. Hydrocephal. Anak ini emiliki cirri-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4. Microcephal. Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.
5. Macrocephal. Memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.
II.2 PENYEBAB TUNA GRAHITA
Terdapat banyak penyebab tuna grahita, seperti penyakit yang diderita semasa kehamilan, kerusakan dalam metabolism, penyakit pada otak atau kromosom yang abnormal, factor lingkun-gan, pola makan yang tidka baik, dan perawatan yang tidak sesuai. Laporan Organisasi Keseha-tan Dunia (WHO) memaparkan bahwa 30 % dari anak-anak yang tuna grahita serius disebabkan oleh ketidaknormalan genetic, sepeerti down sydrom,25% disebabkan oleh celebral palsy, 30% disebabkan oleh meningitis dan masalah prenatal, sedangkan 15% sisanya belum didapatkan penyebabnya.
Grossman (1983) memaparkan ( factor yang menjadi penyebab timbulnya cacat mental :
1. Penyakit yang disebabkan minuman keras.
2. Trauma
3. Metabolisme atau pola makan yang tidak baik
4. Penyakit dalam otak
5. Pengaruh saat masa kehamilan yang tidak diketahui
6. Kromoson yang abnormal
7. Gangguan semasa kehamilan
8. Gangguan Psikiatris
9. Pengaruh Lingkungan
Berikut ini akan dibahas beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari factor keturunan maupun faktor lingkungan.
1) Faktor Keturunan. Penyebab kelainan yang berkaitan dengan factor keturunan, meliputi hal-hal berikut:
a. Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari bentuknya dapat berupa inverse (kelainan yang menyebabkan berubahnya unsure gene karena melilitnya kromosom; delesi (kegagalan meiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); (kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi kelebihan kromosom pada salah satu sel yang lain); translokasi ( adanya kromosom yang patah dan patahannya menempel pada kromosom lain).
b. Kelainan Gene.Kelainan ini terjadi pada waktu mutasi, tidak selamanya tampak dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk memahaminya, yaitu kekuatan kelainan tersebut dan tempat gena (locus) yang mendapat kelainan.
2) Gangguan metabolisme dan gizi. Metabolisme dan gizi merupakan factor yang sangat penting dalam pengembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagaglan metabolism dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu. Kelainan yang disebabkan kegagalan metabolism dan gizi antara lain phenylketonuria (akibat gangguan metabolism asam amino) dengan gejala yang Nampak berupa: tunagrahita, kekurangan pigmen, kejang saraf, kelainan tingkah laku;gargolysm (kerusakan metabolism saccharide yang menjadi tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil dan otak) dengan gejala yang Nampak berupa ketidak normalan tinggi badan, kerangka tubuh yang tidak proporsional, telapak tangan klebar dan pendek, persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan tunagrahita; cretinism (keadaan hypohydroidism kronik yang terjadi selama masa janin dan saat dilahirkan) dengan gejala kelainan yang tampak adalah ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan.
3) Infeksi dan keracunan. Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam kandungan. Penyakit yang dimaksud, yaitu rubella yang mengaki-batkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan pendenganran, penyakit jantung bawaan, berta badan sangat kurang ketika lahir, syphilis bawaan, syndrome gravidity beracun, hamper pada semua kasus berakibat ketunagrahitaan.
4) Trauma dan zat radioaktif. Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu. Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microsephaly.
5) Maslah pada kelahiran. Maslah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai hyposis yang dipastikan bayi akan menderita karusakan otak, kejang,dan nafas pendek. Kerusakan juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama kelahiran yang sulit.
6) Faktor lingkungan. Penelitian yang dilakukan untuk membuktikan hal ini adalah temuan Patton dam Polloway (1986;188) bahwa bermacam-macam pengalaman negative atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkmebangan menjadi slah satu penyebab ketunagrahitaan. Studi yang dilakukan Kirk (Triman Prasadio, social ekonominya rendah menunjukkan kecenderungan mempertahankan mentalnya pada taraf yang sama bahkan prestasi belajarnya semakin berkurang dengan menikatnya usia. Latar belakang pendidikan orang tua juga sering dihubungkan dengan maslah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran oaring tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang positif dalam masa perkembangan anak menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan dan akibatnya kan menimbulkan hambatan dalam perkembangan intelejensia sehingga dapat berkembang menjadi anak retardasi mental.
Ciri-ciri anak-anak tunagrahita. Anak-anak cacat mental berbeda dari anak-anak lain dalam aspek sebagai berikut :
• Proses Kognitif: terbatas dab menghambat prestasi dalam bidang akademis
• Pemerolehan dan penggunaan bahasa: kurang benar dalam hal struktur dan maknanya
• Kemampuan fisik dan motorik : termasuk penglihatan dan pendengaran serta penggunaan motorik ringan
• Ciri-ciri pribadi dan social: kurang daya konsentrasi, bermasalah dalam tingkah laku.
II.3. PENCEGAHAN TUNA GRAHITA
Dengan ditemukannya berbagai penyakit ketunagrahitaan sebagai hasil penyelidikan oleh para ahli, seyogyanya diikuti dengan berbagai upaya pencegahannya.
Berbagai alternative upaya pencegahan yang disarankan, anatara lain sebagai berikut:
1. Penyuluhan genetic, yaitu suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi mengenai masalah genetika. Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik atau secara langsung melalui posyandu dan klinik.
2. Diagnostik prenatal, yaitu usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat diketahui lebih dini apakah janin mengalami kelainan.
3. Imunisasi, dilakukan terhadap ibu hamil maupun anak balita. Dengan imunisasi ini dapat dicegah penyakit yang menggangguperkembangan bayi/anak.
4. Tes darah, dilakukan terhadap pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan.
5. Melalui program keluarga berencana, pasangan suami istri dapat mengatur kahamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera baik fisik dan psikis.
6. Tindakan operasi, hal ini dibutuhkan bila ada kelahiran dengan resiko tinggi, misalnya kekurangan oksigen, adanya trauma pada masa prenatal (proses kelahiran).
7. Sanitasi lingkungan, yaitu mengupayakan terciptanya lingkungan yang baik sehingga tidak menghambat perkembangan bayi/anak.
8. Pemeliharaan kesehatan, terutama pada ibu hamil yang menyangkut pemeriksaan kesehatan selama hamil, penyediaan vitamin, menghindari radiasi dan sebagainya.
9. Intervensi dini, dibutuhkan oleh para orang tua agar dapat membantu perkembangan anaknya secara dini.
BAB III
III. PENANGANAN TUNA GRAHITA
Guru memegang peranan penting dalam pendidikan khusus untuk berbagai jenis ketidak mampuan termasuk termasuk tunagrahita.Peran apapun yang dimainkan, guru pendidikan khusu berhadapan dengan situasi yang membutuhkan mereka untuk membuat keputusan dan rencana pendidikan untuk murid mereka, termasuk penilaian.Terdapat banyak kasus dimana murid tidka diketahui secara pasti kecacatan yang dialaminya dan sering dianggap sebagai murid yang gagal dalam pembelajaran karena bodoh, malas dan sebagainya. Maka ujian pengenalan harus dilakukan agar dapat diketahui dengan baik masalah yang sebenarnya yang menyebabkan murid tersebut tidak mencapai tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan uji pengenalan bukanlah hal yang mudah karena menuntut guru untuk memiliki kemampuan untuk melakukan uji tersebut. Contohnya guru harus memiliki pengetahuan dan keahlian dalam meniai untuk menentukan ketidakmampuan murid luar biasa seperti berikut:
• Pengumpulan data: Proses mengumpulkan informasi dari berbagai sumber mengenai murid, seperti rapor sekolah yang ada, sikap dan atensi, informasi dari orang tua dan laporan guru.
• Analisis : Analisis untuk latar belakang anak-anak dari segi pendidikan, social, lingkungan, catatan medis, emosi dan pertubuhan, serta perkembangan.
• Penilaian: Menilai murid dari segi perkembangan akademik, intelektual, psikologis, emosi, persepsi, bahasa, kognitif, dan pengobatan untuk menentukan kelebihan dan kekurangannya.
• Penentuan: Menentukan ketidakmampuan atau tingkat kecacatan murid berdasarkan cirri-ciri untuk setiap kategori.
• Rencana: Merencanakan program pendidikan yang sesuai untuk murid dengan menyerahkaannya kepada orang tua.
Penilaian dan uji pengenalan adalah proses yang kompleks yang membutuhkan banyak cara untuk mengumpulkan informasi mengenai murid. Proses mengumpukan informasi membutuhkan perhatian terhadap interaksi murid dengan orang tua, guru, dan teman-temannya; berbicara dengan murid dan mereka yang memiliki hubungan dekat dengannya; meneliti rapor sekolah dan catatan penilaian yang pernah dilakukan; menilai latar belakang perkembangan dan catatan medis; menggunakan informasi berdasarkan kumpulan pengamatan dari orang tua atau guru; menilai kebutuhan dan penilaian kurikulum; menilai jenis dan tahap pembelajaran murid di saat waktu tertentu; menggunakan analisis tugas untuk mengetahui komponen yang dikuasai dan kemampuan yang belum dikuasai; dan mengumpulkan skala mengenai sikap guru terhadap murid, penerimaan teman sebaya dan kelasnya.
Pengumpulan informasi mengenai murid dengan menggunakan berbagai metode dan sumber informasi harus memberika gambaran tentang kelebihan dan kebutuhan murid, kecacatan yang ada padanya, dan dampak terhadap pencapaian pembelajarannya. Tujuan yang realistis dan sesuai harus ditentukan untuk murid tersebut.
Selain itu, untuk penanganan anak-anak berkebutuhan khusus seperti tunagrahita sebaiknya dikembangkan pendidikan inklusif di setiap sekolah. Pendidikan inklusif sesungguhnya memiliki tujuan mulia antara lain memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan social, potensi kecerdasan serta bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dan juga untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Pendidikan inklusif merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan bagi semua anak yang mengalami kelainan fisik, mental, social, maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut dan memiliki masalah dalam hal komunikasi, sensor motorik, belajar, dan tingkah lakunya untuk mengikuti kegiatan belajar secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Pembelajaran dalam mewujudkan pendidikan inklusif bias dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
• Pertama, membangun lingkungan belajar yang stimulatif, sportif, serta ramah terhadap ragam potensi kecerdasan anak.
• Kedua, mengembangkan kegiatan belajar yang aktif,kreatif,efektif, dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak.
• Ketiga, merancang kegiatan belajar yang memfungsikan seluruh modus berfikir otak seperti memori, kognisi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
• Keempat, mengembangkan program dan kegiatan belajar yang mendorong berkembangnya sikap dan cara berfikir kreatif.
• Kelima, membangun pola interaksi social di sekolah antara guru dan murid, murid dan murid, guru dan guru, guru dan orang tua yang mendorong perkembangan semua anak secara optimal.
• Keenam, menciptakan lingkungan sekolah sebagai taman belajar.
• Ketujuh, mengembangkan kegiatan belajar yang mampu membangun karakter positif anak sehingga anak memiliki semangat belajar untuk maju dan berkembang
• Kedelapan, membangun kegiatan belajar yang mampu mengembangkan ragam potensi kecerdasan anak baik segi intelektual, social-emosional, fisikal maupun kecerdasan spiritualnya.
Kedelapan aspek diatas sangat membantu anak-anak tunagrahita sehingga mereka bisa tidak dianggap berbeda dan diterima oleh masyarakat serta tidak diperlakukan secara khusus dan bisa berkembang dan berprestasi seperti anak-anak normal lainnya.
BAB IV
IV.KESIMPULAN
Tuna grahita merupakan keterlambatan fungsi kecerdasan secara umum dibawah usia kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki 3 hal, yaitu keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum di bawah rata-rata, disertai ketidakmampuan adaptif, dan terjadi selama periode perkembangan (sampai usia 18 tahun).
Tunagrahita dapat disebabkan oleh factor keturunan dan bukan keturunan. Faktor keturunan kerusakan pada sel keturunan, seperti kerusakan kromosom, gen, dan salah satu atau kedua orang tua menderita kelainan atau hanya sebagai pembawa sifat.
Faktor di luar sel keturunan, diantaranya karena factor kekurangan gizi, kecelakaan (trauma kepala), dan gangguan metabolisme.
Tunagrahita terbagi menjadi 4 bagian :
1. Tunagrahita ringan -skor IQ 50 hingga 75
2. Tunagrahita sedang-skor IQ 30 hingga 50
3. Tunagrahita serius- skor IQ 30 ke bawah
Anak tunagrahita memang memiliki kemampuan terbatas,namun mereka masih memiliki harapan dengan melalui pelatihan dan bimbingan juga kesempatan dan dukungan agar mereka mengembangkan potensi-potensinya sehingga mampu membantu dirinya sendiri dan memiliki harga diri seperti orang-orang normal lainnya.
Intinya adalah agar anak dapat memfungsikan potensi-potensi yang masih ada dalam dirinya terutama agar dia bisa menjalani hidup yang bermartabat.
Selain itu, untuk penanganan anak-anak berkebutuhan khusus seperti tunagrahita sebaiknya dikembangkan pendidikan inklusif di setiap sekolah. Pendidikan inklusif sesungguhnya memiliki tujuan mulia antara lain memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan social, potensi kecerdasan serta bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dan juga untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad,K.A Jamila,2008,”Special Education For Special Children”
Indri-Ima-Indah,Majalah Paras,2007, “ Tak Ada Yang Tak Bernilai”,”Dunia Masih Belum Milik Kami”,”Selalu Ada Keistimewaan Dibalik Kekhususan Yang Ada”
Wardani ,I.G.A.K; Hernawati,Tati; Astati, “Pengantar Pendidikan Luar Biasa”, UT
Wikipedia
Dodi Cahyana; Mengembangkan Pendidikan inklusif di setiap sekolah, Pikiran Rakyat; 31 Mei 2011
BAB I
I. PENDAHULUAN
Anak-anak luar biasa adalah sebutan yang diberikan pada anak-anak yang memerlukan kebutuhan khusus.Anak-anak luar biasa didefinisikan sebagai anak-anak yang berbeda dari anak-anak biasa dalam hal ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, kemampuan komunikasi, tingkah laku sosial, ataupun ciri-ciri fisik.
Masih kurangnya pemerimaan terhadap anak-anak tuna grahita dalam kehidupan bermasyarakat, menjadikan mereka tersisihkan dari hak-hak mereka sebagai salah satu seorang pelakonnya. Terkadang kita menilai orang yang memiliki kelainan fisik dan mental itu” aneh” dan mengurus mereka serba diselimuti dengan kubutuhan khusus.. Sehingga anak-anak yang memiliki kelainan itu (masih) sangat sulit untuk menikmati setiap piranti kehidupan, yang semestinya sebagai seorang anak manusia layak merasakan. Mulai dari akses kesehatan,informasi, pendidikan, transfortasi sampai dengan lapangan kerja.
Anak-anak tuna grahita, kerapkali dianggap tidak memiliki nilai, peran dan fungsi dalam kehidupan. Hal ini disebabkan tidak semua dari mereka yang mampu beraktifitas, jangankan bersaing,untuk hidup mandiripun mereka menghadapi kendala.Kondisi ini kemudian diterjemahkan sebagian orang sebagai beban kehidupan alias seseorang yang keberadaannya dianggap menambah persoalan orang-orang di sekitarnya.
Semua orang tua pasti menginginkan anaknya terlahir normal,sempurna fisik dan mentalnya. Tapi mengapa ada anak yang terlahir dengan kelainan dalam dua aspek tersebut? Allah menurunkan makhluknya dalam kondisi berbeda. Namun dibalik itu mengandung maksud, bahwa yang berada dalam tensi kurang atau lemah menjadi tanggungan yang berada dalam tensi normal atau full energy artinya anak/orang yang tidak sempurna fisik atau mentalnya ditolong oleh yang normal, sehingga saling menyempurnakan. Karena sempurna menurut ukuran manusia belum tentu sempurna dimata sang pencipta. Allah tidaklah menciptakan sesuatu untuk disia-siakan karena tiap-tiap ciptaan Allah memiliki peran masing-masing yang terkadang manusia tidak mengetahuinya.
Anak tuna grahita memiliki fungsi intelektual tidak statis. Kelompok tertentu, termasuk beberapa dari down syndrom, memiliki kelainan fisik dibanding teman-temannya, tetapi mayoritas dari anak tuna grahita terutama yang tergolong ringan, terlihat sama seperti yang lainnya. Dari kebanyakan kasus banyak anak tuna grahita terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin bisa dijadikan indikator dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.
Sebelum 1959 anak-anak yang tergolong Tuna Grahita akan dimasukkan ke dalam institusi yang amat membatasi perkembangan mereka. Biasanya bila mereka telah memasuki institusi tersebut anak tidak akan mengalami perkembangan-perkembangan yang memuaskan. Pendidikannya pun amat terbatas sehingga kemampuannya tidak berkembang.
Setelah tahun 1959 mengenai hak asasi manusia berubah maka pandangan mengenai hak asasi anak Tuna Grahita berubah. Ini tampil dalam cara penanganan anak Tuna Grahita. Bersamaan dengan itu semenjak tahun 1959 dengan berkembangnya konsep–konsep behavioral berkembang pula teknik-teknik pengajaran yang dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tersebut. Khusus untuk anak Tuna Grahita berkembang pula metode Analisa Tingkah Laku, Analisa Instruksional , Analisa Tugas, dan lain sebagainya yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan tingkah la-kunya.
Selain metode-metode belajar yang dikhususkan bagi anak Tuna Grahita mereka juga diperkenalkan pada kehidupan diluar institusi. Mereka juga dilatih untuk mengembangkan tingkah laku adaptif melalui metode-metode belajar yang lebih spesifik. Konsep-konsep behavior itu juga dikembangkannya model bengkel kerja yang khusus. Di Indonesia, sekolah-sekolah luar biasa C untuk anak-anak Tuna Grahita sudah didirikan semenjak tahun 1950an dan hingga kini jumlahnya semakin banyak. Seluruh sekolah luar biasa itu pengelolaannya diserahkan pada swasta. Pemerintah hanya memberikan garis–garis besar pendidikan berdasarkan pendidikan umum, tidak disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak luar biasa C. Sehingga tujuan pengembangan pendidikan untuk mengembangkan anak luar biasa C agar mengembangkan tingkah lakunya kurang jelas.
BAB II
II. PENGERTIAN TUNA GRAHITA
II.1 Pengertian Tuna Grahita
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti merugi.Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti terbelakang mental. Yang dimaksud dengan Tuna Grahita adalah keterbatasan substansial dalam memfungsikan diri. Keterbatasan ini ditandai dengan terbatasnya kemampuan fungsi kecerdasan yang terletak dibawah rata-rata (IQ 70 atau kurang) dan ditandai dengan terbatasnya kemampuan tingkah laku adaptif minimal di 2 area atau lebih. (tingkah laku adaptif berupa ke-mampuan komunikasi, merawat diri, menyesuaikan dalam kehidupan rumah, ketrampilan so-sial, pemanfaatan sarana umum, mengarahkan diri sendiri, area kesehatan dan keamanan, fungsi akademik, pengisian waktu luang,dan kerja) Disebut Tuna Grahita bila manifestasinya terjadi pada usia dibawah 18 tahun. Berdasarkan klasifikasi AAMR, maka Tuna Grahita ini bisa di golongkan sebagai berikut.:
1. Golongan Tuna Grahita yang ringan yaitu mereka yang masih bisa dididik pada masa dewasanya kelak, usia mental yang bisa mereka capai setara dengan anak usia 8 tahun hingga usia 10 tahun 9 bulan. Dengan rentang IQ antara 55 hingga 69. Pada usia 1 hingga 5 tahun, mereka sulit dibedakan dari anak-anak normal, sp ketika mereka menjadi besar. Biasanya mampu mengembangkan ketrampilan komunikasi dan mampu mengembangkan ketrampilan sosial. Kadang-kadang pada usia dibawah 5 tahun mereka menunjukkan sedikit kesulitan sensorimotor.Pada usia 6 hingga 21 tahun, mereka masih bisa mempelajari ketrampilan- ketrampilan akademik hingga kelas 6 SD pada akhir usia remaja, pada umumnya sulit mengikuti pendidikan lanjutan, memerlukan pendidikan khusus.
2. Tuna Grahita golongan moderate, masih bisa dilatih (mampu latih).Kecerdasannya terletak sekitar 40 hingga 51, pada usia dewasa usia mentalnya setara anak usia 5 tahun 7 bulan hingga 8 tahun 2 bulanBiasanya antara usia 1 hingga usia 5 tahun mereka bisa berbicara atau bisa belajar berkomunikasi, memiliki kesadaran sosial yang buruk,perkembangan motor yang tidak terlalu baik, bisa diajari untuk merawat diri sendiri, dan bisa mengelola dirinya dengan supervivi dari orang dewasa.Pada akhir usia remaja dia bisa menyelesaikan pendidikan hingga setarakelas 4 SD bila diajarkan secara khusus .
3. Tuna Grahita yang tergolong parah, atau yang sering disebut sebagai Tuna Grahita yang mampu latih tapi tergantung pada orang lain. Rentang IQnya terletak antara 25 hingga 39. Pada masa dewasanya dia memiliki usia mental setara anak usia 3 tahun 2 bulan hingga 5 tahun 6 bulan. Biasanya perkembangan motoriknya buruk, bicaranya amat minim, biasanya sulit dilatih agar bisa merawat diri sendiri (harus dibantu), seringkali tidak memiliki ketrampilan berkomunikasi
Tuna grahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
1. Lemah fikiran ( feeble-minded);
2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);
3. Bodoh atau dungu (Idiot);
4. Pandir (Imbecile);
5. Tolol (moron);
6. Oligofrenia (Oligophrenia);
7. Mampu Didik (Educable);
8. Mampu Latih (Trainable);
9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;
10. Mental Subnormal;
11. Defisit Mental;
12. Defisit Kognitif;
13. Cacat Mental;
14. Defisiensi Mental;
15. Gangguan Intelektual
Kata Mental dalam peristilahan di atas adalah fungsi kecerdasan intelektual, dan bukan kondisi psikologis.
American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20), mendefinisian Tuna grahita sebagai kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes; yang muncul sebelum usia 16 tahun; yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22) dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi baku.Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. Pengklasifikasian/penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut: 1. EDUCABLE Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
Karakteristik anak tuna grahita :
1. Lamban dalam mempelajari hal-hal yang baru
2. Kesulitan dalam mengeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang baru.
3. kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak tuna grahita berat.
4. Cacat fisik dan perkembangan gerak.
5. Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri..
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim.
7. Tingkah laku kurang wajar dan terus menerus.
Selain klasifikasi di atas, adapula pengelompokan berdasarkan kelainan jasmani yang disebut tipe klinis. Tipe-tipe klinis yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Down Syndrome (Mongoloid). Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena memiliki raut muka menyerupai orang Mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
2. Kretin (Cebol). Anak ini memperlihatkan cirri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering,tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi terlambat.
3. Hydrocephal. Anak ini emiliki cirri-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4. Microcephal. Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.
5. Macrocephal. Memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.
II.2 PENYEBAB TUNA GRAHITA
Terdapat banyak penyebab tuna grahita, seperti penyakit yang diderita semasa kehamilan, kerusakan dalam metabolism, penyakit pada otak atau kromosom yang abnormal, factor lingkun-gan, pola makan yang tidka baik, dan perawatan yang tidak sesuai. Laporan Organisasi Keseha-tan Dunia (WHO) memaparkan bahwa 30 % dari anak-anak yang tuna grahita serius disebabkan oleh ketidaknormalan genetic, sepeerti down sydrom,25% disebabkan oleh celebral palsy, 30% disebabkan oleh meningitis dan masalah prenatal, sedangkan 15% sisanya belum didapatkan penyebabnya.
Grossman (1983) memaparkan ( factor yang menjadi penyebab timbulnya cacat mental :
1. Penyakit yang disebabkan minuman keras.
2. Trauma
3. Metabolisme atau pola makan yang tidak baik
4. Penyakit dalam otak
5. Pengaruh saat masa kehamilan yang tidak diketahui
6. Kromoson yang abnormal
7. Gangguan semasa kehamilan
8. Gangguan Psikiatris
9. Pengaruh Lingkungan
Berikut ini akan dibahas beberapa penyebab ketunagrahitaan yang sering ditemukan baik yang berasal dari factor keturunan maupun faktor lingkungan.
1) Faktor Keturunan. Penyebab kelainan yang berkaitan dengan factor keturunan, meliputi hal-hal berikut:
a. Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat dari bentuknya dapat berupa inverse (kelainan yang menyebabkan berubahnya unsure gene karena melilitnya kromosom; delesi (kegagalan meiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); (kromosom tidak berhasil memisahkan diri sehingga terjadi kelebihan kromosom pada salah satu sel yang lain); translokasi ( adanya kromosom yang patah dan patahannya menempel pada kromosom lain).
b. Kelainan Gene.Kelainan ini terjadi pada waktu mutasi, tidak selamanya tampak dari luar (tetap dalam tingkat genotif). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan untuk memahaminya, yaitu kekuatan kelainan tersebut dan tempat gena (locus) yang mendapat kelainan.
2) Gangguan metabolisme dan gizi. Metabolisme dan gizi merupakan factor yang sangat penting dalam pengembangan individu terutama perkembangan sel-sel otak. Kegagaglan metabolism dan kegagalan pemenuhan kebutuhan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik dan mental pada individu. Kelainan yang disebabkan kegagalan metabolism dan gizi antara lain phenylketonuria (akibat gangguan metabolism asam amino) dengan gejala yang Nampak berupa: tunagrahita, kekurangan pigmen, kejang saraf, kelainan tingkah laku;gargolysm (kerusakan metabolism saccharide yang menjadi tempat penyimpanan asam mucopolysaccharide dalam hati, limpa kecil dan otak) dengan gejala yang Nampak berupa ketidak normalan tinggi badan, kerangka tubuh yang tidak proporsional, telapak tangan klebar dan pendek, persendian kaku, lidah lebar dan menonjol, dan tunagrahita; cretinism (keadaan hypohydroidism kronik yang terjadi selama masa janin dan saat dilahirkan) dengan gejala kelainan yang tampak adalah ketidaknormalan fisik yang khas dan ketunagrahitaan.
3) Infeksi dan keracunan. Keadaan ini disebabkan oleh terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada dalam kandungan. Penyakit yang dimaksud, yaitu rubella yang mengaki-batkan ketunagrahitaan serta adanya kelainan pendenganran, penyakit jantung bawaan, berta badan sangat kurang ketika lahir, syphilis bawaan, syndrome gravidity beracun, hamper pada semua kasus berakibat ketunagrahitaan.
4) Trauma dan zat radioaktif. Terjadinya trauma terutama pada otak ketika bayi dilahirkan atau terkena radiasi zat radioaktif saat hamil dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Trauma yang terjadi pada saat dilahirkan biasanya disebabkan kelahiran yang sulit sehingga memerlukan alat bantu. Ketidaktepatan penyinaran atau radiasi sinar X selama bayi dalam kandungan mengakibatkan cacat mental microsephaly.
5) Maslah pada kelahiran. Maslah yang terjadi pada saat kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai hyposis yang dipastikan bayi akan menderita karusakan otak, kejang,dan nafas pendek. Kerusakan juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama kelahiran yang sulit.
6) Faktor lingkungan. Penelitian yang dilakukan untuk membuktikan hal ini adalah temuan Patton dam Polloway (1986;188) bahwa bermacam-macam pengalaman negative atau kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkmebangan menjadi slah satu penyebab ketunagrahitaan. Studi yang dilakukan Kirk (Triman Prasadio, social ekonominya rendah menunjukkan kecenderungan mempertahankan mentalnya pada taraf yang sama bahkan prestasi belajarnya semakin berkurang dengan menikatnya usia. Latar belakang pendidikan orang tua juga sering dihubungkan dengan maslah-masalah perkembangan. Kurangnya kesadaran oaring tua akan pentingnya pendidikan dini serta kurangnya pengetahuan dalam memberikan rangsang positif dalam masa perkembangan anak menjadi salah satu penyebab timbulnya gangguan dan akibatnya kan menimbulkan hambatan dalam perkembangan intelejensia sehingga dapat berkembang menjadi anak retardasi mental.
Ciri-ciri anak-anak tunagrahita. Anak-anak cacat mental berbeda dari anak-anak lain dalam aspek sebagai berikut :
• Proses Kognitif: terbatas dab menghambat prestasi dalam bidang akademis
• Pemerolehan dan penggunaan bahasa: kurang benar dalam hal struktur dan maknanya
• Kemampuan fisik dan motorik : termasuk penglihatan dan pendengaran serta penggunaan motorik ringan
• Ciri-ciri pribadi dan social: kurang daya konsentrasi, bermasalah dalam tingkah laku.
II.3. PENCEGAHAN TUNA GRAHITA
Dengan ditemukannya berbagai penyakit ketunagrahitaan sebagai hasil penyelidikan oleh para ahli, seyogyanya diikuti dengan berbagai upaya pencegahannya.
Berbagai alternative upaya pencegahan yang disarankan, anatara lain sebagai berikut:
1. Penyuluhan genetic, yaitu suatu usaha mengkomunikasikan berbagai informasi mengenai masalah genetika. Penyuluhan ini dapat dilakukan melalui media cetak dan elektronik atau secara langsung melalui posyandu dan klinik.
2. Diagnostik prenatal, yaitu usaha pemeriksaan kehamilan sehingga dapat diketahui lebih dini apakah janin mengalami kelainan.
3. Imunisasi, dilakukan terhadap ibu hamil maupun anak balita. Dengan imunisasi ini dapat dicegah penyakit yang menggangguperkembangan bayi/anak.
4. Tes darah, dilakukan terhadap pasangan yang akan menikah untuk menghindari kemungkinan menurunkan benih-benih kelainan.
5. Melalui program keluarga berencana, pasangan suami istri dapat mengatur kahamilan dan menciptakan keluarga yang sejahtera baik fisik dan psikis.
6. Tindakan operasi, hal ini dibutuhkan bila ada kelahiran dengan resiko tinggi, misalnya kekurangan oksigen, adanya trauma pada masa prenatal (proses kelahiran).
7. Sanitasi lingkungan, yaitu mengupayakan terciptanya lingkungan yang baik sehingga tidak menghambat perkembangan bayi/anak.
8. Pemeliharaan kesehatan, terutama pada ibu hamil yang menyangkut pemeriksaan kesehatan selama hamil, penyediaan vitamin, menghindari radiasi dan sebagainya.
9. Intervensi dini, dibutuhkan oleh para orang tua agar dapat membantu perkembangan anaknya secara dini.
BAB III
III. PENANGANAN TUNA GRAHITA
Guru memegang peranan penting dalam pendidikan khusus untuk berbagai jenis ketidak mampuan termasuk termasuk tunagrahita.Peran apapun yang dimainkan, guru pendidikan khusu berhadapan dengan situasi yang membutuhkan mereka untuk membuat keputusan dan rencana pendidikan untuk murid mereka, termasuk penilaian.Terdapat banyak kasus dimana murid tidka diketahui secara pasti kecacatan yang dialaminya dan sering dianggap sebagai murid yang gagal dalam pembelajaran karena bodoh, malas dan sebagainya. Maka ujian pengenalan harus dilakukan agar dapat diketahui dengan baik masalah yang sebenarnya yang menyebabkan murid tersebut tidak mencapai tujuan pembelajaran.
Pelaksanaan uji pengenalan bukanlah hal yang mudah karena menuntut guru untuk memiliki kemampuan untuk melakukan uji tersebut. Contohnya guru harus memiliki pengetahuan dan keahlian dalam meniai untuk menentukan ketidakmampuan murid luar biasa seperti berikut:
• Pengumpulan data: Proses mengumpulkan informasi dari berbagai sumber mengenai murid, seperti rapor sekolah yang ada, sikap dan atensi, informasi dari orang tua dan laporan guru.
• Analisis : Analisis untuk latar belakang anak-anak dari segi pendidikan, social, lingkungan, catatan medis, emosi dan pertubuhan, serta perkembangan.
• Penilaian: Menilai murid dari segi perkembangan akademik, intelektual, psikologis, emosi, persepsi, bahasa, kognitif, dan pengobatan untuk menentukan kelebihan dan kekurangannya.
• Penentuan: Menentukan ketidakmampuan atau tingkat kecacatan murid berdasarkan cirri-ciri untuk setiap kategori.
• Rencana: Merencanakan program pendidikan yang sesuai untuk murid dengan menyerahkaannya kepada orang tua.
Penilaian dan uji pengenalan adalah proses yang kompleks yang membutuhkan banyak cara untuk mengumpulkan informasi mengenai murid. Proses mengumpukan informasi membutuhkan perhatian terhadap interaksi murid dengan orang tua, guru, dan teman-temannya; berbicara dengan murid dan mereka yang memiliki hubungan dekat dengannya; meneliti rapor sekolah dan catatan penilaian yang pernah dilakukan; menilai latar belakang perkembangan dan catatan medis; menggunakan informasi berdasarkan kumpulan pengamatan dari orang tua atau guru; menilai kebutuhan dan penilaian kurikulum; menilai jenis dan tahap pembelajaran murid di saat waktu tertentu; menggunakan analisis tugas untuk mengetahui komponen yang dikuasai dan kemampuan yang belum dikuasai; dan mengumpulkan skala mengenai sikap guru terhadap murid, penerimaan teman sebaya dan kelasnya.
Pengumpulan informasi mengenai murid dengan menggunakan berbagai metode dan sumber informasi harus memberika gambaran tentang kelebihan dan kebutuhan murid, kecacatan yang ada padanya, dan dampak terhadap pencapaian pembelajarannya. Tujuan yang realistis dan sesuai harus ditentukan untuk murid tersebut.
Selain itu, untuk penanganan anak-anak berkebutuhan khusus seperti tunagrahita sebaiknya dikembangkan pendidikan inklusif di setiap sekolah. Pendidikan inklusif sesungguhnya memiliki tujuan mulia antara lain memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan social, potensi kecerdasan serta bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dan juga untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Pendidikan inklusif merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan bagi semua anak yang mengalami kelainan fisik, mental, social, maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut dan memiliki masalah dalam hal komunikasi, sensor motorik, belajar, dan tingkah lakunya untuk mengikuti kegiatan belajar secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Pembelajaran dalam mewujudkan pendidikan inklusif bias dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
• Pertama, membangun lingkungan belajar yang stimulatif, sportif, serta ramah terhadap ragam potensi kecerdasan anak.
• Kedua, mengembangkan kegiatan belajar yang aktif,kreatif,efektif, dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak.
• Ketiga, merancang kegiatan belajar yang memfungsikan seluruh modus berfikir otak seperti memori, kognisi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
• Keempat, mengembangkan program dan kegiatan belajar yang mendorong berkembangnya sikap dan cara berfikir kreatif.
• Kelima, membangun pola interaksi social di sekolah antara guru dan murid, murid dan murid, guru dan guru, guru dan orang tua yang mendorong perkembangan semua anak secara optimal.
• Keenam, menciptakan lingkungan sekolah sebagai taman belajar.
• Ketujuh, mengembangkan kegiatan belajar yang mampu membangun karakter positif anak sehingga anak memiliki semangat belajar untuk maju dan berkembang
• Kedelapan, membangun kegiatan belajar yang mampu mengembangkan ragam potensi kecerdasan anak baik segi intelektual, social-emosional, fisikal maupun kecerdasan spiritualnya.
Kedelapan aspek diatas sangat membantu anak-anak tunagrahita sehingga mereka bisa tidak dianggap berbeda dan diterima oleh masyarakat serta tidak diperlakukan secara khusus dan bisa berkembang dan berprestasi seperti anak-anak normal lainnya.
BAB IV
IV.KESIMPULAN
Tuna grahita merupakan keterlambatan fungsi kecerdasan secara umum dibawah usia kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki 3 hal, yaitu keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum di bawah rata-rata, disertai ketidakmampuan adaptif, dan terjadi selama periode perkembangan (sampai usia 18 tahun).
Tunagrahita dapat disebabkan oleh factor keturunan dan bukan keturunan. Faktor keturunan kerusakan pada sel keturunan, seperti kerusakan kromosom, gen, dan salah satu atau kedua orang tua menderita kelainan atau hanya sebagai pembawa sifat.
Faktor di luar sel keturunan, diantaranya karena factor kekurangan gizi, kecelakaan (trauma kepala), dan gangguan metabolisme.
Tunagrahita terbagi menjadi 4 bagian :
1. Tunagrahita ringan -skor IQ 50 hingga 75
2. Tunagrahita sedang-skor IQ 30 hingga 50
3. Tunagrahita serius- skor IQ 30 ke bawah
Anak tunagrahita memang memiliki kemampuan terbatas,namun mereka masih memiliki harapan dengan melalui pelatihan dan bimbingan juga kesempatan dan dukungan agar mereka mengembangkan potensi-potensinya sehingga mampu membantu dirinya sendiri dan memiliki harga diri seperti orang-orang normal lainnya.
Intinya adalah agar anak dapat memfungsikan potensi-potensi yang masih ada dalam dirinya terutama agar dia bisa menjalani hidup yang bermartabat.
Selain itu, untuk penanganan anak-anak berkebutuhan khusus seperti tunagrahita sebaiknya dikembangkan pendidikan inklusif di setiap sekolah. Pendidikan inklusif sesungguhnya memiliki tujuan mulia antara lain memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan social, potensi kecerdasan serta bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya dan juga untuk mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad,K.A Jamila,2008,”Special Education For Special Children”
Indri-Ima-Indah,Majalah Paras,2007, “ Tak Ada Yang Tak Bernilai”,”Dunia Masih Belum Milik Kami”,”Selalu Ada Keistimewaan Dibalik Kekhususan Yang Ada”
Wardani ,I.G.A.K; Hernawati,Tati; Astati, “Pengantar Pendidikan Luar Biasa”, UT
Wikipedia
Dodi Cahyana; Mengembangkan Pendidikan inklusif di setiap sekolah, Pikiran Rakyat; 31 Mei 2011
Langganan:
Postingan (Atom)